Mesjid Kasunyatan Banten - Islami Pedia
News Update
Loading...

Thursday, August 13, 2020

Mesjid Kasunyatan Banten

Masjid Kasunyatan Banten

Masjid Kasunyatan adalah galat satu masjid tua di daerah Banten Lama, lokasinya pun tidak terlalu jauh berdasarkan Masjid Agung Banten, berada di kampong Kasunyatan sekitar satu kilometer sebelah selatan Masjid Agung Banten. Lokasinya yang tidak berada di sisi jalan raya utama mengakibatkan masjid ini seolah tersembunyi pada tengah tengah pemukiman penduduk, pun pula nir ada papan nama & rambu petunjuk eksistensi masjid ini. Lokasinya yang berada di pada lingkungan pemukiman menciptakan masjid ini tidak atau setidaknya belum timbul di dalam gambaran google street view.

Dulunya masjid dan kawasan ini dikenal sebagai tempat yang angker. Konon  bila ada orang tidur di masjid pada malam hari, dapat berpindah menjadi ke tengah hutan saat pagi harinya. Selain itu, dulu banyak burung hantu dan pohon-pohon besar di sekitar masjid, sehingga jarang ada masyarakat yang berani mendekati masjid.

Mesjid Kasunyatan

Kampung Kasunyatan RT 009/03 Desa Kasunyatan

Kecamatan Kasemen, Kota Serang

Provinsi Banten 42191 Indonesia

Kesan menjadi masjid tua memang sangat terlihat pada masjid ini. Foto tua masjid ini pula sebagai keliru satu koleksi Museum Tropen Belanda. Disebut masjid Kasunyatan karena memang berada pada kampong Kasunyatan, tetapi demikian masjid ini pula dikenal dengan Masjid Al-Fatihah karena dipercaya sebagai masjid pembuka dan jua liputan bahwa luas masjid ini adalah 144 meter persegi dan angka 144 tersebut sesuai menggunakan jumlah huruf yg ada di surah Al-Fatihah, surat pembuka di dalam susunan surah buku Suci Al-Qur?An.

Masjid Kasunyatan berdiri pada atas huma sekitar satu hektar, terbagi pada 3 bangunan, yakni 2 pendopo & satu bangunan utama, yg berada pada tengah-tengah pendopo. Ruangan primer masjid Kasunyatan tak terlalu akbar itu, di dalam masjid ini masih berdiri dengan kokoh ?Singgasana? Raja milik Sultan Maulana Yusuf. Tak hanya ?Singgasana? Yang terbuat dari kayu jati yang dilapisi cat berwarna putih & emas, di atas ?Singgasana? Itu pula masih bertengger Pedang Cis, pedang milik Sultan Maulana Yusuf yang berbelah 2 dalam bagian bawahnya. Kini, tempat tersebut dijadikan loka khutbah saat salat Jumat digelar, & pedang itu dijadikan pegangan khotib.

Masjid Kasunyatan memang memiliki banyak simbolis, Masjid ini mempunyai 4 perkara, semuanya serba 4, memiliki 4 pintu gerbang, 4 pintu masjid, 4 tiang besar , menara yang berbentuk persegi 4, kolam yg berbentuk bintang 4, dan kubah yg berbentuk 4 burung. 4 masalah pula yang harus disebarkan, yakni keislaman, keimanan, keikhsanan, dan keikhlasan. Kasunyatan sendiri, memiliki 4 makna, yaitu kesucian, kenyataan, kesunyian dan kesepian.

Di lebih kurang masjid jua masih ada kolam pemandian yang mempunyai kedalaman sekitar 4 meter. Konon, kolam tadi digunakan menjadi pemandian bagi para mualaf. Kini, berdasarkan Ardabili, kolam pemandian itu kerap dijadikan tempat ritual setiap Kamis malam. Biasanya, orang yg datang buat mandi, sesudah itu, umumnya mereka berziarah, Di masjid ini pula masih ada tempat buat menyepi di menara masjid.

Di lebih kurang masjid, masih ada komplek Panembangan Sulaiman yg adalah komplek makam yg terbagi pada 2 bagian, bagian utara dan selatan. Di bagian utara, masih ada makam Syekh Abdul Syukur Sepuh, Syekh Ahmad Almadani, Tb Urip, Syekh Habul, Pangeran Arya Kasunyatan, Tb Sulaiman, Syekh Hasan Khan, Buyut Cempa, Patih Jaya Kusuma, & Tb Zulkarnain. Sementara di bagian selatan terdapat makam Nyi Ratu Asiyah, Nyi Karimah, Nyi Ratu Ayu Sari Banon, Tb Muhidin, Ki Rajil, Ki Ijel, & Ki Bujel..

Masjid Kasunyatan di Zaman Belanda, dengan kolam air wudhunya yang masih terbuka tanpa atap seperti waktu ini.

Beberapa benda peninggalan masih tersimpan di masjid Kasunyatan, terdiri berdasarkan Pedang Cis milik Sultan Maulana Yusuf, gentong Aceh, & rongsokan ranjang milik Nyi Ratu Asiyah. Beduk orisinil masjid ini ditukar menggunakan beduk milik Masjid Agung Banten. Di bulan Ramadhan selain menggelar salat tarawih beserta, dimasjid ini memiliki tradisi taqobalan, yakni puji-kebanggaan kepada Allah SWT.

Sejarah Masjid Kasunyatan

Sedikit sekali sumber sumber sejarah yang menyebutkan tentang masjid ini. Sumber tertulis yang ada di masjid ini berupa prasasti yang ditandatangani Bupati Serang RTA Soeria Nata Atmadja, pada Desember 1932 yang terletak pada pendopo bagian kanan masjid. Tentang renovasi / perbaikan masjid Kasunyatan bukan pembangunan awal masjid ini. Sejauh ini ada dua pendapat tentang sejarah pembangunan masjid ini. Berbagai sumber di dunia maya menyebutkan masjid ini merupakan masjid tertua di Banten, dibangun tahun 1533 oleh Maulana Hasanuddin yang merupakan Sultan Pertama di Kesultanan Banten. Meski ada juga sumber sumber yang menyebutkan masjid ini dibangun oleh Maulana Yusuf, putra dari Maulana Hasanuddin.

Bila menilik angka tahun 1533 sebagai tahun pembangunan masjid ini lalu di sandingkan dengan catatan sejarah lainnya, menunjukkan bahwa; Masjid Kasunyatan dibangun jauh lebih dulu sekitar 19 tahun dibandingkan dengan pembangunan Masjid Agung Banten (1522) atau 6 tahun setelah jatuhnya Sunda Kelapa (1527) ke tangan Pasukan Islam Gabungan dari Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak di bawah pimpinan Fatahillah yang kemudian mendirikan Kesultanan Jayakarta.

Merujuk pada nomor tahun tersebut & pendapat bahwa masjid Kasunyatan merupakan Masjid pertama di Banten memang mengakibatkan pertanyaan: mengapa Maulana Hasanuddin membentuk masjid pertama pada Banten justru di kampung Kasunyatan yang terpaut cukup jauh menurut Keraton. Rata rata Kesultanan pada Jawa memulai pembangunan komplek Keraton ataupun loka tinggal raja bersamaan menggunakan pembangunan Masjid dan Alun Alun. Belum diketahui dengan pasti apakah Maulana Hasanuddin tadinya memang tinggal di tempat tersebut sebelum lalu menciptakan Keraton dan Masjid Agung Banten, atau memang karena latar belakang tertentu.

Seperti disebutkan tadi bahwa tahun 1533 terpaut enam tahun paska jatuhnya Sunda Kelapa ke tangan pasukan Islam gabungan dari Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon yang faktanya juga di dukung oleh pasukan Banten, menunjukkan bahwa Islam sudah memilki pengaruh cukup kuat di wilayah Banten jauh sebelum kemudian secara tegas membebaskan diri dari pengaruh Padjajaran.

Interior Masjid Kasunyatan

Maknanya bahwa Islam telah disampaikan secara jelas terangan di kawasan Banten dan sudah pada anut kalangan Ningrat Istana tanpa rasa khawatir, dan tentunya kurang sempurna buat menyebut bahwa pembangunan masjid ini jauh menurut istana menjadi bentuk penghindaran kasus yang akan muncul karena ketersinggungan kerajaan Pajajaran selaku induk daerah Banten kala itu, terlebih lagi bahwa paska runtuhnya Sunda Kelapa, Pajajaran telah kehilangan kekuasaannya atas daerah Banten.

Lain halnya jika ternyata masjid Kasunyatan memang dibangun sang Maulana Yusuf, putra partama Maulana Hasanuddin, sekaligus merupakan Sultan Kedua pada Kesultanan Banten. Semasa berkuasa dia memang terkenal sangat merakyat dan sangat mengasihi pertanian, hingga hingga ketika wafat pun dia dimakamkan di tengah pesawahan bukan di komplek pemakaman kerajaan, sesuai dengan wasiat dia. Jika hal itu benar maka dengan sendirinya akan menggugurkan pendapat bahwa masjid Kasunyatan merupakan masjid pertama pada daerah (Kesultanan) Banten.

Adalah situs kebudayaan.kemdikbud salah satu yang menyebutkan bahwa masjid ini dibangun pada era Sultan Maulana Yusuf yang berkuasa antara tahun 1552-1570, dimana tokoh masyarakat (ulama) yang sangat berperan pada masa itu adalah Syekh Abdul Syukur, dan kini makam beliau di dalam cungkup kompleks masjid, yang oleh masyarakat setempat sangat dihormati dan dikeramatkan.

Masih di situs yg sama, disebutkan bahwa penamaan Kasunyatan bagi kampung tempat masjid ini berdiri bermula sejak era pemerintahan Maulana Muhammad (putra dari Maulana Yusuf). Dikisahkan bahwa buat menampakan rasa hormatnya pada sang pengajar yg bernama Kyai Dukuh, beliau memberi gelar pada oleh guru, Pangeran Kasunyatan yg kini makamnya juga berada pada kompleks masjid ini.

Bagaimanapun dibutuhkan penggalian data lebih dalam & lebih komprehensif buat mengetahui sejarah sebenarnya menurut Masjid Kasunyatan ini. Dan telepas dari seluruh itu, Masjid Kasunyatan tetaplah masjid tua yg patut dijaga kelestariannya menjadi masjid tua dan bersejarah.

Gapura Masjid Agung Kasunyatan dan kolam tempat berwudhu yg kini sudah diberikan atap pelindung.

Sekilas Sejarah Islam pada Banten

Catatan sejarah mengungkapkan bahwa Islam telah masuk & berkembang di wilayah Banten semenjak wilayah itu masih bernama Banten Girang & masih adalah bagian berdasarkan kerajaan Padjajaran yang berpusat di Pakuan (Bogor). Perkembangan Islam di Banten sendiri sebenarnya justru dilakukan sang anggota famili Istana Padjajaran sendiri. Syarif Hidayatullah yang dikemudian hari dikenal sebagai Sunan Gunung Jati tidak lain adalah cucu berdasarkan Prabu Siliwangi, Maharaja Padjajaran.

Syarif Hidatullah adalah putra tertua dari Dewi Rara Santang, dan Dewi Rara Santang adalah Anak Prabu Siliwangi dari pernikahannya dengan Subang Larang dari Pengguron Syech Quro (Syech Hasanuddin) di Karawang. Syarif Hidatullah menjadi sosok penting perkembangan Islam tanah Jawa sejak kedatangannya ke Cirebon dari tanah kelahirannya di Jazirah Arab, Di Cirebon beliau tinggal bersama Uwaknya, Pangeran Cakrabuwana, yang kala itu menjadi penguasa diCirebon sebagai bagian dari kerajaan Padjajaran.

Kedudukannya sebagai ?Orang pada istana? Sebagai keuntungan tersendiri bagi dia termasuk memberi-nya keleluasaan buat berpergian kemanapun pada dalam wilayah Padjajaran buat berdakwah termasuk ke wilayah Banten, sampai lalu dia menikah menggunakan Dewi Kawunganten, putri dari Adipati Banten. Dari pernikahan itu lahirlah putra dia yang diberi nama Maulana Hasanuddin.

Manakala Syarif Hidayatullah mendirikan KesultananCirebon lepas dari Padjajaran, tentunya memberikan hak waris tahta dan keningratan berganda Kepada Maulana Hasanuddin, Hak dari Ayahandanya di Keraton Cirebon dan hak dari Ibunda-nya di Keraton Banten. Maka sangat wajar bila dikemudian hari beliau turut mengerahkan pasukan Banten membantu pasukan gabungan Demak dan Cirebon dalam penaklukan Sunda Kelapa tahun 1527. Dan sangat wajar pula bila setelah itu beliau dikukuhkan sebagai Sultan Pertama di Kesultanan Banten.

Keturunan Maulana Hasanuddin juga yang dikemudian hari menaklukkan kekuasaan Padjajaran sekaligus menggondol Palangka Sriman Sriwacana yang merupakan batu penobatan raja raja Padjajaran ke Kraton Banten sebagai bentuk penghapusan kerajaan Padjajaran secara politik, dan secara de-facto sebagai penguasa wilayah wilayah bekas kerajaan Padjajaran, sekaligus juga menandai eksistensi Islam di tatar Pasundan.*** (dari berbagai sumber, data di olah)

Artikel Terkait

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Karawang

Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon

Masjid Agung Demak

Masjid Al-Mujahidin Cibarusah

Masjid Jami? Assalafiyah, Masjid Pangeran Jayakarta

catatan hendrajailani - Pudarnya Kilap Palangka Sriman Sriwacana

catatan hendrajailani - Siapakah Prabu Siliwangi

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done