![]() |
::: terlihat sepi pada hari biasa, tetapi Langgar Agung ini sahih sahih dopadati jem'ah sampai ke jalanan di 2 sholat hari raya & di perayaan maulid nabi ::: |
Langgar Agung atau kadang diklaim Masjid Langgar Agung merupakan mushola tua yg berada pada pada komplek keraton Kasepuhan Cirebon. Kata Langgar adalah sama menggunakan surau atau mushola. Disebut & difungsikan menjadi Langgar lantaran memang tak jauh menurut lokasi nya, berdiri megah Masjid Agung Sang Ciptarasa yg merupakan masjid resmi kesultanan Cirebon, dan pada pada komplek keraton ini juga terdapat Langgar Alit dengan berukuran yg jauh lebih mini .
Ada beberapa tradisi yang sangat unik dari Langgar Agung ini yang permanen dilestarikan oleh keluarga keraton Kasepuhan Cirebon. Diantaranya yg paling menyedot perhatian warga luas adalah perhelatan Panjang Jimat oleh Keraton Kasepuhan yang program puncaknya digelar pada Langgar Agung ini.
Lokasi Langgar Agung
Untuk menuju ke Langgar Agung, tentu saja harus menuju ke Keraton Kasepuhan Cirebon, salah satu menurut tiga Keraton di Kota Cirebon yg dalam awalnya merupakan satu Kesultanan yakni Kesultanan Cirebon sebelum lalu terbagi menjadi 3 Keraton yaitu Keraton Kasepuhan dengan Sultan Sepuh menjadi penguasanya, Lalu Keraton Kanoman dengan Sultan Anom-nya & Keraton Kacirbonan.
Dari arah gerbang paling depan yang menghadap ke Alun Alun Keraton Kasepuhan, Langgar Agung berada pada page ke 2 yang berada diatara gerbang pertama & kedua (Regol Pengada), dua gerbang yg sama sama berbentuk paduraksa beratap genteng. Hanya sedikit perbedaan pada ornamen atap dan rona-nya.
Gerbang paduraksa kedua (Regol Pengada) berukuran 5 x 6,5m dibangun memakai batu & daun pintunya menurut kayu. Adalah gerbang masuk ke page keraton Kasepuhan. Dari gerbang peduraksa pertama Langgar Agung terdapat di sebelah kanan (sisi barat).
Langgar Agung Keraton Kasepuhan
Kompek Keraton Kasepuhan Cirebon
Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan
Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat.
Koordinat Geografi : 6°43'36.66"S 108°34'13.89"E
View Langgar Agung Keraton Kasepuhan in a larger map
Sejarah Pembangunan Langgar Agung
Sejauh ini kami belum menemukan literatur yang secara kentara mengungkapkan kapan & sang siapa Langgar ini dibangun. Hanya saja, menjadi sebuah kerajaan Islam, pembangunan komplek keraton umumnya berbarengan menggunakan pembangunan sebuah masjid atau mushola atau setidaknya pembangunan antara gedung keraton & mushola / masjidnya tidak terpaut jauh.
Keraton Kasepuhan pada awalnya dibangun oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi II menggunakan nama Keraton Pakungwati atau Dalem Agung Pakungwati pada tahun 1452. Nama tadi dinisbatkan pada putri tunggal dia yg bernama Putri Pakungwati. Sebagai pusat pemerintahan Cirebon yang kala itu masih merupakan wilayah bawahan kerajaan Padjajaran.
Dikemudian hari putri Pakungwati dinikahkan oleh Pangeran Cakrabuana dengan keponakannya yg tak lain merupakan Syarif Hidayatullah yang dikemudian hari menjadi Sultan Pertama di Kesultanan Cirebon. Keraton tersebut diperluas kurang lebih tahun 1479. Bangunan asli Keraton Pakungwati sendiri kini telah tidak ada lagi.
Lokasinya kini ditandai dengan 3 bangunan petilasan, yakni petilasan Sunan Gunung Jati, Petilasan Pangeran Cakrabuana & petilasan Walisongo. Ketiga petilasan tadi dilingkupi dengan pagar tembok menurut susunan bata merah menggunakan gerbang berpintu kayu berukir. Di pada komplek petilasan ini masih ada sumur Kejayaan.
Sedangkan bangunan keraton yang sekarang berdiri dibangun sehabis wafatnya Sunan Gunung Jati dan posisi dia digantikan sang cicitnya yg bernama Pangeran Emas Zaenal Arifin, bergelar Panembahan Pakungwati I. Pada tahun 1529 beliau menciptakan keraton baru di sebelah barat daya keraton lama . Kemungkinan akbar Langgar Agung dibangun bersamaan menggunakan pembangunan tersebut.
Tradisi Mauludan
Sekali pada setahun, Langgar Agung Keraton Kasepuhan menjadi pusat peringatan Maulid Nabi yg diselenggarakan setiap tahun pada Keraton Kasepuhan. Tradisi Mauludan di kota Cirebon atau lebih dikenal menggunakan nama tradisi Panjang Jimat adalah tradisi yang diselenggarakan sang tiga Keraton di kota Cirebon, baik di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman & Keraton Kacirbonan.
Panjang Jimat merupakan serangkaian ritual panjang peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Yg dimulai menggunakan pencucian benda benda pusaka keraton yg akan dipergunakan dalam prosesi Maulid Nabi, hingga ke program puncaknya berupa iring iringan benda benda pusaka tadi menurut keraton Kasepuhan menuju ke Langgar Agung buat pelaksanaan program puncak peringatan Maulid Nabi yg dipimpin sang imam Masjid Agung Sang Ciptarasa.
Sultan Kasepuhan Cirebon Salat Id Dua Kali
Selain tradisi Mauludan, yang tidak kalah menarik tradisi pada Langgar Agung ini merupakan tatkala Sultan Sepuh, penguasa Keraton Kasepuhan melaksanakan Sholat Idul Fitri & Idul Adha dua kali. Sholat Id pertama dilaksanakan pada Langgar Agung ini beserta menggunakan seluruh kerabat keraton kemudian kemudian dilanjutkan dengan Sholat Id kedua di Masjid Agung Sang Ciptarasa. Sultan dijemput oleh Imam Masjid ke keraton untuk kemudian berjalan kaki menuju ke Langgar Agung diiringi sang para kerabat.
Salah satu berdasarkan abdi dalem yg mengiringi keluarga Sultan membawa sebuah dupa yg menyala buat menebarkan aroma wewangian sejak berdasarkan keraton hingga masuk ke dalam Langgar Agung. Di pada Langgar Agung Sultan melaksanakan sholat membaur menggunakan semua kerabat dan rakyat pada lingkungan keraton, nir pada pada maksurah atau Krapyak seperti pada Masjid Agung Sang Ciptarasa.
Tradisi unik lainnya pada Langgar Agung ini adalah, khutbahnya disampaikan dalam bahasa Aeab, tradisi yang sama pula dilaksanakan pada Masjid Agung Sang Ciptarasa. Khutbah berbahasa Arab ini sudah dilaksanakan semenjak masa Sunan Gunung Jati menggunakan tujuan buat memotivasi jemaah buat belajar bahasa Arab.
Selesai melaksanakan sholat Id di Langgar Agung ini, Sultan sepuh dan keluarga akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki lebih kurang 100 meter menuju ke Masjid Agung Sang Ciptarasa buat melaksanakan sholat Id beserta masyarakat umum pada masjid Kesultanan tadi.
Sepulang berdasarkan Masjid Agung Sang Ciptarasa, Sultan famili balik ke keraton dengan berjalan kaki dan disambut dengan tetabuhan gamelan sekaten pada pendopo keraton, disana Sultan akan singgah sejenak melepas lelah sembari menikmati irama gamelan sekaten yang hanya dimainkan 2 kali pada setahun yakni ketika Idul Fitri & peringatan Maulid Nabi.
Arstitektural Langgar Agung
Bangunan Langgar Agung mempunyai bangunan utama menggunakan ukuran 6 x 6 m. Teras 8 x 2, lima m. Denah bangunannya berbentuk ?T? Terbalik Karena teras depan lebih besar berdasarkan bangunan utama. Bagian teras berdinding kayu 1/2 berdasarkan permukaan lantai, kemudian 1/2 permukaan diberi kisi-kisi kayu. Dinding bangunan primer merupakan dinding tembok. Mihrab berbentuk melengkung ukuran lima x tiga x 3 m. Di dalam mihrab tersebut terdapat mimbar terbuat menurut kayu berukuran 0,90x 0,70x2 m.
Atap Langgar Agung merupakan atap tumpang 2 menggunakan menggunakan sirap. Konstruksi atap disangga 4 tiang utama. Langgar Agung ini mempunyai laman dengan berukuran 37 x 17 m. Langgar ini berfungsi menjadi loka ibadah kerabat keraton. Bangunan Langgar Agung dilengkapi jua menggunakan Pos Bedug Somogiri. Bangunan yang menghadap ke timur ini berdenah bujursangkar ukuran 4 x 4 m yang pada dalamnya masih ada bedug (tambur). Bangunan ini tanpa dinding dan atap berbentuk limas, epilog atap didukung 4 tiang utama dan lima tiang pendukung.
disparbud.jabarprov.go.id - Keraton Kasepuhan
tugaskab.blogspot.com- ngelirik keraton di Cirebon
liputan6.com – sultan kasepuhan cirebon salay id dua kali
Artikel Terkait
Masjid Agung Sang Cipta Rasa ? Cirebon (Bagian 1)
Masjid Agung Sang Cipta Rasa ? Cirebon (Bagian 2)
Masjid Agung Sang Cipta Rasa ? Cirebon (Bagian tiga)
Masjid Agung Sang Cipta Rasa ? Cirebon (Bagian 4)
Masjid Merah Panjunan - Cirebon
catatan hendra jailani - Apakah Sunan Gunung Jati Keturunan China ?
catatan hendra jailani - Matahari di Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon
catatan hendra jailani - Pesan Dari Masa Lalu Di Masjid Agung Cirebon
catatan hendra jailani - Bisikan dari pintu Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon
catatan hendra jailani - Kisah Dua Masjid Yang Dibangun Berpasangan
ayo ke masjid - Mihrab Masjid Agung Sang Ciptarasa, Berukir Tanpa Kaligrafi
singgahkemasjid - Sepuluh Fakta Menarik Masjid Agung Sang Cipta Rasa