|
Pelataran depan Masjid Lawang Kidul dengan prasasti wakaf di bagian depan mihrab nya |
Wakaf Kyai Marogan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, lahan seluas 2104 meter persegi tempat masjid Lawang Kidul ini bediri beserta bangunan masjid & seisinya adalah wakaf menurut Kiai Merogan yg aslinya pada Ikrarkan di depan Paduka Pangiran Penghulu Fatih Agama Muhammad ?Aqil disaksikan empat penghulu lainnya, dalam hari Ahad lepas 6 Syawal 1310H. Kemudian dijelaskan lagi didalam akta pengganti ikrar wakaf nomor W.Tiga/001/BA.03.Dua/05/1990 lepas 4 Jumadil Awal 1411H / 22 Nopember 1990M.
Pengesahan Nadzir Nomor W.Lima/001/BA032/05/1990 Tanggal 4 Jumadil Awal 1411H / 22 Nopember 1990M. Sertifikat Nomor 953/1993 tanggal 10 Maret 1993. Tanggal 6 Syawal 1310H atau bertepatan menggunakan tahun 1890M yang adalah lepas dari pernyataan wakaf dari Kyai Merogan yg sekarang dijadikan rujukan sebagai tahun pembangunan masjid ini.
|
Prasasti Salinan Akta wakaf Kiai Marogan |
Salinan Akta Wakaf
Berikut ini merupakan salinan akta wakaf yang telah kami alih aksara. Ada beberapa bagian kata dan kalimat bewarna merah merupakan bagian yg kami belum fahami atau bahkan mampu jadi kami keliru dalam membacanya, termasuk beberapa perlengkapan atau perabot pada pada masjid yg disebutkan dalam akta yg bertanggal 6 Syawal 1310H/1890 M.
Cap Penghulu
Tandatangan
Penghulu Muhammad ?Aqil
Surat Tanda Munj a z Wakaf Lillahita’ala Nomor Empat Belas
Kepada hari Ahad tanggal enam Syawal Seribu Tiga Ratus Sepuluh, betul berhadap di muka Roada Agama P aduka Pangiran Penghulu F atih agama Muhammad ‘Aqil serta empat khotib Penghulu yang berteken di bawah ini yaitu Kiagus Haji Ma’ruf Haji Akhmad Haji Abdul Rokhman Kiagus Haji Abdul Karim – Alih seseorang laki laki nama Masagus Haji Abbdul Hamid Bin Masagus Mahmud Alias Kanang, umur delapan puluh tahun lebih kurang.
Orang ?Alim mengajar di Palimbang, Jiwa pada Kampung empat ulu ? Karena beliau orang akan membuwat surat liputan nazar Munjiz wakaf lillahita?Ala ? Maka Roada kepercayaan periksa (mendapat) kepadanya yang diya orang pada dalam Sihat badan nya & simpurnah Aqalnya lagi ja?Zal tashrif min ghoir ?Akroha wal ajbar ? Kemudian maka terikrarlah uleh Masagus Haji Abdul Hamid Al-Mazkur
“ dari aku ada punya milik yaitu duwa masjid di negeri Palimbang, Satu masjid di Kampung karang Baru marogan, dan lagi satu masjid di kampung lima ilir Lawang Kidul sarat pekakas pekakas yang ada di dalam itu masjid yang tersebut seperti Setulub setulub dan lampu lampu dan kandil kandil dan satrun satrun dan Gerubuk gerubuk semuanya pada yang ada di dalam itu duwa masjid yang tersebut pada masa sekarang ”.
“J uga aku nazarkan dengan nazar manjiz aku ‘abdikan waqaf lillahita’ala selama lamanya. Di tempat orang orang berbuat ibadah dan sembahyang. Tidak harus lagi ahli waris yang kubuwat juwal atau gadaikan atau bahagi waris aku tidak rhido duniya akhirat. Sehadangan catang sarot Aku Masagus Haji Abdul Hamid Al-Muzakir berteken dibawah ini dihadapan roada agama yang tersebut demikianlah adanya ” .
Khotib Penghulu, tanga tangan, Ki Agus Haji Ma?Ruf
Khotib Penghulu, indikasi tangan, Haji Akhmad
(Haji Masagus Abdul Hamid)
Khotib Penghulu, pertanda tangan, Haji Andul Rohman
Khotib Penghulu, pertanda tangan, Ki Agus Abdul Karim
|
Kiri depan adalah adalah prasasti salinan akta wakaf berdasarkan Kiai Marogan |
Sejarah Pembangunan Masjid Lawang Kidul (MLK)
Rumah ibadah ini dibangun dan diwakafkan ulama Palembang Kharismatik, Ki. Mgs. H. Abdul Hamid bin Mgs. H. Mahmud alias K. Anang pada tahun 1310 H (1890 M), angka tahun pembangunan ini merujuk kepada tanggal di akta wakaf dari Kyai Merogan di depan Penghulu Muhammad ?Aqil pada hari Ahad tanggal 6 Syawal 1310 Hijriah, yang bertepatan dengan tahun 1890 Miladiah (masehi).
Beliau lebih dikenal menjadi Kiai Merogan, merujuk pada loka tinggal dan sentra aktifitas da?Wah dia yang berada pada muara sungai Ogan di Kawasan Seberang Ulu, tidak jauh berdasarkan stasiun Kereta Api Kertapati. Sungai Ogan merupakan galat satu dari sekian poly anak Sungai Musi.
|
Plakat Renovasi bangunan tambahan Masjid Lawang Kidul |
Sejak dibangun tahun 1890 masjid Lawang Kidul sudah dilakukan perbaikan tahun 1983-1987. Meskipun sebagian akbar materialnya asli, terdapat beberapa bagian yang terpaksa diganti, terutama bagian atapnya yang semula genteng belah bamboo, kemudian diganti dengan genteng kodok. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa Material bangunan orisinil bangunan masjid ini terdiri atas adonan kapur, telur, dan pasir. Sedangkan bahan kayunya ?Tiang, pintu, atap, & bagian penunjang lainnya- terbuat dar kayu Ulin atau dalam bahasa Palembang disebut Kayu Onglen.
Sebagaimana disebutkan pada plakat yang dipasang pada beberapa bagian masjid ini, Renovasi bangunan tambahan Masjid Lawang Kidul dilasanakan mulai tanggal 7 Januari 2008 dan selesai pada tanggal 20 Juni 2012 menggunakan dana sebanyak sekitar Rp. 1 (satu) Milyar Rupiah dari sodaqoh jariyah muslim dan muslimat.
|
Ornamen atap mihrab dan & zenit atap masjid Lawang Kidul menggunakan bentuk yang unik |
Siapakah Kiai Merogan
Ki. Mgs. H. Abdul Hamid bin Mgs. H. Mahmud alias K. Anang atau Kiai Merogan dilahirkan tahun 1811 dan wafat pada tanggal 31 Oktober 1901. Ayahnya adalah seorang ulama dan pedagang sukses. Beliau cukup lama menetap di Mekkah, kemudian pulang ke kampung halaman – bersama murid-muridnya, Kiai Merogan berda’wah menggunakan perahu hingga ke daerah pelosok di Sumatera Selatan.
Selama tinggal pada Mekah beliau sempat membentuk Tiga pemondokan jemaah haji bagi para jemaah berdasarkan Nusantara & sekitarnya. Di tanah air beliau, selain Masjid Lawang Kidul & Masjid Kiai Merogan di Palembang, Kiai Merogan masih memiliki peninggalan berupa masjid pada Dusun Ulak Kerbau Lama Pegagan Ilir (Ogan Ilir). Sayang, kebakaran hebat pernah menghaguskan Kampung Karangberahi dalam antara tahun 1964-1965. Kebakaran ini jua, diduga menghanguskan peninggalan berupa karya tulis Kiai Merogan. Makam beliau berada pada areal Masjid Kiai Merogan, pada tempat Seberang Ulu, Kota Palembang dan hingga sekarang makam dia terawat baik & senantiasa ramai peziarah.
Kiai Marogan diketahui juga mempunyai seorang Adik Laki Laki bernama KH. Masagus Abdul Aziz lebih dikenal dengan sebutan Kiai Mudo karena usianya yang lebih muda dari Kiai Marogan. Bila Masagus Abdul Hamid lebih dikenal sebagai Kiai Marogan karena pusat aktivitasnya yang berada di Muara Sungai Ogan, adik beliau, KH Masagus Abdul Aziz lebih dikenal luas di daerah Belida yang membentang di sepanjang aliran Sungai Belida seperti Gelumbang, Gumai, Kartamulia, Betung, Sukarame, Lembak dan sekitarnya. Baik Sungai Belida maupun Sungai Ogan merupakan anak sungai Musi yang sama sama bermuara ke sungai Musi. (selesai)
---------------------------
Artikel Terkait