Sigi Lamo, Masjid Sultan Ternate - Islami Pedia
News Update
Loading...

Saturday, July 25, 2020

Sigi Lamo, Masjid Sultan Ternate

Masjid Sigi Lamo, Masjid Kesultanan Ternate (panoramio)

Lokasi Masjid Sultan Ternate

Masjid Sultan Ternate atau Sigi Lamo berada di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara,Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Di bagian belakang masjid, terdapat benteng Oranye yang dibangun Belanda antara 1606-1607M.

Klik zoom ( ) buat melihat lebih dekat lokasi masjid ini

View Masjid Sigi Lamo - Ternate in a larger map

Sejarah Masjid Sultan Ternate

Masjid Sultan Ternate antara tahun 1920-1930
Belum ada angka valid tentang kapan Masjid Sultan Ternate ini pertama kali dibangun. Sejauh ini ada dua pendapat tentang tarikh pendirian masjid ini. Diperkirakan pendirian masjid ini telah dirintis sejak masa Sultan Zainal Abidin, raja Ternate kedua yang sudah beragama Islam dan mengukuhkan Islam sebagai agama resmi kerajaan serta mengganti gelar kolano (raja) menjadi Sultan. Namun direktori masjid bersejarah Departemen Agama RI menyatakan bahwa pendirian Masjid Sultan Ternate baru dilakukan awal abad ke-17, yaitu sekitar tahun 1606 saat berkuasanya Sultan Saidi Barakati. Pembangunan masjid dilanjutkan oleh Sultan Mudafar dan diselesaikan oleh Sultan Hamzah pada tahun 1648 Masehi

Pada tahun 1679 Masehi, dilakukan renovasi oleh Sultan Sibori Amsterdam, Putra Sultan Mandarsyah, dengan bentuk atap tumpang 3 dan berbahan kayu. Tahun 1705 masehi masjid ini mengalami kebakaran, dan dibangun balik oleh Sultan Said Fathullah atau Kaicil Toluki atau Pangeran Rotterdam. Renovasi kembali dilakukan pada tahun 1818 Masehi sang Sultan Muhammad Zain. Pemugaran terahir dilakukan dalam tahun 1983 dengan melakukan perombakan total tanpa merubah bentuk orisinil.

Akan namun, melihat fenomena sejarah, kurang lebih setengah abad sebelum Sultan Saidi Barakati naik tahta, Kesultanan Ternate telah mengalami kemajuan yg sangat pesat, baik pada bidang keagamaan, ekonomi, maupun angkatan perang. Perjuangan Sultan Khairun (1534-1570) dilanjutkan oleh penerusnya, Sultan Baabullah (1570-1583) buat mengusir pasukan Portugis, menjadi galat satu fase kegemilangan Kesultanan Ternate.

Masjid Sigi Lamo tampak depan (panoramio). Bentuk Gerbang multifungsi seperti

masjid Sigi Lamo ini telah sangat sporadis & sudah tidak lagi di aplikasikan pada

bangunan bangunan masjid baru pada Indonesia

Arsitektur Masjid Sultan Ternate

Sebagaimana Kesultanan Islam lainnya di Nusantara, Masjid Sultan Ternate dibangun tidak jauh berdasarkan istana Sultan Ternate, namun bukan menjadi bagian kompleks istana. Jarak antara keduanya kurang lebih 100 meter sebelah tenggara istana sultan yg dibangun tahun 1234M. Posisi masjid ini tentu saja berkaitan menggunakan kiprah penting masjid dalam kehidupan beragama di Kesultanan Ternate. Tradisi atau ritual-ritual keagamaan yang diselenggarakan kesultanan selalu berpusat pada masjid ini. Masjid Sultan Ternate dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu menggunakan bahan perekat dari adonan kulit kayu pohon kalumpang.

Foto lama Masjid Sultan Ternate
Masjid Sultan Ternate dibangun diatas lahan berukuran 76,70 x 62,45 Meter dan bangunan berukuran 22 x 22,5 meter. Hampir menyerupai masjid tua di Jawa, lantai Masjid Agung Sultan Ternate juga ditinggikan. Bahan atap masjid pada awalnya menggunakan daun rumbia kemudian diganti dengan seng di tahun 1995. Atap masjid bertumpuk empat, dengan kemiringan yang tidak tajam, kecuali pada atap puncaknya. Di antara atap puncak dan atap bawahnya, terdapat celah kecil, untuk masuknya udara dan cahaya ke dalam ruagan. Pada setiap sisi atap puncak, terdapat jendela atap. Arsitektur ini nampaknya merupakan gaya arsitektur khas masjid-masjid awal di Nusantara, dimana masjid tidak memiliki kubah melainkan atap yang berbentuk limasan.

Ruang Utama Masjid Sultan Ternate
Saat ini, selain bangunan masjid yang masih utuh, peninggalan lain yang masih bisa ditemui di dalam masjid adalah empat buah koleksi kitab al-Quran, hasil tulisan ulama Ternate sendiri. Tulisannya masih jelas dan kertasnya masih baik, belum lapuk dimakan zaman, walaupun usianya sudah berabad-abad. Selama bulan Ramadan, al-Quran ini masih digunakan oleh masyarakat untuk /tadarusan/. Pada sisi selatan-timur masjid, terdapat sebuah sumur tua yang menyatu dengan masjid, digunakan untuk tempat berwudu.

Di laman depan masjid, tepat dalam sumbu garis mihrab, masih ada bangunan kecil bertingkat yang menjadi gerbang primer masjid. Di bagian atasnya dipakai sebagai tempat buat menyimpan beduk dan mengumandangkan azan. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar, atapnya sama misalnya atap bangunan utama masjid, tetapi hanya mempunyai 2 susun atap.

Tradisi Masjid Sultan Ternate

Larangan embargo

Berbeda dengan masjid pada umumnya, Masjid Sultan Ternate Sigi Lamo. Masjid ini populer unik lantaran memiliki aturan-aturan tata cara yg tegas, misalnya embargo memakai sarung atau wajib mengenakan celana panjang bagi para jamaahnya, kewajiban memakai epilog ketua (kopiah), dan embargo bagi wanita buat beribadah di masjid ini. Berbagai aturan ini syahdan berasal menurut nasihat para leluhur (yg dianggap Doro Bololo, Dalil Tifa, dan Dalil Moro) yang hingga sekarang masih ditaati oleh masyarakat Ternate, terutama pada lingkungan istana kesultanan.

Dibawah Kubah limas Masjid Sultan Ternate
Menurut keterangan Imam Masjid Sultan Ternate yang bergelar Jou Kalem atau Kadhi, larangan-larangan tersebut memiliki dasar aturan yang kuat. Sejak dahulu, masjid memang menjadi salah satu tempat yang dianggap suci dan harus dihormati oleh masyarakat Ternate. Larangan kaum hawa untuk beribadah di masjid ini didasarkan pada alasan untuk menjaga kesucian masjid, yaitu supaya tempat ibadah ini terhindar dari ketidaksengajaan perempuan yang tiba-tiba saja datang bulan (haid). Di samping itu, kehadiran perempuan ditengarai juga dapat memecah kekhusyukan dalam menjalankan ibadah di masjid ini.

Sementara larangan bagi jamaah yang memakai sarung atau pakaian sejenisnya didasarkan pada alasan yang bersifat tasawuf. Menurut kepercayaan mereka, posisi kaki pria ketika salat dengan mengenakan celana panjang menunjukkan hurufLam Alif terbalik yang bermakna dua kalimat syahadat. Hal ini sebagai perlambang bahwa orang tersebut telah mengakui ke-Esa-an Allah dan Muhammad sebagai utusannya, sehingga jiwa dan raganya telah siap untuk melaksanakan ibadah salat. Oleh sebab itu, setiap pria yang akan melaksanakan ibadah wajib mengenakan celana panjang.

Untuk menegakkan tradisi tersebut, setiap datang waktusalat, Balakusu (penjaga masjid) akan mengawasi setiap jemaah yang hendak memasuki masjid. Jika ada jamaah yang memakai sarung, maka akan ditegur dan disuruh mengganti dengancelana panjang. Jika tidak, maka jamaah tersebut disarankan untuk salat di tempat lain. Tak hanya wajib mengenakan celana, para jamaah juga diharuskan memakai penutup kepala atau kopiah. Hal ini agar para jamaah tidak terganggu oleh helai-helai rambut ketika sedang melakukansalat. Berbagai macam aturan ini berlaku tidak pandang bulu, sehingga harus ditaati oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk sultan dan para kerabatnya.

Tradisi Malam Qunut dan Kolano Uci Sabea

Prosesi Kolano Uci Sabea
Salah satu tradisi yang setiap tahun diadakan di Masjid Sultan Ternate adalahMalam Qunut yang jatuh setiap malam ke-16 bulan Ramadhan. Dalam tradisi ini, sultan dan para kerabatnya dibantu olehBobato Akhirat (dewan keagamaan kesultanan) mengadakan ritual khusus yaituKolano Uci Sabea, yang berarti turunnya sultan ke masjid untuk salat dan berdoa.

Kolano Uci Sibea dimulai dari istana menuju masjid untuk melaksanakansalat Tarawih. Sekitar pukul setengah delapan waktu setempat, sultan akan ditandu oleh pasukan kesultanan menuju masjid dan diiringi alunan alat musikTotobuang (semacan gamelan) yang ditabuh oleh sekitar dua belas anak kecil yang mengenakan pakaian adat lengkap di depan tandu sultan. Konon, alat musik ini merupakan pemberianMaulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) kepada salah satu Sultan Ternate yang berguru kepadanya.

Sebelum salat Tarawih dilakukan, para muadzin yang terdiri dari empat orang, mengumandangkan adzan secara bersama-sama. Menurut sebagian orang, ini untuk mengingatkan masyarakat Ternate tentang empatSoa (kelurahan pertama) di daerahTernate. Empat Soa ini yaitu Soa Heku (Kelurahan Dufa-Dufa), Soa Cim (Kelurahan Makassar), Soa Langgar (Kelurahan Koloncucu), dan Soa Mesjid sultan sendiri. Namun, ada juga yang percaya bahwa pengumandangan adzan oleh empat muadzin tersebut melambangkan empat kerajaan terkuat yang masih saling bersaudara di kawasan Maluku Utara, yaituTernate,Tidore,Bacan, danJailolo. Keempat kerajaan ini dalam kepercayaan masyarakat setempat biasa disebutMoloku Kie Raha (pemangku empat gunung atau kerajaan).

Usai melaksanakan Tarawih, sultan akan pulang ke istana dengan ditandu kembali seperti ketika keberangkatannya ke masjid. Di istana sultan bersama permaisuri (Boki) akan memanjatkan doa di ruangan khusus, tepatnya di makam keramat leluhur. Usai berdoa, sultan dan permaisuri akan menerima rakyatnya untuk bertemu, bersalaman, bahkan menciumi kaki sultan dan permaisuri sebagai tanda kesetiaan. Tentu saja, pertemuan langsung antara sultan dan rakyatnya ini menarik minat masyarakat di seluruh Ternate dan pulau-pulau di sekitarnya.

Dalam satu tahun, ritual Kolano Uci Sabea dilaksanakan empat kali, antara lain pada Malam Qunut, MalamLailatul Qadar (keduanya pada bulan Ramadhan), serta pada Hari RayaIdul Fitri dan Idul Adha. Pelaksanaan Kolano Uci Sabea dilakukan secara turun temurun oleh setiap Sultan Ternate hingga kini. Menurut kepercayaan, dalam kondisi apapunKolano (Sultan) memang harus melakukanSabea (salat) diSigi Lamo (Mesjid Sultan).

Dihapusnya Tradisi larangan bagi perempuan

Ornamen Mimbar Masjid Sultan Ternate
Hari Rabu tanggal 16 September 2009 bertepatan dengan tanggal 26 Ramadhan 1430 Hijriyah, Kolano (Raja) Ternate, Sultan Mudaffar Sjah, menghapuskan satu tradisi lama Masjid Sigi Lamo, yaitu tradisi yang melarang muslimah untuk sholat di Masjid Sultan Ternate atau Sigi lamo. Dalam ritual Kolano Uci Sabea tahun 2009M / 1430H menyambut datangnya malam Ela-ela atau Lailatul Qadar di masjid Kesultanan Ternate, Sultan Mudaffar Sjah mengajak serta Boki (permaisuri) Nita Budhi Susanti untuk salat di Masjid Sigi Lamo.

Bukan hanya itu saja, apabila sebelum-sebelumnya hanya kolano (sultan) yg ditandu menurut Istana menuju masjid, malam itu Boki Nita Budhi Susasti pun ikut ditandu menuju masjid Sigi Lamo. Bersama ratusan ibu-mak & remaja putri yg mengusungnya, Nita menjadi jamaah wanita pertama di masjid tersebut.

Meskipun tindakan Sultan tersebut sempat menjadi kontroversi di tengah rakyat Ternate, namun Sultan kukuh menggunakan pendiriannya buat menghapus tradisi tadi, pada pernyataannya pada wartawan dan warga , sultan berkata bahwa menjadi muslim dia berusaha sekuat energi untuk patuh pada tuntunan Rasulullah Muhammad SAW. Menurut sunnah Rasulullah bahwa sesungguhnya kewajiban salat bukan hanya bagi laki-laki saja akan tetapi jua buat perempuan .

Referensi

Keagungan Masjid Sultan Ternate

Masjid Sultan Ternate, Maluku Utara

Masjid Sultan Ternate

Runtuhnya Tradisi Masjid Sigi Lamo

Video Masjid Sultan Ternate

Azan di Masjid Sultan Ternate

Prosesi Malam Qunut pada Masjid Sultan Ternate

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done