![]() |
Aerial view Masjid Agung Sultan Kadirun atau Masjid Agung Bangkalan (foto dari IG Sirojul Umam @siumam) |
Masjid Agung Bangkalan merupakan salah satu masjid bersejarah di pulau Madura khususnya di kabupaten Bangkalan, sekaligus juga merupakan salah satu masjid warisan sejarah kerajaan Islam yang pernah ada di pulau Madura. Merujuk kepada situs simas Kemenag RI, Masjid Agung Bangkalan ini pertama kali dibangun tahun 1819.
Masih merujuk kepada situs yang sama, Masjid Agung Bangkalan terdaftar di sistem informasi masjid Kemenag RI dengan nomor ID 01.2.16.26.01.000001. Lahan tempat masjid ini berdiri seluas 11.527 m2, sedangkan luas bangunannya mencapai 3000 m2 dengan daya tampung 5000 jemaah. Masjid Agung Bangkalan ini menyandang nama resmi Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan, dinisbatkan kepada nama pendirinya, meskipun lebih dikenal dengan nama Masjid Agung Bangkalan.
Masjid Agung Bangkalan
Jl. Sultan Abd. Kadirun No.Lima kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur
Indonesia. Kode Pos 69115
Sejarah Masjid Agung Bangkalan
Masjid Agung Bangkalan Pertama kali dibangun sang Sultan Raden Maulana Abdul Kadir bergelar Pangeran Adipati Cakra Adiningrat II & lebih dikenal menggunakan nama Sultan Kadirun. Pembangunannya dimulai menggunakan pemancangan pertama dalam tanggal 14 Jumadil Akhir 1234 H atau 10 April 1819 M sehabis Sholat Jum?At. Bangunan awal masjid ini ukuran 30 m x 30 m. Sejarah perjalanan masjid ini cukup menarik, mengingat pada awalnya, masjid ini penggunaannya hanya dikhususkan bagi kerabat keraton, dan baru pada masa Sultan Kadirun, di renovasi dan diresmikan sebagai wakaf dan terbuka buat warga umum.
Raden Maulana Abdul Kadir (Sultan Kadirun), yang dikenal trengginas pada medan tempur itu wafat dalam hari Kamis Legi 11 Safar 1775 Rahun Jawa, atau lepas 28 Januari 1847 Masehi. Jasad beliau disemayamkan di sebuah cungkup berukuran akbar menggunakan konstruksi dan seni arsitektur bangunan bernuansa gugusan Eropa (Belanda) & Islam, di belakang Masjid Agung Bangkalan yg dibangun nya.
Di pada Cungkup Paseran Raden Maulana Abdul Kadir jua bersemayam belasan makam sanak keluarga dan kerabat dekat beliau. Diantaranya adalah makam Pangeran Muhammad Jusuf alias Panembahan Cakra Adiningrat VII (1847-1862), makam Raden Abdul Jumali alias Pangeran Pakuningrat (1862-1879), makam Raden Mohammad Ismail alias Panembahan Cakra Adiningrat V (1862-1882) & sanak keluarga & kerabat lainnya.
![]() |
Interior Masjid Ag ung Sultan Kadirun Bangkalan (foto dari IG @ardypurnawansani) |
Renovasi, perbaikan & ekspansi Masjid Agung Bangkalan
Sejak dibangun sang Raden Maulana Abdul Kadir, sepanjang perjalanan sejarahnya Masjid Agung Bangkalan ini telah beberapa kali dipugar. Pemugaran pertama dilakukan dalam tahun 1899-1900 atas prakarsa Bupati Bangkalan pertama Raden Moh. Hasyim bergelar Pangeran Suryonegoro. Pemugaran berikutnya dilakukan oleh Bupati Sis Tjakraningrat di tahun 1950 sesudah masjid tersebut mengalami kerusakan akibat gempa.
Di tahun 1965 Masjid tersebut telah nir sanggup menampung jemaahnya, terutama pada waktu sholat Jum?At & sholat led. Master plan planning perluasan masjid terwujud pada masa kepemimpinan Bupati HJ dibuat oleh ITS Surabaya. Realisasi proyek ekspansi baru terealisasi dalam masa pemerintahan Pejabat Bupati Soelarto dalam hari Jum?At 16 Syahban 1401 H atau tanggal 19 Juni 1981 perluasan Masjid dimulai dan dilaksanakan menggunakan sistem bertahap (dibagi 5 tahapan).
Proyek perluasan dilanjutkan sang bupati berikutnya, Bupati Drs. Soemarwoto, Bupati Abd. Kadir melanjutkan menuntaskan tahapan ke IV & ke V. Perluasan masjid dalam masa ini dibantu pendanaan sang pengusaha besar dari Kabupaten Bangkalan, Drs H Hoesein Soeropranoto, bekerja sama menggunakan Yayasan Ta?Mirul Masjid Agung Bangkalan. Proyek tersebut menghabiskan dana lebih menurut Rp. 545,lima juta Rupiah. Proyek tadi dilaksanakan lepas 28 Oktober 1990 s/d lepas 16 April 1991. Renovasi berikutnya dilakukan dalam masa pemerintahan Bupati Bangkalan, RKH Fuad Amin,Spd.
![]() |
Mimbar Berukir Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan (foto dari IG @alamsyah_nx) |
Arsitektur Masjid Agung Bangkalan
Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan dibangun di sentra kota Bangkalan, pada sisi barat Taman Paseban, Alun Alun Utara & Lapangan Karapan Sapi kota Bangkalan. Lokasinya terpaut sekitar 2,3 km berdasarkan komplek tempat kerja Bupati Bangkalan yg berada di barat Daya Alun Alun. Meski sudah mengalami berkali kali renovasi bangunan utama masjid ini masih mempertahankan bentuk aslinya berupa bangunan masjid khas Indonesia dengan atap limas bertingkat tanpa kubah bulat.
Di dalam masjid kita akan menemukan jejeran pilar pilar menopang struktur atapnya yang semuanya terbuat menurut kayu berukir sangat indah. Jejeran pilar ini mendominasi interior masjid, begitupun dengan kayu kayu struktur atapnya, menghadirkan suasana sejuk alami pada dalam masjid. Lampu gantung ukuran besar menjuntai di bawah atap limasnya tengah ruangan masjid.
Mihrab nya berupa ceruk berlengkung terdiri dari ceruk bagian tengah sebagai ruangan imam, sedangkan mimbar khutbah ditempatkan di ceruk disebelahnya. Mimbar kayu di masjid ini berupa mimbar kayu berukir dengan beberapa undakan anak tangga tanpa podium. Bentuk mihrab masjid ini senada menggunakan bentuk jendela ventilasi masjid yg pula dibentuk berlengkung pada bagian atasnya.
![]() |
Mihrab dan mimbar Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan (foto berdasarkan gmap) |
Lantai masjid dibangun lebih tinggi dari bagian atas tanah pada sekitarnya. Ada jejeran tangga akbar menjadi akse ke masjid masing masing terdiri dari enam anak tangga. Tangga utama pada bagian depan mengarah ke jalan raya sedangkan tangga samping mengarah ke area loka wudhu di sebelah kiri dan kanan. Bangunan primer masjid kini menjadi bangunan induk yg dikelilingi menggunakan bangunan tambahan berupa teras pada sekeliling bangunan utama.
Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan ini pula dilengkapi menggunakan sepasang menara yg dibangun pada halaman depan masjid di sisi kiri dan kanan. Sepasang menara ini dibangun pada gaya campuran Turki menggunakan ujung atap yg runcing dan badan menara yang bulat dan ramping, dipadu menggunakan gaya Arabia pada bagian balkoni nya yg spesial misalnya balkoni menara Masjidil Haram. Dari sisi arsitektur, menara masjid ini sama sekali tidak sama dengan bangunan utama masjid, lantaran memang dibangun di era yang tidak sinkron dengan langgam seni bangunan yg pula berbeda. (updated 17-8-2019)***
***
------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di@masjidinfo dan@masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Referensi
http://www.lontarmadura.com/sejarah-pemugaran-masjid-agung-bangkalan/
http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/24686/
https://www.pulaumadura.com/2015/04/sekilas-mengenai-sejarah-berdirinya.html
https://situsbudaya.id/masjid-agung-bangkalan/
Baca Juga Masjid di Jawa Timur Lainnya
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya