Masjid Al-Hilal Katangka pada Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. |
Mesjid Tua Al-Hilal Katangka disebut juga Masjid Agung Syeh Yusuf merupakan mesjid pertama dan tertua di Pulau Sulawesi dan di wilayah waktu Indonesia bagian tengah, sekaligus masjid tertua ke sembilan di Indonesia. Penamaan mesjid ini dari nama Syufi Kharismatik yang dipuja masyarakat Sulawesi Selatan. Syufi tersebut adalah Syeh Yusuf Al Makkasari yang merupakan kerabat raja Gowa.
Syekh Yusuf lahir 3 Juli 1626 di Kabupaten Gowa, gigih melawan penjajah Belanda, diasingkan ke Capetown, Afrika Selatan dan meninggal dunia pada usia 73 tahun pada lepas 23 Mei 1699, dimakamkan di wilayah pertanian Zanvliet pada Distrik Stellenbosch, Afrika Selatan. Atas permintaan Raja Gowa, Abdul Djalil, lima April 1795, makam Syekh Yusuf dipindahkan ke Lakiung, tak jauh menurut Masjid Katangka.
Pemerintah Indonesia tetapkan Syekh Jusuf menjadi pahlawan nasional & di Afrika Selatan, ia mendapat tempat yg sangat istimewa di hati masyarakat sebagai pahlawan pembebasan kaum tertindas dan juga dianugerahi gelar pahlawan nasional di negara itu.
Sejarah Masjid Al-Hilal Katangka
Pada foto zaman Belanda (atas) |
terlihat bangunan ini memiliki
menara yang sekarang telah tak ada-
lagi.
Masjid Tua Al-Hilal dibangun pada masa pemerintahan raja Gowa XIV bernama Aku Manga'ragi Daeng - Manrabbiakaraeng Lakiung (Sultan Alauddin I) tahun 1603, Sultan Alauddin merupakan Raja Gowa pertama yang memeluk kepercayaan Islam. Sultan Alauddin merupakan kakek berdasarkan I Mallombassi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Tumenanga ri Balla Pangkana atau yang dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke enam belas.
Arsitektur masjid Tua Al-Hilal Katangka ini sudah menginspirasi gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dalam tahun 2009 buat mendirikan masjid masjid dengan bentuk yg sama di 24 kabupaten/kota pada Sulsel. Dimulai dengan pembangunan masjid di kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkep (Pangkajene kepulauan) Sulawesi Selatan
Lokasi
Masjid ini Terletak di Jl. Syeh Yusuf, Desa Katangka, Kecamatan Sumba Ompu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Masjid ini berada di perbatasan antara KotaMakassar dan Kabupaten Gowa. Jarak lokasi sekitar 10 kilometer sebelah selatan pusat Kota Makassar (Lapangan Karebosi). Terletak di koordinat S5 11 27.0 E119 27 05.5. dan hanya 1,5 kilometer (km) dari Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa atau sekitar 9 km dari Kota Makassar, tak jauh dari makam Pahlawan Nasional Syekh Jusuf atau tokoh yang dijuluki Tuanta Sa-lamaka, pemimpin yang membawa keselamatan ummat.
View Masjid Al-Hilal Katangka in a larger map
Status
Masjid Tua Al-Hilal terdaftar sebagai benda cagar budaya pemerintah propinsi Sulawesi Selatan dengan nomor urut inventaris 98. dan sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya nasional melalui surat keputusan Nomor : 240/M/1999, tanggal 4 Oktober 1999, oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Juwono Sudarsono
Arsitektur
Luas bangunan 212,7 m2 & dikelilingi pagar besi, dengan tiang pagar dari tembok. Arsitektur bangunan adalah adonan seni bangunan Makassar & Islam. Dalam bangunan terdapat tiang soko guru, mimbar dan mihrab. Pintu masuk menuju ke beranda mesjid hanya sebuah terletak pada muka. Pada dinding depan sebelah kiri-kanan pintu masih ada hiasan terawang yang berfungsi menjadi lubang angin.
Di beranda ini terdapat tembok dan pada bagian atasnya berterawang menurut keramik yg semula dipergunakan pembatas tempat wudhu. Tiga buah pintu masuk ke ruang tengah tempat sholat memiliki hiasan tulisan Arab dan berbahasa Makassar. Tulisan ini masih ada di ambang pintu bagian atas. Atap mesjid bertingkat tiga menurut bahan genteng. Antara atap mesjid taraf 2 dan tiga masih ada pemisah berupa ruangan berdinding tembok menggunakan jendela di keempat sisinya. Di zenit mesjid terdapat mustaka.
Bila dilihat dari foto tua Dari sumber KITLV Leiden, disebut dengan tulisan: Grote moskee van Gowa, vermoedelijk teMakassar 1910. dengan keadaan sekarang. Ternyata bahwa masjid tua Al-Hilal dulunya memiliki Menara dan sekarang menara di masjid itu telah hilang.
Luasnya 174,24 meter persegi. Pada zamannya, masjid ini termasuk besar , glamor, dan dipercaya krusial karena konstruksinya terbuat dari batu bata. Hanya bangunan penting yg dibuat dari batu bata ketika itu, seperti istana dan benteng. Fungsi utamanya tentu menjadi tempat ibadah. Setiap datang saat salat, masjid ini ramai dipenuhi jamaah. Namun, terdapat beberapa makam di laman masjid. Itu adalah makam para pemuka agama & kerabat pendiri masjid. Khusus makam para pendiri masjid memiliki atap di atasnya berbentuk kubah.
Salah satu yang mencirikan masjid ini adalah bangunan kuno adalah dindingnya. Dinding yang terbuat dari batu bata itu relatif tebal, mencapai 120 cm. Struktur atapnya seperti bangunan joglo. Memiliki empat tiang penyangga yg pada arsitektur Jawa dianggap soko guru. Hanya saja terbuat berdasarkan susunan batu, bukan kayu. Terdapat dua lapis atap. Atap permukaan berbentuk segi tiga piramida menggunakan bahan dari genting. Masjid ini jua mempunyai serambi sebagaimana umumnya masjid pada Jawa.
Pengaruh kebudayaan Cina terlihat dalam atap mimbar yang seperti bentuk atap klenteng. Di lebih kurang mimbar pula masih terpasang keramik berdasarkan Cina yang konon dibawa oleh galat satu arsiteknya yang dari berdasarkan sana.
Renovasi
Sejak didirikan tahun 1603M, oleh Raja Gowa ke-24, Sultan Alauddin (I Manga?Ragi Daeng Manrabbia Karaeng Lakiung). Kemudian ditahun 1605M dijadikan menjadi masjid kerajaan dengan nama Masjid Katangka, Masjid tua Katangka telah beberapa kali mengalami perombakan & renovasi. Berikut catatan renovasi yg pernah terjadi terhadap masjid tua Katangka.
- Tahun 1818 oleh Mangkubumi Gowa XXX, Sultan Kadir
- Tahun 1826 Oleh Raja Gowa XXX, Sultan Abdul Rauf
- Tahun 1893 oleh Raja gowa XXXIV , Sultan Muhhamad Idris
- Tahun 1948 oleh Raja Gowa XXXVI, Sultan Muhammad abdul Aidid dan Qadhi Gowa H. Manysur Daeng Limpo
- Tahun 1962 oleh Mangkubumi Gowa Andi Baso Daeng Rani Karaeng Bontolangkasa
- Tahun 1979 oleh Depdikbud RI, selanjutnya masjid ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai masjid Al Hilal Katangka. Dan
- Terahir direhabilitasi pada tahun 2007 oleh pengurus masjid sendiri dengan dana yang bersumber dari swadaya masyarakat dan sebagian dari bantuan pemerintah. Kondisi terkini bagian dalam masjid bersejarah tersebut telah jauh lebih modern.
Dindingnya meski nir dilapisi keramik atau porselin tampak sangat terjaga. Tiang penyangga berbentuk pilar, berwarna putih. Lantai dasar telah dihiasi keramik berwarna krem. Lalu ada beberapa kipas angin gantung, sebagai pemberi hawa sejuk saat beribadah.
Referensi
* Masjid Katangka, Peninggalan Sejarah di Gowa
* Makassar Tempo Doeloe, Masjid Katangka Gowa
* Masjid Tua Katangka : Situs Masuknya Agama Islam
------------------------------------ooOOOoo------------------------------
Baca Juga Artikel Majid Tertua Lainnya
Masjid Patimburak, masjid tua kota Kokas
Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi Penuh Daya Pikat
Masjid Kasepuhan Cirebon, Kebesaran Masa Lalu
Masjid Wapauwe, Masjid Tertua di Indonesia
Masjid Sultan Suriansyah - Banjarmasin