Masjid Jami Tambora Jakarta Barat - Islami Pedia
News Update
Loading...

Tuesday, July 28, 2020

Masjid Jami Tambora Jakarta Barat

Masjid Jami' Tambora, dengan kanopinya yg menutupi ruas jalan di depan masjid.

Masjid Jami Tambora adalah keliru satu masjid tua dan bersejarah di daerah DKI Jakarta, tepatnya berada di Kelurahan Tambora, kecamatan Tambora, Kota Administrasi Jakarta Barat. Nama Tambora dalam masjid dan wilayah ini memang merujuk pada nama Gunung Tambora di pulau Sumbawa provini Nusa Tenggara Timur, yg adalah wilayah berasal menurut pendiri masjid ini.

Google menandai jalan itu menjadi Jl Tambora 4, namun papan nama menyebut alamat Masjid Jami Tambora berada pada Jl Tambora Masjid No 11. Sebelum bernama Jl Tambora Masjid, jalan itu sebelumnya dikenal sebagai Jl. Blandongan. Masjid ini berdiri ditepian kali Krukut, sekarang seruas jalan mini membentang di depannya, membatasi masjid ini menggunakan kali Krukut. Kini Masjid Jami? Tambora dikelola sang Yayasan Masjid Jamik Tambora yg didirikan tahun 1959 dan diketuai sang Haji Memed.

Masjid Jami' Tambora

Jl. Tambora Masjid (d/h Jl. Blandongan) No. 11

Kelurahan Tambora, Kecamatan Tambora

Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11220

Masjid Jami? Tambora dibangun dalam tahun 1181 H (1761 M) oleh Kiai Haji Moestoyib, Ki Daeng, dan mitra-mitra. Mereka dari dari Makasar dan usang tinggal di Sumbawa tepatnya di kaki Gunung Tambora. Pada tahun 1176 H (1756 M) KH. Moestodijb & Ki Daeng dikirim ke Batavia oleh Kompeni karena menentang dan dieksekusi kerja paksa selama lima tahun.

Setelah hukuman selesai mereka nir balik ke Sumbawa, tetapi menetap pada Kampung Angke Duri (kini Tambora) & berkenalan dengan ulama setempat. Kemudian mereka menemukan pandangan baru buat membentuk sebuah masjid sebagai pertanda syukur. Lokasinya sengaja dibuat di tepi Kali Krukut karena waktu itu air kali masih jernih sebagai akibatnya sanggup dipakai buat berwudlu.

Sumber lain menjelaskan, konon Masjid Tambora ini dibangun sang H.Moestoyib, beserta seorang kontraktor Tionghoa Muslim yg berasal menurut Makasar dalam tahun 1761, ke 2 Muballigh itu ditahan sang penguasa Belanda selama kurang lebih 5 Tahun menggunakan tuduhan makar, tetapi tuduhan itu nir terbukti & mereka pun dibebaskan, kemudian penguasa Belanda memberikan sebidang tanah pada luar tembok Batavia yang kemudian dibangun Masjid Tambora.

Serambi & pintu masuk Masjid Jami Tambora

Sejak masjid selesai dibangun, peribadatan dimasjid ini dipimpin oleh K.H. Moestoyib sampai wafat. Haji Mustoyib dikuburkan pada page depan masjid ini demikian pula menggunakan Ki Daeng. Guna kelanjutan kegiatan masjid setelah mereka wafat maka dalam tahun 1256 H (1836 M) pimpinan masjid dialihkan kepada Imam Saiddin sampai wafat. Setelah itu masjid telah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan. Terakhir pada tahun 1370 H (1950 M) pimpinan dipegang sang Mad Supi & mitra-kawannya berdasarkan gang Tambora. Masjid ini diperluas dan dipugar menyeluruh pada tahun 1980

Pembangunan masjid ini bersamaan dengan pembangunan Masjid Jami’ Al-Anwar, Angke yang dibangun oleh Muslim Thionghoa dan setahun setelah pembangunan Masjid Jami’ Annawier, Pekojan (1760) yang dibangun oleh para pedagang muslim India yang bertempat tinggal di Pekojan.

Semasa revolusi kemerdekaan, Masjid Jami Tambora jua digunakan menjadi loka pertemuan para pemuda buat menyusun perlawanan terhadap Belanda, sehingga masjid digerebek pada Oktober 1945 sang NICA dan beberapa orang pemuda pun ditawan, antara lain adalah Mad Supi & kawan-kawan.

Interior Masjid Jami Tambora

Masjid Jami Tambora tercatat sebagai benda cagar budaya dalam tahun 1994, & telah mengalarni perbaikan, yaitu tahun 1979 sang Proyek Sasana Budaya & tahun 1980 Dinas Museum dan Sejarah Daerah Khusus Ibukota Jakarta merenovasi & menambah ruangan aula & loka sholat buat kaum wanita (sisi selatan) serta penggantian rona cat dinding, dan tahun 1988/1989 sang Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Terkait menggunakan 2 makam bercungkup pada halaman masjid Jami? Tambora ini, ada disparitas pendapat antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta & Kementerian Pariwisata dengan sejarawan Belanda Adolf Heuken SJ, pada bukunya yg berjudul Masjid-Masjid Bersejarah pada Jakarta, Makam itu merupakan Makam Muhammad Djabbarti, seorang guru Agama Islam asal Sudan, Afrika Utara. Namun berdasarkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta & Kementerian Pariwisata itu adalah Makam H.Moestoyib, Tetapi Adolf Heuken nir percaya, kalau itu Makam H.Moestoyib lantaran tidak terdapat info yg kentara mengenai H.Moestoyib tadi.

Arsitektur Masjid Jami Tambora

Denah masjid berbentuk empat persegi panjang & luas bangunannya 435 m persegi. Berdiri di atas tanah yg luasnya 555 m2. Halaman depan masjid diberi ubin. Adapun batas-batasnya adalah sebelah utara dan selatan adalah perumahan penduduk, sebelah timur sungai Blandongan, & sebelah barat gedung Sekolah Dasar Yayasan Masjid Jamik Pendidikan Islam Tambora dan rumah penduduk.

Bagian depan Masjid Jami Tambora

Sebelum masuk ke dalam ruang primer, di depannya masih ada teras. Di kiri-kanan pintu masuk terdapat goresan pena angka berdirinya masjid yaitu 1181 H (kiri) dan 1761 M (kanan). Dua buah pintu lainnya terdapat di kiri menuju ke ruang aula & di kanan menuju ke tempat wudhu. Pintu pertama berwarna merah pada Masjid Tambora ini bergaya khas Tionghoa. Sedangkan di pada ruangan utama masjid terdiri atas tiang-tiang, mihrab, & mimbar.

Tiang yang masih ada pada ruang primer terdapat empat butir & adalah tiang utama (saka pengajar) bergaya arab, mendeskripsikan perjuangan Rosulullah SAW dan para sahabatnya. Pada bagian barat dari ruang utama terdapat semacam relung yg dinamakan mihrab. Bentuk atas mihrab menyerupai bentuk kubah, diatasnya terdapat goresan pena angka Arab di kanan & kiri yaitu nomor 11 & 81. Di utara (kanan) mihrab masih ada mimbar.

Pada bagian selatan masjid terdapat bangunan: aula, berdenah empat persegi berukuran 10 x 10 m, ruang sekretariat remaja masjid, ruang koperasi, dan ruang marbot. Bangunan yang terdapat di utara adalah: ruang sekretariat yayasan, dan tempat wudhu. Sedangkan bangunan yang terdapat di utara adalah ruang sekretariat yayasan dan tempat wudhu.

Ruang utama berukuran 16 x 10 m, di depannya terdapat teras yang pondasinya 20 centimeter di atas permukaan laman masjid. Terdapat tiga pintu dengan satu pintu primer ukuran dua,40 x 1,30 m & tebalnya 20 cm. Atap Masjid Jamik Tambora adalah atap tumpang dua berbentuk limasan berdasarkan genteng. Pada puncak atap masih ada mustaka berbentuk nanas.

Papan nama dan cungkup makam di bagian belakangnya

Di halaman depan masjid pada sudut tenggara masih ada bangunan makam bercungkup, yg adalah makam pendiri masjid yaitu KH. Moestoyib dan Ki Daeng yg wafat tahun 1836. Makam terdiri atas jirat dan nisan. Jirat berbentuk empat persegi panjang tanpa hiasan berdasarkan semen biasa. Bagian tengahnya masih ada tanah loka meletakkan tiang nisan.

Bangunan tempat melindungi makam (cungkup) merupakan bangunan empat persegi dengan atap yang disangga oleh empat tiang. Ada juga keramik keramik Cina yang menempel pada pilar cungkup makam, tak jelas kaitan antara keramik keramik china tersebut dengan sejarah masjid ini. Meskipun masjid ini dibangun sejaman dengan Masjid Jami’ Al-Anwar, Angke yang dibangun oleh Muslim Thionghoa, namun belum jelas keterkaitan antara kedua bangunan masjid ini.

Menurut kisah ungkap di halaman masjid ini dulunya terdapat sebuah bak penampung air ukuran besar buat berwudhu. Di laman masjid ini jua dulunya poly terdapat kuburan kubura tua tetapi kemudian dibongkar dimasa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin, menyisakan 2 kuburan yang sekarang berada di pada cungkup di halaman masjid.

Halaman masjid dipasang kanopi tetap sampai menutupi jalan yg membentang didepannya. Mungkin menjadi sebuah tanda bahwa jalan akan ditutup ketika sholat Jumat & sholat hari raya lebaran serta hari raya kurban. Sekedar keterangan tambahan buat aplikasi sholat tarawih di masjid Jami Tamboar sebanyak 11 Rakaat.

Referensi

http://jakartapedia.Bpadjakarta.Net/index.Php/Masjid_Jami’_Tambora

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done