Masjid Saka Tunggal, Masjid Tertua di Indonesia - Islami Pedia
News Update
Loading...

Monday, June 15, 2020

Masjid Saka Tunggal, Masjid Tertua di Indonesia

Beberapa bagian menurut masjid Saka Tunggal Baitussalam ini sudah mengalami perombakan dan sentuhan kekinian, namun demikian sebagian besar bentuk bangunannya masih asli.

Nama resmi masjid ini adalah masjid Saka Tunggal Baitussalam,  tapi lebih populer dengan nama masjid saka tunggal karena memang Masjid ini hanya mempunyai saka tunggal (tiang penyangga tunggal). Saka tunggal yang berada di tengah bangunan utama masjid, saka dengan empat sayap ditengahnya yang akan nampak seperti sebuah totem, bagian bawah dari saka itu dilindungi dengan kaca guna melindungi bagian yang terdapat tulisan tahun pendirian masjid tersebut.

Masjid saka tunggal ukuran 12 x 18 meter ini sebagai satu satunya masjid di pulau Jawa yg dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali Songo) yang hayati lebih kurang abad 15-16M. Sedangkan masjid ini didirikan tahun 1288M, dua abad sebelum Wali Songo., dan sebelum Kerajaan Majapahit berdiri yg dimulai dengan penobatan Raden Wijaya sebagau Raja pertama Majapahit pada 10 November 1293. Sekaligus membuahkan Masjid Saka Tunggal Baitussalam sebagai Masjid Tertua di Indonesia.

Lokasi Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Masjid Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas

Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah

Koordinat Geografi : 7?28'26.05danquot;S 109? 3'20.32"E

Masjid Masjid Saka Tunggal Baitussalam berada di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas. , Banyumas, Jawa Tengah, Ditengah suasana pedesaan Jawa yang begitu kental. Di kawasan masjid yang dipenuhi dengan kera-kera yang berkeliaran bebas. Di masjid ini terdapat beberapa ruang. Halaman masjid cukup luas untuk menampung beberapa kendaraan. Di depan halaman masjid, sudah disediakan tempat berwudhu dan kamar mandi. Dari jalan raya menuju pintu gerbang  masjid ini cukup jauh letaknya berada diantara rumah  rumah penduduk.  Kawasan ini memang sudah menjadi cagar budaya, dibelakang masjid ini terdapat komplek pemakaman tua dengan gerbangnya yang masih bertuliskan aksara Jawa. Makam yang secara rutin di ziarahi oleh warga muslim setempat.

Sejarah Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Masjid ini dibangun dalam tahun 1288 Miladiyah sebagaimana angka yang terpahat pada satu satunya tiang di pada masjid ini. Maknanya Bahwa Masjid Saka Tunggal ini dibangun Sekitar 5 abad sehabis pembangunan Candi Borobudur, 5 tahun sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, & 2 abad sebelum era wali songo. Sampai saat ini Masjid Saka Tunggal (1288) ini tercatat menjadi masjid tertua pada Indonesia.

Meskipun sejauh ini belum ditemukan liputan mengenai keterkaitan masjid ini dengan Kerajaan Singosari (1222-1292), tetapi tahun pembangunan masjid ini (1288) adalah masa kekuasaan Kerajaan Singosari. Belum terdapat keterangan juga mengenai apakah daerah Desa Cikakak di kabupaten Banyumas tempat masjid ini berdiri, pada ketika itu pula merupakan wilayah Singosari atau bukan.

Masjid Saka Tunggal Baitussalam saat ini masih menggunakan bentuk aslinya meski berkali kali diperbaiki. Pagar beton disekelilingnya sengaja dibangun buat menjaga bangunan ini.

Catatan sejarah nasional mengungkapkan aktvitas kerajaan tadi berada pada timur pulau Jawa termasuk peristiwa penyerbuan pasukan Kubilai Khan dari dinasti Yuan (china) ke tanah Jawa tahun 1293, menggunakan tujuan buat menghukum Kertanegara, Raja Singosari yang sudah melukai Meng Chi, utusan Kubilai Khan ke Singasari untuk meminta upeti. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya buat mengalahkan Jayakatwang, Setelah Kediri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa, & mendirikan Majapahit.

Sejarah Masjid Saka Tunggal (1288) senantiasa dikaitkan menggunakan Tokoh penyebar Islam di Cikakak, bernama Mbah Mustolih yang disebutkan hidup dimasa Mataram Kuno Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih membuahkan Cikakak sebagai "markasdanquot; dengan ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal tadi. Beliau dimakamkan tak jauh menurut masjid Saka Tunggal.

Hal tersebut memang membingungkan mengingat bahwa Masjid ini dibangun tahun 282 tahun sehabis Mataram Kuno runtuh oleh serbuan Kerajaan Sriwijaya tahun 1006. Lagipula, sejarah kita mencatat bahwa Mataram Kuno menganut Agama Hindu bukan agama Islam. Kecuali bila yg dimaksud merupakan: bahwa Mbah Mustolih adalah keturunan berdasarkan anggota famili kerajaan Mataram Kuno atau keturunan berdasarkan masyarakat Mataram Kuno generasi kesekian yang sudah beragama Islam, & kemudian sebagai penyebar Islam pada Cikakak.

Saka atau Soko Tunggal pada tengah Masjid Saka Tunggal Baitussalam ::: Nama Saka Tunggal merujuk pada saka atau soko pengajar yangberdiri sendirian ditengah masjid menopang struktur atap masjid ini. Di tiang tunggal inilah terukir tahun pembuatan masjid dan mengabarkan kepada kita seluruh hari ini bahwa inilah masjid tertua yang terdapat di Indonesia ketika ini.

Akan lebih membingunkan lagi apabila Mataram Kuno yang dimaksud merupakan Mataram yg didirikan sang Panebahan Senapati (kelanjutan menurut Kesultanan Pajang), kemudian terpecah sebagai Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat & Kasunanan Surakarta. Mengingat Bahwa Alas Mentaok sendiri yg adalah cikal bakal Mataram islam, baru dibuka sang Panebahan Senapati di tahun 1556 atau 268 tahun setelah Masjid Saka Tunggal Berdiri.

Bisa jadi pengaitan Mbah Mustolih menggunakan Mataram antik ini dihubungkan dengan unsur Kejawen masih cukup melekat dalam masjid & tradisi muslim Cikakak. Akan namun tidaklah tepat buat mengaitkan Kejawen & tradisi muslim Cikakak dengan Mataram Kuno mengingat rentang saat diantara keduanya terpaut teramat jauh.

Tarekat Aboge

Masyarakat desa Cikakak loka masjid Saka Tunggal Baitussalam ini berdiri sering sebagai pusat perhatian media masa nasional terutama pada setiap penghujung bulan Ramadhan lantaran penetapan 1 Syawal menjadi hari pertama Idul Fitri yang tidak mengikuti penetapan pemerintah, akibatnya seringkali Muslim disana merayakan lebaran nir berbarengan dengan muslim Indonesia lainnya.

Kompilasi foto ekterior Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Masyarakat muslim disini memang merupakan pengikut tarekat Aboge yg mempunyai perhitungan sendiri tentang penetapan 1 Syawal. Di Desa Cikakak, sedikitnya ada 500 orang pengikut Aboge terdiri menurut orang dewasa dan generasi muda & tentu saja seluruh peribadatan komunal mereka diselenggarakan pada Masjid Masjid Saka Tunggal ini. Pada 2 sholat hari raya masjid ini nir mampu menampung seluruh jemaah sekaligus, sehingga jamaah wajib tumpah ruah ke page disekitar masjid.

Yang unik waktu aplikasi sholat Idul Fitri adalah khutbahnya disampaikan pada bahasa Arab & tanpa pengeras bunyi, usai aplikasi ibadah Idul Fitri, jamaah melaksanakan pembacaan takbir, ratib, tahlil & sholawat beserta-sama. Suara beduk & terbang mengiringi prosesi itu. Setelah berdoa bersama-sama, prosesi silaturahmipun dilaksanakan. Jamaah yg semula berada di dalam masjid kemudian mencair & melebur dengan masyarakat yg berdatangan ke area kompleks Masjid Saka Tunggal. Membentuk barisan yg panjang mengelilingi area kompleks masjid, merekapun akhirnya saling berjabat tangan untuk saling memaafkan.

Usai prosesi silaturahmi, sebagian pengikut Aboge mengadakan program kenduri slametan di dalam masjid. Usai didoakan, merekapun bersama menyantap makanan yang dibawa memakai 'tenong' & rantang. Menurut tradisi Aboge, Pedoman buat memilih 1 Syawal, adalah Waljiro- 'Syawal Siji Loro' atau Syawal jatuh dalam hari 'siji' (pertama) berdasarkan hari Sabtu dan pasaran 'loro' (kedua) dari pasaran Legi maka 1 Syawal Tahun Dal akan jatuh dalam hari Sabtu Pahing.

Interior Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Diketahui bahwa dalam Perhitungan Aboge dikenal daur delapan tahunan (satu windu) yg masing-masing tahun populer dengan tahun Kuruf (Asal menurut Bahasa Arab: Huruf). Tahun Kuruf terdiri dari Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jimakir. Dari sejumlah tetua pengikut Aboge menyebutkan kesamaan rumus yang dipakai pada menentukan lepas, bulan & tahun Jawa Hijriyah. Selain itu, walaupun terdapat yang menyebut bahwa perhitungan Aboge ini ditetapkan secara formal oleh Sultan Agung semenjak abad 17 Masehi namun sejumlah pengikut Aboge menyatakan bahwa perhitungan Aboge ini telah ada semenjak abad 14-15 Masehi yang disebarkan oleh sejumlah wali & pengikutnya pada wilayah Banyumas.

Tradisi Unik Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Zikir seperti melantunkan kidung jawa

Keunikan masjid saka tunggal Banyumas, benar benar terasa di hari Jum?At. Selama menunggu ketika sholat jum?At dan selesainya sholat jum?At, Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bershalawat menggunakan nada misalnya melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa adonan Arab dan Jawa, tradisi ini dianggap tradisi ura ura.

Pakaian Imam dan muazin

Imam masjid tidak menggunakan epilog kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yg umumnya menggunakan peci, kopiyah, akan tetapi menggunakan udeng/pengikat ketua. Khutbah jumat disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung,

Empat muazin sekaligus

Empat orang muazim berpakaian sama dengan imam, menggunakan baju lengan panjang rona putih, memakai udeng bermotif batik, dan ke empat muazin tersebut mengumandangkan adzan secara bersamaan.

Kemeriahan ritual Penjarohan

Semuanya dilakukan berjama?Ah

Uniknya lagi, semua rangkaian sholat jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari shalat tahiyatul masjid, kobliah juma?At, shalat Jumat, ba?Diah jum?At, shalat zuhur, sampai ba?Diah zuhur. Semuanya dilakukan secara berjamaah.

Tanpa Pengeras Suara

Masjid Saka Tunggal Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi buat nir menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara azan yg dilantunkan oleh empat muazin sekaligus, tetap terdengar begitu lantang & merdu menurut masjid ini.

Ritual Penjarohan

Ritual Penjarohan digelar setiap lepas 26 Rajab di halaman Masjid Saka Tunggal, Ritual ini menjadi bentuk rasa syukur & sekaligus haul Mbah Mustalih pendiri Masjid Saka Tunggal dan seligus seremoni ulang tahun masjid Saka Tunggal. Penjarohan berasal berdasarkan istilah "jaroh", yg artinya ziarah. Intinya adalah penghormatan pada leluhur yg telah mendirikan desa & masjid Saka Tunggal yg sampai sekarang sebagai pusat kegiatan peribadatan dan sosial mereka. Dalam ritual itu, mereka pula memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya diberi keselamatan, kesehatan, dan rezeki yg melimpah.

Sholat Idul Fitri pada Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Ritual Ganti Jaro, Masjid Saka Tunggal

Adalah ritual mengganti pagar bambu keliling masjid saka tunggal. Ritual ini diikuti sang semua masyarakat desa Cikakak. Dalam ritual yang mereka sebut ganti Jaro Rajapine. Saat menciptakan pagar ada beberapa pantangan yang wajib ditaati. Mereka tidak boleh berbicara menggunakan bunyi keras dan nir boleh memakai alas kaki. Sehingga yang terdengar hanya pagar bambu yang dipukul. Lantaran melibatkan ratusan warga , hanya dalam saat dua jam pagar sepanjang 300 meter ini terselesaikan.

Selain bermakna kebersamaan & gotong royong, tradisi ganti Jaro Rajab ini bagi rakyat pada sini dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri insan. Pagar bambu ini selain mengelilingi Masjid Saka Tunggal juga makam Nyai Toleh. Seorang penyebar kepercayaan di Banyumas. Sejumlah utusan menurut kraton Surakarta & Ngayogjogkarta Hadiningrat ikut ambil bagian dalam acara ini dengan memanjatkan doa di makam, menjadi rasa syukur.

Ritual ganti Jaro Rajab ini kemudian diakhiri menggunakan prosesi minuman memabukan arakan lima gulungan yang berisi nasi tumpeng ini kemudian diperebutkan rakyat karena dianggap sanggup memberikan berkah.

Arsitektur Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Salah satu keunikan Saka Tunggal adalah empat helai sayap dari kayu di tengah saka. Empat sayap yang menempel di saka tersebut melambangkan ”papat kiblat lima pancer”, atau empat mata angin dan satu pusat. Papat kiblat lima pancer berarti manusia sebagai pancer dikelilingi empat mata angin yang melambangkan api, angin, air, dan bumi.  Saka tunggal itu perlambang bahwa orang hidup ini seperti alif, harus lurus. Jangan bengkok, jangan nakal, jangan berbohong. Kalau bengkok, maka bukan lagi manusia.

Gerbang menuju ke komplek Masjid Saka Tunggal

Empat mata angin itu berarti bahwa hidup manusia wajib seimbang. Jangan terlalu banyak air bila tak ingin karam, jangan banyak angin jika tidak mau masuk angin, jangan terlalu bermain barah bila tidak mau terbakar, dan jangan terlalu memuja bumi bila tak ingin jatuh. ?Hidup itu harus seimbang,?

Papat kiblat 5 pancer ini sama dengan empat nafsu yg ada dalam manusia. Empat nafsu yg dalam terminologi Islam-Jawa tak jarang dirinci dengan kata aluamah, mutmainah, sopiah, & amarah. Empat nafsu yg selalu bertarung dan memengaruhi tabiat manusia.

Keaslian yg masih terpelihara adalah ornamen pada ruang utama, khususnya pada mimbar khotbah & imaman. Ada dua gesekan di kayu yang bergambar nyala sinar matahari yg mirip lempeng mandala. Gambar seperti ini poly ditemukan dalam bangunan-bangunan kuno era Singasari dan Majapahit.

Kekhasan yang lain merupakan atap menurut ijuk kelapa berwarna hitam. Atap misalnya ini mengingatkan atap bangunan pura zaman Majapahit atau tempat ibadah umat Hindu pada Bali. Tempat wudu pun jua masih bernuansa zaman awal didirikan meskipun dindingnya sudah diganti dengan tembok.

Masjid Soko Tunggal saat ini

Renovasi dan Benda Benda Peninggalan

Sejak tahun 1965 masjid ini sudah dua kali dipugar. Selain dinding tembok, juga diberi dinding anyaman bambu dan lapisan atap seng, Meski sebagian dinding sudah direhab menggunakan tembok, namun arsitektur masjid permanen nir diubah. Sehingga tidak terdapat disparitas bentuk yg berarti berdasarkan awal berdiri hingga kini . Sedangkan tiang dari kayu jati yg menopang bangunan utama masjid menggunakan ukuran masih terlihat begitu kokoh. Selama ratusan tahun berdiri, masyarakat & jamaah di Cikakak sama sekali tidak membarui bangunan utama yg terdapat di tempat itu, kecuali hanya menciptakan tembok sekeliling masjid menjadi penopang. Barang lainnya yg sampai kini masih permanen rapi dan dipelihara pada antaranya merupakan bedug, kentongan, mimbar masjid, tongkat khatib & tempat wudlu.

Status Masjid Saka Tunggal Baitussalam

Sebagaimana tertulis dalam papan peringatan di sekitar  masjid, tertulis bahwa, Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kabupaten Banyumas merupakan Benda Cagar Budaya/Situs dengan nomor 11-02/Bas/51/TB/04 dan dilindungi undang undang RI No. 5 tahun 1992 dan PP nomor 10 tahun 1993.

Updated : 14 Jan 2017

Referensi

mlente.wordpress.com - Masjid Saka Tunggal Cikakak

http://wiedpatikraja.blogspot.com - Masjid Saka Tunggal

indosiar.com  - Gelar Ritual Ganti Jaro, Masjid Saka Tunggal Dipadati Warga

wongaboge.blogspot.com  - Warga Saka Tunggal Gelar Ziarah Jelang Ramadhan

wongaboge.blogspot.com - sabtu-pahing-pengikut-aboge-lebaran

veronicasetiawati.blogspot.com - berkelana-di-kota-satria

nasional.kompas.com - Penjarohan, Ritual Unik Desa Cikakak

------------------------------------------

Artikel Terkait

Masjid Mantingan, Jepara

Masjid Tua Al-Hilal Katangka

Masjid Jami? Tua Palopo

Masjid Tua Patimburak, Papua Barat

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Demak

Masjid Sunan Ampel Surabaya

Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done