Masjid Raya Mujahidin Kota Pontianak - Islami Pedia
News Update
Loading...

Thursday, August 20, 2020

Masjid Raya Mujahidin Kota Pontianak

Megah dan mewah. Kesan pertama melihat Masjid Raya Al-Mujahidin Pontianak ini.

Kota Pontianak, ibukota Provinsi Kalimantan Timur, kini memiliki sebuah masjid raya megah dan moderen dengan nama Masjid Raya Mujahidin. Dinamakan Masjid Raya Muhajidin karena ingin menandakan perjuangan. Banyak perjuangan yang dilakukan di Pontianak. Mulai dari perjuangan kemerdekaan RI sampai perjuangan menyebarkan agama Islam di pulau ini. Diharapkan masjid ini bisa selalu menjadi pengingat para Muslim untuk terus aktif di kegiatan agama.

Kota Pontianak merupakan salah satu kota tua di Indonesia dengan sejarahnya yang teramat panjang, di kota ini pernah berdiri kesultanan Pontianak dengan salah satu warisan sejarahnya adalah Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman yang merupakan masjid tertua di Kota Pontianak dan Kalimantan Barat. Kesultanan Pontianak merupakan salah satu dari sekian banyak kerajaan di Nusantara yang mendukung penuh kemerdekaan Republik Indonesia dengan salah satu tokoh terkenalnya yang juga merupakan pahlawan nasional, adalah Sultan Hamid II yang turut berkontribusi dalam merumuskan “Garuda Pancasila” sebagai Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Alamat Masjid Agung Mujahidin

JL. A.Yani, Kec.Pontianak Selatan

Kota Pontianak, Prov.Kalimantan Barat

Masjid Raya Muhajidin pertama kali diresmikan sang Presiden Soeharto dalam lepas 23 Oktober 1978 (20 Zulkaidah 1398), bertepatan dengan ulang tahun Kota Pontianak ke 207. Dalam rangka perluasan dan peremajaan bangunan masjid, dalam November 2011 dilakukan perbaikan Masjid Raya & diresmikan sang presiden Joko Widodo pada tanggal 20 Januari 2015 (29 Rabiul Awal 1436 H).

Bangunan Megah Masjid Raya Mujahidin Pontianak berdiri di atas huma seluas 4 hektar dan bisa menampung setidaknya 9 ribu Jemaah sekaligus. Secara generik terbagi sebagai 3 bagian yakni ; Bangunan primer Masjid berukuran 60 x 60 meter, kemudian bangunan menara primer yang dibangun terpisah berdasarkan bangunan utama, dan area plaza berdenah segi empat yang dikelilingi koridor panjang berada diantara bangunan primer masjid & menara primer.

Masjid Raya Muhajidin dibangun dengan memadukan beragam unsur arsitektur Islami dari berbagai peradaban Islam dan dipadu menggunakan ornamen spesial warga pontianak. Bangunan utamanya dibangun dua lantai, ruang sholat primer berada di lantai dua sedangkan lantai dasar digunakan buat berbagai kegiatan pendukung. Dari area plaza ada tangga besar pribadi menghubungkan ke area sholat di lantai 2.

Aerial View Masjid Raya Mujahidin Pontianak

Kubah akbar bewarna keemasan sarat dengan mozaik spesial Kalimantan pada semua bagian atas kubah dengan motif yang indah. Dibagian ujung kubah diletakkan ornamen sederhana meruncing sebagaimana tegaknya hurup alif. Empat buah menara menjulang di keempat penjuru masjid dengan bentuk & tinggi yang sama, ujung menara dilengkapi dengan kubah bewarna ke-emasan polos tanpa ornamen. Seperti halnya pada kubah primer, pada puncak menara ini pun dilengkapi dengan ornamen yg senada dengan kubah masjid. Bangunan masjid seperti ini mengingatkan kita pada bangunan bangunan masjid dinasti Usmaniyah yg ditandai dengan menara menaranya yang menjulang & kubah kubahnya yg berukuran akbar.

Disekeliling bangunan utama dilengkapi menggunakan sederatan pilar pilar tinggi & akbar lengkap menggunakan lengkungan lengkungan 2 rona khas masjid Masjid Cordova & Istana Alhambra hingga masjidil Harom & Masjid Nabawi. Motif Kalimantan sangat kental terasa pada interior masjid menggunakan balutan rona emas pada setiap mozaik yg menghias interior masjid ini. Pembangun masjid ini relatif jeli dalam memadukan beragam unsur peradaban Islam pada membentuk masjid ini.

Masjid Raya Mujahidin Pontianak sekarang & dulu

Pembangunan Masjid Agung Mujahidin Kota Pontianak

Keinginan membangun masjid begitu besar dikalangan umat muslim pontianak berawal dari dibangunnya Masjid Syuhada di Jogjakarta [1949] dan ditahun yang sama dibangun Masjid Al-Azhar di Jakarta serta direncanakannya pembangunan Masjid Istiqlal oleh Bung Karno pada awal 1950-an. Delegasi Kalimantan mengirimkan utusannya, Achmad Mawardi Djafar, Abdur Rani Macmud, Mohamad Akib, Hasan Koeboe, Muzani A Rani dan Azhari Djamaluddin untuk mengikuti Kongres Muslimin Indonesia [KMI] dan bertemu dengan Mr Assat Sutan Mudo yang saat itu menjadi pengggas dalam pembangunan Masjid Syuhada di Jogjakarta.

Saat bertemu dengan dia, Mawardi Djafar & Mohamad Akib meminta petunjuk & pengalaman tokoh nasional yg sempat menjadi Pejabat Presiden RI waktu itu untuk membentuk Masjid serupa pada Kota Pontianak lantaran dalam waktu itu Delegasi KMI Kalimantan Barat belum mempunyai konsep yang niscaya tentang masjid akbar yang akan dibangun. Kepulangan delegasi KMI ke Pontianak dalam athun baru 1950 menambah semangat dan kerja keras buat mewujudkan pembangunan masjid akbar di Kota Pontianak. Achmad Mawardi Djafar & Mohamad Akib aktif bersilaturahmi dengan para pemuka warga muslim Pontianak buat mendapat dukungan & doa.

Lima Menara

Berawal berdasarkan Seribu Rupiah

Empat tahun sudah pembangunan masjid akbar direncanakan, dan dalam hari Jumat, 2 Oktober 1953 tokoh muslim terkemuka misalnya Mr Sjafruddin Prawiranegara, Mohamad Natsir, Syamsurizal, Buya Hamka dan Anwar Tjokroaminoto mengukuhkan & Membentuk Yayasan Mujahidin menggunakan para pengurus H Achmad Mashur Thahir [pengusaha terkemuka], Mohamad Saad Karim [Kepala Kantor Urusan Agama Kabupaten Pontianak], Merah Kesuma Indra Mahyuddin [pengusaha terkemuka], Achmad Mawardi Djafar [Koordinator Penerangan Agama Daerah Kalimantan Barat], Gulam Abas [pengusaha] & Mohamad H Husein [pengusaha] dikukuhkan dalam Akta Notaris.

Keenam Tokoh tadi berbekal kapital tunai 1000 [seribu rupiah] pada merintis pembangunan rumah ibadah yg akan diberinama Masjid Mujahidin yang termaktub pada Pasal tiga Akta Notaris tadi dimana tujuan didirikannya Yayasan Mujahidin tadi pada Tujuan dan Usaha diuraikan bahwa: ??. Tujuan Mutlak Yayasan ini, artinya mendirikan sebuah Masjid pada Kota Pontianak yang akan diberi nama Masjid Mujahidin?? Para pengurus berusaha berbagi modal 1000 yang tersimpan pada BRI Pontianak dengan cara membuka kotak amal bagi masyarakat yg akan menyumbang dana, subsidi pemerintah dan penerimaan lainnya yg dianggap halal.

Ekterior Masjid Raya Mujahidin Pontianak

Kepengurusan Pertamakalinya Yayasan Mujahidin yang terbentuk dalam tanggal dua Oktober 1953 yang terdiri dari dua orang penasehat, masing-masing Residen Koordinator Kalimantan Barat & Walikota Besar Pontianak. Komisi Pengawas terdiri dari Raden Djenal Asikin Judadibrata [Residen Koordinator Kalimantan Barat] & Raden Soedjarwo [Bupati Kabupaten Pontianak di Pontianak]. Badan Pengurus terdiri berdasarkan H Achmad Manshur Thahir [Ketua Umum], Mayor TNI Aminuddin Hamzah [Ketua I], Mohammad Saad [Ketua II], Merah Kesuma Indra Mahjuddin [Penulis I], Achmad Mawardi Djafar [Penulis II], Gulam Abas [Bendahara I] dan Mohammad H Husein [Bendahara II]. Selaku penandatangan akta notaris, mewakili para penghadap lainnya, masing-masing H Achmad Manshur Thahir, Mohamad Saad Karim, Merah Kesuma Indra Mahyuddin, Achmad Mawardi Djafar, Gulam Abas & Mohamad H Husein.

Dipilihnya nama Mujahidin

Dipilihnya nama Mujahidin buat yayasan & masjid yang dirintis tadi, diusulkan sang Achmad Mawardi Djafar, dengan pemikiran mengabadikan perjuangan kaum muslim dalam kancah kolektif mempersembahkan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Mereka maksudkan, Mujahidin menjadi monumen perjuangan ummat. Dan para penggagas yayasan ini sendiri notabene merupakan pelaku sejarah pada daerah ini, khususnya Achmad Mawardi Djafar dan H Achmad Manshur Thahir.

Interior Masjid Raya Mujahidin Pontianak

Setelah terbentuknya yayasan tadi, tidklah berarti segala kesulitan teratasi dalam rangka membangun masjid yang diidamkan. Sebab, membentuk masjid terkini untuk ukuran zamannya di Pontianak ketika itu, bukan perkara yang gampang. Berbagai usaha segera dijalankan. Dengan faktor minimnya pendanaan, sampai dari waktu ke ketika, masjid yg digagas inipun belum juga kunjung didirikan. Namun, Yayasan Mujahidin berusaha semaksimal mungkin sinkron tujuan semulanya.

Perjalanan ketika, delapan tahun kemudian, pada 7 September 1961, diadakan pembaharuan kepengurusan Yayasan Mujahidin. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan kecepatan pencapaian tujuan semula, membentuk masjid terbaru di tengah Kota Pontianak. Dalam kepengurusan yg diperbaharui itu, terdiri dari tiga Penasehat: Pangdam XII Tanjungpura Brigjen Soedarmo, Wakil Gubernur Kalimantan Barat Letkol Iwan Soepardi dan Walikota Kepala Daerah Kotapraja Pontianak HA Muis Amin. Komisi Pengawas masing-masing Raden Djenal Asikin Joedadibrata, Mohammad Akib & H Abdussjukur Ketua DPR Daswati II Kalimantan Barat. Badan Pengurus masing-masing Ketua Umum H Achmad Manshur Thahir, Ketua I Andi Odang, Ketua II Ardan, Sekretaris I Muzani A Rani, Sekretaris II Achmad Mawardi Djafar, Bendahara I Merah Kesuma Indra Mahjudin & Bendahara II Hasnul Kabri. Anggota terdiri dari Burhanuddin, Mohamad Saad Karim, HM Saleh HA Thalib, Andi Jusuf, Saiyan Tiong, M Soedarjo, Aliaswat Saleh dan Mohamad H Husein.

Dari sudut yang lain

Kepengurusan baru ini berusaha mensinergikan secara optimal eksistensi mereka buat mencapai tujuan semula. Tetapi, malapetaka sejarah terjadi, beberapa pada antara pengurus baru ini tertimpa musibah kezaliman Partai Komunis Indonesia [PKI], akibatnya mereka ini dinon-aktifkan. Kondisi itu, bersamaan dibubarkannya Partai Masyumi, pada mana aktifis Yayasan Mujahidin serupa Achmad Mawardi Djafar dan Muzani A Rani adalah 2 tokoh primer Masyumi pada Kalimantan Barat. Mawardi Djafar anggota DPR Daswati I Kalimantan Barat dari Fraksi Masyumi dan Muzani A Rani anggota Konstituante wakil Masyumi berdasarkan Kalimantan Barat. Namun, kelahiran Orde Baru memberikan perubahan tatanan kenegaraan, dan mereka pun kembali beraktifitas pada tengah rakyat.

Selanjutnya, waktu Gubernur Kalimantan Barat dijabat Kol Kadarusno, kepengurusan yayasan mengalami perubahan buat kedua kalinya. Dua orang tokoh pemuka masyarakat muslim Kalimantan Barat, Achmad Mawardi Djafar & A Muin Idris, diberi mandat sang yayasan pada 18 Januari 1975 buat mewakili Yayasan Mujahidin buat melakukan pembaharuan kepengurusan dan mempertegas maksud dan tujuan berdasarkan yayasan ini. Maka, dalam Kamis 29 Februari 1975, menggunakan Akta Nomor 40 Notaris Mohamad Damiri di Pontianak, terbit Akta Perubahan Yayasan Mujahidin. Dan di bawah kepemimpinan Gubernur Kadarusno, pembangunan wujud fisik masjid dilaksanakan secara intensif.

Ribuan jemaah memadati masjid Raya Mujahidin Pontianak sampai ke plaza tengah.

Kepengurusan baru terdiri Ketua Umum Kadarusno, Ketua I Mohamad Barir SH, Ketua II H Achmad Manshur Thahir, Sekretaris I Achmad Mawardi Djafar, Sekretaris II Drs Noor Ismail, Bendahara Drs Nurdin. Pembantu Hasnul Kabri, HM Saleh H Thalib, Saiyan Tiong, Aliaswat Saleh, Muhamad Ali As SH, A Muis Amin, HM Jusuf Sjuib, A Muin Idris, HM Syah Bakie SE, Ir Daeng Arifin Hadi, Ir Said Djafar & HA Hamid Lahir.

Pada tanggal 23 Oktober 1978 (20 Zulkaidah 1398), bertepatan menggunakan ulang tahun Kota Pontianak ke 207, Masjid Raya Mujahidin Pontianak diresmikan oleh Presiden Soeharto. Dan 37 tahun sehabis itu Masjid Raya Mujahidin Pontianak dipugar total ke bentuknya yang megah mewah waktu ini & diresmikan sang Presiden Joko Widodo pada tanggal 20 Januari 2015 (29 Rabiul Awal 1436 H), setelah mengalami pemugaran yg dilaksanakan semenjak bulan November 2011.

Dalam program tersebut, Presiden yang didampingi Ibu Negara melakukan peninjauan kesejumlah bagian Masjid Raya Mujahidin. Ikut hadir dalam peresmian tersebut, antara lain: Sekretaris Kabinet (Andi Wijayanto), Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat yg juga Ketua Umum Pembangunan (Oesman Sapta Odang), Wakil Ketua MPR (Hidayat Nurwahid), Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Sidharta Danusubroto), Kepala BIN (Maciano Norman), Gubernur Kalimantan Barat (Drs. Cornelis, M.H), Walikota Pontianak (H. Sutarmidji), Jajaran MUSPIDA dan warga umum. Kedatangan Presiden di Kota Pontianak ini juga disambut menggunakan tradisi tepung tawar, yang merupakan tradisi khas masyarakat Melayu Pontianak.***

--------------

Baca Juga

Masjid Jami? Sultan Syarif Abdurrahman Pontianak

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done