Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo - Islami Pedia
News Update
Loading...

Monday, June 8, 2020

Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo (foto darionthelpotorono)

Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo merupakan salah satu menurut Lima Masjid Pathoknegara Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat. Tulisan ini adalah bagian ahir berdasarkan 6 goresan pena serial lima masjid pathok negara kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Lokasi Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta, Indonesia. Masjid Taqwa berdiri pada atas tanah kesultanan (Sultan Ground) seluas 5000 meter persegi. Luas bangunan masjid ketika didirikan merupakan 420 meter persegi dan sampai kini sudah dilakukan pengembangan sebagai akibatnya luasnya menjadi 750 meter persegi. Bagian serambi luasnya 250 meter persegi, & ruang perpustakaan seluas 90 meter persegi, & laman seluas 4000 meter persegi.

Lihat Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo di peta yang lebih besar

Sejarah Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Masjid Pathok Negara Taqwa, Wonokromo didirkan pertama kali oleh Kyai Mohammad Fakih. Beliau adalah seorang guru agama Islam Bertempat tinggal di desa Ketonggo. Dan terkenal juga dengan panggilan "Kyai Welit". Karena kesenangannya menganyam daun alang alang menjadi atap atau disebut welit. Welit yang dibuatnya tidaklah untuk dijual tapi hanya dibagi bagikan ke mereka yang membutuhkan.

Kyai Muhammad Fakih merupakan guru sekaligus kakak ipar dari Sultan Hamengkubuwono I (Raja Yokyakarta) Karena Sultan Sultan Hamengkubuwono menikah dengan putri kedua Ki Derpoyudo sedangkan Kyai Muhammad Fakih menikah dengan putri pertama Ki Derpoyodo yang merupakan seorang tokoh masyarakat Laweyan Surakarta.

Ketika menjadi murid dari Kyai Muhammad Fakih Sultan pernah meminta nasihat kepada Kyai Muhammad Faqih bagaimana agar negara senantiasa aman. Kyai Muhammad Faqih memberikan nasihat agar sultan agar Sultan melantik orang-orang yang dapat mengajar dan menuntun akhlak dan budi pekerti yang disebut "Pathok". Dan memilih "Kenthol" (kepala pedesaan/desa). Sultan setuju dengan nasihat Kyai Muhammad Faqih dan mengangkat Pathok yang ditempatkan di desa Mlangi, Plosokuning, Babadan Gedong Kuning,Ringinsari Genthan, Demak Ijo, Klegum, Godean dan Jumeneng.

Gerbang, Lambang Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat di fasad depan Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo (foto darionthelpotorono)

Tahun 1774 M Kyai Moh. Fakih dilantik menjadi kepala Pathok, dan dianugerahi tanah perdikan di sebelah selatan Ketonggo, yang masih berupa hutan yang banyak ditumbuhi pohon awar-awar, karenanya disebut alas awar-awar. Tanah anugrah Sultan yang masih berupa hutan awar-awar itu dibuka dan kemudian didirikan sebuah masjid kecil. Setelah selesai, Kyai Moh. Fakih menghadap Sultan menyampaikan laporan bahwa di atas tanah perdikan itu sudah didirikan sebuah masjid.  Atas amanat Sultan Hamengkubuwono maka hutan awar-awar yang sudah di buka dan sudah didirikan masjid itu diberi nama "WA ANA KAROMA" yang maksudnya "Supaya benar-benar Mulya" atau "Agar Mulya Sungguh-sungguh"

Kyai Muhammad Fakih ini juga disebut juga Kyai Sedo Laut (meninggal di laut) karena sepulang dari tanah suci pada tahun 1757, kapal yang ditumpanginya karam di selat Malaka. Kyai Muhammad Fakih karam di laut, sedang putranyaKH Abdullah terdampar di selat Malaka.

Arsitektural Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Arsitektur asli bangunan induk masjid Taqwa berbentuk kerucut (lancip) dengan mustaka berdasarkan kuwali yang terbuat berdasarkan tanah liat. Sedang bangunan serambi berbentuk limasan menggunakan satu pintu pada depan. Semua bahan bangunannya dari bambu, atapnya terbuat dari welit, & dindingnya berdasarkan gedhek. Sebelum lalu mengalamai beberapa kali renovasi & ekspansi sampai ke bentuknya saat ini.

Renovasi Dan Perluasan Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Tahun 1867M Bentuk asli Masjid Pathok Negara Taqwa direnovasi oleh Kyai Muhammad Fakih II bentuk bangunan masjid dibongkar diganti dengan bentuk atap tumpang. Serambi tetap berbentuk limasan. mustoko yang dulu hanya dari kuwali yang dibuat dari tanah liat kemudian diganti dengan bentuk bawangan yang dibuat dari kayu nangka.

mihrab dan serambi masjid Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo (foto darionthelpotorono)

Kerangka yg semula bambu sebagian besar diganti menggunakan kayu nangka dan sebagian dengan gelugu. Tembok anyaman bambu diganti menggunakan batu bata yg direkatkan dengan tanah liat diplester menggunakan adukan aci gamping menggunakan tumbukan bata & pasir. Lantainya dibentuk dari bata yg ditata lalu diplester menggunakan adonan yang sama misalnya membuat tembok.

Ruangan pada pada masjid ditambah. Di sisi kiri dan kanan bangunan masjid dibentuk ruangan untuk jamaah sholat bagi muslimah yang dianggap pawestren. Tempat wudhu yang semula menurut padasan, dibuatkan kolam di depan serambi masjid. Air dialirkan dari sungai Belik.

Tahun 1958, masjid kembali di renovasi atas biaya dari H. Prawiro Suwarno.Atap tumpang tetap dipertahankan, malah ditambah dengan gulu melet sebagai penyela antara atap tumpang sebelah atas dan atap tumpang sebelah bawah.  Serambi masjid diperluas. Kolam di tempat wudhu ditimbun tanah dijadikan halaman masjid. Tempat wudhu dibuat kulah yang berada di sisi utara dan selatan serambi masjid. Pawestren tempat jamaah sholat untuk muslimah dipertahankan. Bangunan masjid diganti tembok yang disemen. Empat tiang utama di dalam masjid menjadi terlihat jelas. Tempat khotib dibuatkan rumah-rumahan semacam gazebo ukuran 2 x2 m. Di bagian serambi ada beberapa tiang dari cor beton dan di dalam serambi tiang dibuat dari balok kayu jati. Di depan serambi masjid dibuat kanopi. Lantai ruangan masjid maupun serambi diganti dengan tegel. Ruangan dalam masjid, tegel dibuat warna warni dengan corak ornamen kembang-kembang.

Tahun 1973 M, warga Wonokromo, Muhammad Asnawi Muslikh, menyumbangkan seperangkat pengeras suara yang digerakkan dengan accu 12 volt untuk mengumandangkan adzan. Tahun inilah pertama kali adzan dikumandangkan dengan pengeras suara di masjid Taqwa.

tempat berwudhu, bedhug dan kenthongan, serta parit dengan air jernih di Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo (foto darionthelpotorono)

Tahun 1976 M, mustoko dalam bentuk bawangan yg dibentuk menurut kayu nangka, diganti dengan mustoko pada bentuk bawangan yg dibentuk dari aluminium menggunakan berukuran yang lebih akbar.

Pada tahun 1986 M, masjid menerima bantuan dari Presiden RI sejumlah Rp. 25.000.000,- Karena kondisi masjid sudah poly yang rusak, terutama kayu penyangga yg lapuk karena terkena tetesan air hujan, atas biar tertulis dari Keraton, bangunan masjid dibongkar dan diperluas.

Secara total, masjid dibangun menggunakan konstruksi beton bertulang, menggunakan nir meninggalkan arsitektur masjid Jawa Yogyakarta. Termasuk pada pemilihan rona catnya antara komposisi hijau, kuning dan merah dan kuning emas karena warna-rona ini mengandung nilai filosofis yang pada. Keinginan warga menciptakan menara berdasarkan konstruksi beton nir mendapatkan ijin dari keraton karena corak masjid Yogyakarta tidak terdapat menaranya.

Tahun 2003 M, masjid ini menerima bantuan pengembangan dari Dinas Pariwisata Yogyakarta. Dengan membentuk gedung pertemuan pada utara serambi masjid. Kulah dibikin simetris antara kulah di sebelah utara serambi masjid & di sebelah selatan serambi masjid. Ada penambahan bangunan kanopi & dihidupkannya kolam pada depan pada sisi kiri dan kanan serambi masjid. Juga penyempurnaan dapur buat mengolah air pada saat dilaksanakan hari-hari besar Islam di masjid taqwa.

Nama Masjid Taqwa

Sejak masjid ini didirikan oleh Kyai Muhammad Fakih, masjid ini tidak ada namanya. Saat itu, masyarakat mengenalnya dengan sebutan masjid Wonokromo. Pada saat kepengurusan masjid dipegang oleh Kyai Makmun,masjid diberi nama Masjid Taqwa, bukan Masjid at-Taqwa.

Ada argumen yang diberikan Kyai Makmun kenapa masjid ini diberi nama masjid Taqwa dan bukan Masjis at-Taqwa. Kata taqwa adalah bentuk isim nakiroh, yg mengandung pengertian generik buat siapa saja. Siapa saja menurut tingkatan kyai hingga menggunakan tingkat orang awam sekalipun boleh beribadah di masjid ini, tak terdapat bedanya menggunakan siapa pun. Termasuk yg boleh masuk ke masjid ini nir hanya masyarakat Wonokromo, akan tetapi juga warga lainnya. Lain dengan kata at-Taqwa dalam bentuk isim ma'rifah, yg mengandung pengertian spesifik, bahwa yang boleh masuk masjid hanya para kyai saja. Atau masjid ini hanya khusus buat warga Wonokromo saja.

Pemberian nama ini dilakukan secara resmi dengan membuka selubung papan nama yang lakukan oleh Kyi Makmun, selubung papan nama Masjid Taqwa pada saat itu digantung di kanopi di serambi masjid.

Tradisi Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Hukuman untuk yg galat membunyikan beduk

Zaman dulu, pada depan masjid dibangun tempat wudhu. Airnya diambil dari sungai Belik yg dialirkan melalui parit. Fungsi kolam selain untuk berwudhu pula berfungsi unuk menghukum orang yang salah pada memukul kentongan dan beduk, dengan diceburkan di dalam kolam.

Bunyi Beduk & kentongan yg khas

Untuk tanda waktu masuk sholat, selain azan, dibuat kentongan dan beduk. Suara dan irama beduk di hari-hari biasa berbeda dengan saat tanda masuk sholat ashar di hari Kamis. Suara irama beduk disebut dengan sarwo lemah, asar dowo malem jemuah. Bila tiba waktu ashar di hari Kamis, beduk itu dipukul dengan nada dan irama yang khas dan panjang. Artinya apabila terdengar suara beduk dipukul panjang menandakan bahwa nanti malam adalah malam Jum'at.

Di hari Jum'at, setengah jam sebelum tiba waktu sholat jum?At, beduk ditabuh bertalu-talu. Di akhir pemukulan bedhuk sisipi pemukulan kenthongan. Ini menandakan bahwa aplikasi ibadah Jum'ah sudah akan dimulai.

Azan Limo

pada waktu sholat Jum'at, pelaksanaan adzan dilakukan 2 kali. Adzan pertama dilakukan sebagai indikasi ketika masuknya ketika sholat dhuhur (masuk waktu sholat Jum'at). Pada waktu adzan pertama, baik petugas untuk adzan subuh, dzuhur, 'asar, maghrib, isya' berjajar-jajar di depan mimbar, mengumandangkan adzan beserta-sama. Hal ini dimaksudkan agar terdapat keadilan, manunggal dan bertemunya para muadzin berdasarkan masing-masing waktu, maka pada sini dikenal dengan istilah adzan limo

Bodho Kupatan

Adalah tradisi saling memaafkan setelah puasa sunat Syawal bulan syawal

Peran Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Pada zaman penjajahan Belanda, masjid ini buat jama'ah sembahyang Jum'at bagi penduduk Wonokromo dan dari desa-desa sekitarnya, karena masjid merupakan masjid tertua pada wilayah Kecamatan Pleret dan sekitarnya.

Di masa revolusi fisik, masjid Wonokromo disamping buat sholat jama'ah para gerilyawan RI juga sebagai loka koordinasi buat menggempur Belanda yg berkedudukan di Pleret. Daerah ini adalah basis kekuatan militer & pejuang dan kekuatan warga dalam ketahanan berjuang melawan Belanda yg bermarkas di Pleret maupun di Bantul

Masjid ini juga menjadi tempat kekuatan militer kompi III Batalion I Brigade 10yang saat itu dipimpin Letda Komarudin. Di makam yang terlatak di sebelah barat masjid juga terdapat beberapa orang pahlawan yang disemayamkan di sana dan hingga sekarang selalu diziarahi banyak orang pada bulan Agustus untuk mengenang jasa-jasanya.

Pengurus Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo

Otoritas Kyai

Pada awal berdirinya, belum dikenal kata takmir masjid buat mereka yg mengurusi masjid. Urusan masjid mutlak berada di tangan otoritas Kyai, baik buat urusan fisik masjid juga urusan peribadatannya.

Khodimul Ummah

Tahun 1913 M orang-orang yang mengurus segala urusan masjid baik fisik maupun peribadatan disebut dengan istilah khodimul ummah. Perangkat pengurus masjid memiliki nama dan peran masing masing misalnya : khotib disebut abdidalem kaji selosin. Muadzin disebut abdidalem muadzin. Masing masing muadzin memiliki tugas masing-masing di masing masing 5 waktu sholat. Adapun orang-orang yang mengurus urusan fisik masjid dari menyapu lantai hingga menggelar tikar untuk sholat dan mengisi air wudhu disebut dengan abdidalem merbot. Semua yang mengurus fisik masjid ini mendapat Surat Keputusan (SK) dari Kraton Ngayogyokarto yang disebut dengan Serat Kekancingan.

Imamah

Tahun 1969 M, pola kepengurusan masjid diganti dengan sistem imamah. Segala sesuatu yang menyangkut urusan masjid secara mutlak keputusannya di tangan imam. Pada periode itu imamnya adalah Kyai Makmun.

Takmir

Paska wafatnya Kyai Makmun tanggal 2 Mei 1990 M. pola kepengurusan masjid diganti dengan takmir masjid sampai sekarang.

Berikut daftar kepengurusan masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo sejak awal sampai tahun 2007.

Kyai Muhammad Fakih

(1755 1763 M)

Kyai Abdullah

(1763 1808 M)

Kyai Ibrahim

(1708 1863 M)

Kyai Muhammad Fakih II

(1863 1913 M)

Kyai Moh Dahlan atau K.R.T. H. Badaruningrat

(1913 1953 M)

Kyai Dimyati

(1953 1969 M)

Kyai Makmun

(1969 1990 M)

Kyai Moh Syifak

(1990 1994 M)

R. Zaenuri Isma'il

(1994 1997 M)

Drs. Muhammad Wakhid

(1997 2000 M)

Kyai Isma'il

(2000 2003 M)

Kyai Ismail

(2003 2006 M)

Kyai Ismail

(2006 sekarang).

Referensi

Onthelpotorono -masjid-pathok-nagara-wonokromo-kisah-menegakkan-negara…

gudeg.net -Masjid-Pathok-Negara-Taqwa-Wonokromo

-------------------------------

Lanjutkan Membaca Artikel Masjid Pathok Negara Lainnya

Masjid Masjid Pathok Negara Ngayokyakarta

Masjid Pathok Negara Nurul Huda

Masjid Pathok Negara Ad-Darojat Babadan

Masjid Jami Nur Mlangi

Masjid Pathok Negara Sulthoni

Masjid Kotagede Masjid Tertua pada Yogyakarta

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done