![]() |
Masjid Lutze dua Bandung |
Kurangnya sentra fakta bagi etnis Tionghoa yg ingin memeluk kepercayaan Islam, dan bagi mualaf Tionghoa pada Bandung dan sekitarnya, sebagai salah satu alasan didirikan Masjid Lautze 2 pada Bandung yg kepengurusannya ditangani oleh Yayasan Haji Kariem Oie (YHKO).
Masjid Lautze dua Bandung ini boleh jadi menjadi masjid Indonesia pertama yang memanfaatkan situs jejaring sosial pada kegiatannya termasuk dalam aktivitas penggalangan dana ummat buat kemakmuran masjid. Dan masih menjadi satu satunya masjid yang menempati gedung kontrakan di kota Bandung. Meski masih ngontrak di ruko pada kawasan usaha kota Bandung, kehadiran masjid lautze dua telah memberikan manfaat yang tidak ternilai bagi ummat Islam Bandung & khususnya bagi Muslim Tionghoa di Bandung & sekitarnya.
Lokasi Masjid Lautze 2 Bandung
Sejak pertama berdiri hingga sekarang masjid Latze dua Bandung masih menempati ruko kontrakan di Jalan Tamblong No. 27 Bandung (dekat Patung Ajat Sudrajat mantan pemain Persib). Salah satu pusat bisnis di kota Bandung
Lihat Masjid Lautze 2 Bandung di peta yang lebih besar
Arsitektur Masjid Lautze dua Bandung
Masjid Lautze 2 Bandung memiliki ukuran yang tak terlalu besar hanya 7 x 6 meter. arsitektur masjid bercirikan Tionghoa tanpa kehilangan kekhasan budaya lokal dan timur tengah. Exterior dan interior masjid yang di dominasi oleh warna merah cerah mengingatkan kita pada warna warna vihara dan kelenteng. Namun ornamen kubah dari potongan kayu yang juga berwarna merah serta papan nama “masjid Lautze 2” yang menunjuk ke arah pintu masuk, menegaskan bahwa bangunan tersebut adalah sebuah Masjid.
![]() |
Bentuk depan masjid Lautze 2 Bandung |
Lengkap dengan Papan nama-nya. Dinding depan masjid di hias dengan ornamen terawang berwarna kuning dengan garis garis merah. Dengan lengkungan akbar sebagai gerbang menuju pintu masuk masjid pula berwarna merah. Sementara kubah warna merah sengaja dipasang dibagian atas buat membedakan bangunan masjid ini menggunakan bangunan ruko pada sekiarnya.
Selain Arsitektur luarnya, dekorasi di pada Masjid pun di penguasaan sang perbedaan makna Tionghoa. Rona cat mesjid yg menggunakan warna-warna buat kelenteng misalnya merah menyala dan lampu-lampu berbentuk lampion. Selain itu masjid lauze 2 dilengkapi menggunakan penyejuk udara, sebagai akibatnya suasana di dalam masjid terasa lebih nyaman.
Penggunaan ornamen ornamen Tionghoa seperti dijelaskan di atas memang disengaja sang para penggagas & pengurus masjid. Seperti halnya yang dilakukan para wali songo dalam menarik rakyat sebagai akibatnya tertarik dengan agama Islam, yaitu supaya para Muslim Tionghoa yang baru saja belajar Islam merasa dekat, seperti berada pada rumahnya sendiri.
Sejarah Masjid Lautze dua Bandung
Masjid Lautze 2 Bandung tak terlepas dari peran Yayasan Haji Karim Oei (YHKO) yang didirikan tahun 1991 dan berpusat di Jakarta, YHKO sekaligus berfungsi sebagai wadah pembinaan para mualaf, yang di antaranya adalah muslim keturunan Tionghoa, di setiap pecinan (pusat pemukiman etnis Tionghoa) di Indonesia. Pada tahun 2004 YHKO membentuk divisi Muallaf Networking. Divisi ini memiliki 7 fungsi yang salah satunya sebagai penyedia tempat penampungan sementara bagi para muallaf yang terisolir dari keluarga atau lingkunganya.
![]() |
Bagian dalam Masjid Lautze dua Bandung |
Nama yayasan itu di ambil dari nama (Alm) Haji Karim Oei Tjeng Hien / Haji Abdul Karim (1905-1988). Seorang tokoh Muhammadiyah, mantan anggota Parlemen RI, pendiri Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), anggota Pimpinan harian Masjid Istiqlal Jakarta yang diangkat oleh Presiden RI, anggota Dewan Panyantun BAKOM PKAB, dan anggota Pengurus Majelis Ulama Indonesia Pusat. Haji Karim Oei dikenal sebagai Muslim Tionghoa Indonesia yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Haji Karim Oei masuk Islam tahun 1930-an dan akrab sekali dengan Presiden Soekarno dan Buya Hamka.
Pendirian masjid Lautze 2 Bandung bermula ketika di bulan Ramadhan Desember 1996, saat digelar pertemuan bulanan YHKO di Jakarta. Perwakilan YHKO dari luar Jakarta datang, termasuk dari Bandung, Haji Mudirullah dan bapak Hendro. Dalam pertemuan itu disampaikan bahwa di Bandung belum ada sekretariat Cabang YHKO. Maka, dibentuklah YHKO cabang Bandung di bulan Januari 1997, Untuk kebutuhan pembinaan umat Islam, khususnya etnis Tionghoa, sekaligus sekretariat cabang YHKO.
Di awal pendirian YHKO Bandung diputuskan buat mengontrak sebuah bangunan bekas toko kitab di daerah Tamblong ? Bandung, menggunakan dana awal buat sewa loka menggunakan dana yayasan. Karena saat itu masih banyak ruang kosong pada kantor baru tersebut, pengurus yayasan memutuskan buat menggunakan ruang tersebut menjadi masjid. Sejak ketika itu sekretariat YHKO Bandung jua di fungsikan menjadi Masjid dengan nama masjid Lautze 2, untuk membedakannya menggunakan Masjid Lautze pada Jakarta.
Kegiatan kesekretariatan YHKO pun dilaksanakan di masjid ini. Tetapi, ruangan yg tanpa sekat antara kantor & masjid ternyata cukup menyulitkan dalam aktivitas ibadah. Sehingga di tahun 2004 dibuatlah sekat ruangan bergaya arsitektur Cina dengan arsitek ITB, Umar Widagdo.
Tiga tahun lalu, 2007, direnovasi balik untuk menciptakan kantor terpisah dari ruangan masjid. Dibuatlah sebuah tangga kayu yg dicat merah yang menuju ke kantor di atas masjid. Bangunan yg telah mengarah ke kiblat ini tidak banyak merubah struktur bangunan pada merenovasi. Karena masjid ini awalnya hanya sebagai pertokoan dan berdiri pada huma milik pemerintah Kota Bandung, maka keberadaan masjid ini pun masih ngontrak sampai sekarang.
Di pertengahan tahun 2010, masjid lautze dua Bandung sempat mengalami krisis air bersih. Sumur pompa sedalam 12 meter yg dimiliki tak lagi mengeluarkan air. Akibatnya aktifitas masjid sempat terganggu. Jam buka masjid di sesuaikan menggunakan ketersediaan air. Sehingga tak sanggup melayani jamaah buat melakukan sholat 5 ketika. Meski pasokan air dibantu sang Hotel Istana yang tepat berada di belakang masjid. Namun, itu pun tidak memadai.
![]() |
Bagian dalam Masjid Lautze dua Bandung |
Dilatarbelakangi kondisi tersebut, Masjid Lautze 2 Bandung mencanangkan program Gerakan Air untuk Masjid Lautze 2 Bandung. Gerakan ini bertujuan menggalang dana masyarakat untuk membiayai pembuatan sumur di Masjid Lautze 2 Bandung. DKM masjid cukup inovatif dengan memanfaatkan situs jejaring sosial facebook untuk menyampaikan program ini kepada khalayak ramai.
Dan Alhamdulillah berkat donasi dari para jemaah dan dermawan lain nya dana yang terkumpul sampai bulan Juli 2010 sumur pompa masjid lautze 2 Bandung kembali berfungsi dan masjidpun kembali dapat dipergunakan oleh jemaah lima waktu sholat sholat fardhu. Selain memperbaiki sumur bor DKM juga memperbaiki fasilitas yang lain termasuk perbaikan lantai toko Lautze, tempat sumur dan pompa air berada, perbaikan keran wudhu dan pemasangan tempat penampungan serta filter air, pintu masjid, ruangan masjid, kubah masjid, atap masjid, dan rangka kanopi masjid sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan 1431 H yang lalu.
Kegiatan Masjid Lauze 2 Bandung
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Masjid Lautze 2 Bandung diketuai oleh Syarief Abdurrahman (Ku Khie Fung) dan sektetaris DKM dipercayakan kepada Jesslyn Reyner, memiliki segudang aktivitas yang tidak semata mata ditujukan pada muslim Tionghoa. Masjid ini menjalan fungsinya sebagaimana fungsi sebuah masjid yang senantiaa terbuka bagi seluruh kalangan tanpa memandang suku, bangsa, ras, warna kulit & sebagainya.
![]() |
Galat satu poster aktivitas Masjid Lautze 2 Bandung |
Karena ukuran masjid yang tak terlalu besar dan hanya mampu menampung 50-an jemaah saja. Ditambah lagi Masjid Lautze ini merupakan satu-satunya masjid yang berdiri di Jl Tamblong, akibatnya setiap shalat Jumat, jamaahnya pasti meluber hingga ke trotoar. Tak hanya warga muslim Tionghoa yang shalat Jumat disana melainkan semua warga sekitar masjid dan masyarakat lain yang kebetulan lewat jalan tersebut pun turut memenuhi masjid berwarna merah tersebut.
Program kerja yg banyak dilakukan oleh Masjid Lautze 2 Bandung merupakan pendampingan muallaf dengan mendampingi mualaf buat menyempurnakan keIslamannya. Tak hanya itu saja akan tetapi juga melayani orang-orang Tionghoa yang berniat masuk Islam. Sangat lumrah, lantaran belajar sesuatu, lebih nyaman waktu didampingi oleh orang yang mempunyai akar budaya yang sama. Program lainnya merupakan Lautze Education. Dalam program ini, ada kursus Bahasa Mandarin, kursus Bahasa Arab, & kursus Shufa (seni kaligrafi Tionghoa)
Program lainnya yg relatif menarik adalah Khalifah Singer & Lautze Publishing. Khalifah Singer sendiri merupakan grup vokal lagu-lagu religi Islam menggunakan sentuhan instrumen khas Tionghoa. Sedangkan Lautze Publishing merupakan penerbitan yg memfokuskan diri mencetak kitab -buku Islam dan Tionghoa
|
Komunitas Lautze di Facebook |
Aspek budaya Tionghoa yang sudah melekat, permanen dilestarikan oleh pengurus masjid ini. Seperti pangilan kepada masing-masing anggota dengan ?Cicih? & ?Koko?, meski orang tadi bukan dari berdasarkan etnis Tionghoa.
Selain digunakan sebagai tempat shalat lima ketika, sejumlah aktivitas keagamaan secara rutin diadakan pada masjid ini seperti shalat tarawih saat bulan Ramadhan dan pengajian rutin mingguan. Kegiatan pengajian setiap hari Minggu diadakan dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Pesertanya tidak hanya mualaf masyarakat Tionghoa, akan tetapi seluruh mualaf berdasarkan keturunan manapun yg ingin mendalami mengenai Islam.
Infomasi Lain nya
FB acocunt : Komunitas Lautze
Situs resmi : http://lautze.or.id/
Referensi
---------------------ooOOOoo------------------------
Lanjutkan Membaca Artikel Masjid Bergaya Tiongkok Lain nya
Masjid Masjid bergaya Tiongkok di Indonesia
Lautze, Masjid Ruko menggunakan Ornamen Klenteng
Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono