Masjid Kasepuhan Cirebon, Kebesaran Masa Lalu - Islami Pedia
News Update
Loading...

Sunday, June 21, 2020

Masjid Kasepuhan Cirebon, Kebesaran Masa Lalu

Masjid itu terlihat kukuh. Pagar tembok setebal 40 centimeter dan dengan tinggi 1,5 m mengelilingi kedap-kedap. Warna merah bata yg memulas sekujur tembok menciptakan makin berwibawa saja. Ya, pagar itu adalah bagian menurut Masjid Keraton Kasepuhan Cirebon, Masjid Sang Ciptarasa. Di dalam pagar yang menyerupai benteng itu, berdiri kukuh masjid yang berdiri dari tahun 1478 lampau.

Masjid itu didirikan seiring dengan berdirinya Keraton Kasepuhan. Tak heran jarak antara masjid & keraton hanya terpisah oleh alun-alun mini seukuran lapangan bola. Menurut sejumlah pengusur masjid, keaslian masjid masih terjaga. Atap menggunakan genteng rona hitam tanah. Sementara dinding masjid memakai bata merah setebal 40 centimeter.

"Bangunan lama masjid hanya di bagian dalam ukuran 20x20 m," kata Salehudin (57), galat satu pengurus masjid Kasepuhan kepada detikcom, Selasa (9/9/2008). Sulit diterima bila bagian inti masjid merupkan tempat ibadah. Sebab, kokohnya dinding lebih menyiratkan benteng kecil tempat persembunyian.

Untuk memasukinya, hanya ada satu pintu utama yang berukuran normal. Selebihnya, pintu samping kiri dan kanan sangat mungil, hanya berukuran 1  m x 80 cm. Sehingga, perlu merunduk untuk memasuki bagian inti masjid. "Saat penjajah kolonial masih bercokol, masjid ini memang sempat menjadi salah satu persembunyian," imbuh Salehudin.

Ada berbagai versi mengenai awal dibangunnya masjid ini. Di antaranya, menurut catatan Keraton Kasepuhan, yang mengacu pada candrasengkala, masjid tersebut dibangun pada "waspada panembahe yuganing ratu". Kalimat ini bermakna  2241, alias 1422 Saka, sezaman dengan 1500 Masehi. Menurut Kretabhumi, dibangun pada 1489 Masehi. Pemimpin proyeknya Sunan Kalijaga. Ia melibatkan 500 tenaga kerja dari Cirebon , Demak, dan Majapahit.

Sunan Kalijaga nir sendiri, beliau dibantu Raden Sepat, arsitek menurut Majapahit. Sepat merupakan tawanan perang Demak-Majapahit, yg diboyong Sunan Gunung Jati, salah satu senopati Demak. Sepat merancang ruang primer masjid berbentuk bujur sangkar. Luasnya 400 meter persegi. Tempat pengimaman menghadap ke barat, miring 30 derajat arah barat bahari. Arah ini diyakini masyarakat sekitar masjid tepat menuju Masjidil Haram, Mekkah.

Masjid terbagi lima ruang, yaitu ruang utama, tiga serambi, dan ruang belakang. Ruang utama adalah bangunan masjid yang asli. Lantainya dari terakota tanah atau tembikar, berukuran 30 x 30 sentimeter. Serambi bagian selatan disebut bangsal prabayaksa, dalam bahasa Jawa kuno berarti ruang pertemuan.

Kini, setelah berabad-abad ditinggalkan sang pendiri, aura kebasaran masa lalu masih tercium kental. Kombinasi antara arsitektur masa lalu, pulasan warna yang berkarakter dan tata wilayah yang khas menunjukan daerah itu sebagai pusat kota pada masa lalu. Selebihnya, masjid di Jl Jagasatru tersebut sangat sejuk, teduh dan cocok untuk mendekatkan diri pada ilahi.

Detiknews.Com

-------------------------ooOOOoo----------------------------

Baca Juga Artikel Majid Tertua Lainnya

Masjid Wapauwe, Masjid Tertua pada Indonesia

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Demak

Masjid Sunan Ampel - Surabaya

Masjid Sultan Suriansyah - Banjarmasin

Masjid Saka Tunggal, Masjid Tertua pada Indonesia

Masjid Mantingan, Jepara

Masjid Tua Al-Hilal Katangka, Masjid Agung Syeh Yusuf

Masjid Jami? Tua Palopo

Masjid Patimburak, masjid tua kota Kokas

Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi Penuh Daya Pikat

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done