Masjid Agung Demak Ketika dibangun sang Raden Fatah |
bersama para wali masjid ini tidak dilengkapi dengan menara.
Masjid Agung Demak salah satu tertua diIndonesia. Terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Dipercaya sebagai tempat berkumpulnya Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalahRaden Patah, Sultan pertama dariKesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 Masehi. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam sultan Kesultanan Demak dan para abdinya.
Lokasi Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara.
Di pada Poto tua pada atas terlihat |
masjid Agung Demak Aslinya tanpa Menara.
Dan masjid tersebut masih sama
bentuknya hingga kini .
Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.
Arsitektur
Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebutsaka guru. Salah Saru dari 4 tiang ini konon berasal dari serpihan-serpihan kayu yang disatukan oleh Sunan Kalijaga, sehingga dinamai 'saka tatal'. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor),sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan.
Soko Majapahit
Tiang ini berjumlah delapan butir terletak pada serambi masjid. Benda purbakala hibah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan pada Raden Fattah waktu sebagai Adipati Notoprojo pada Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
Pawestren
Merupakan bangunan yang spesifik dibuat buat sholat jama?Ah perempuan . Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati. Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 antara lain berhias ukiran motif Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren ini dibentuk dalam zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin menurut bentuk & motif gesekan Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.
Surya Majapahit
Merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat terkenal dalam masa Majapahit. Para pakar purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibentuk pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
Maksurah
Merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang mempunyai nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi estetika ruang pada masjid. Artefak Maksurah didalamnya berukirkan tulisan arab yg pada dasarnya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti pada dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
Pintu Bledheg
Pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo”yang berbunyiNogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Mihrab
atau tempat pengimaman, didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”.Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”,bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutanDampar Kencono warisan dari Majapahit.
Dampar Kencana
Benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, menjadi hibah buat Raden Fattah Sultan Demak I menurut ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi.
Soko Tatal / Soko Guru
Soko Guru yang tetap di jaga keasliannya |
yang berjumlah 4 ini merupakan tiang primer penyangga kerangka atap masjid yg bersusun 3. Masing-masing soko guru mempunyai tinggi 1630 cm. Formasi rapikan letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat bahari didirikan Sunan Bonang, pada barat daya karya Sunan Gunung Jati, pada bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yg berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga. Masyarakat Demak menamakan tiang protesis Sunan Kalijaga ini menjadi Soko Tatal.
Situs Kolam Wudlu .
Situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai loka buat berwudlu. Hingga kini situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah nir digunakan lagi.
Menara
Bangunan sebagai loka adzan ini didirikan menggunakan konstruksi baja. Pemilihan konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara diprakarsai para ulama, misalnya KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, & H.Moechsin .
Komplek Pemakaman
Komplek Makam Raden Fatah |
komplek makam sultan-sultan Demak dan para abdinya, yang terbagi atas empat bagian:
(1) Makam Kasepuhan, yang terdiri atas 18 makam, antara lain makam Sultan Demak I (Raden Fatah) beserta istri-istri dan putra-putranya, yaitu Sultan Demak II (Raden Pati Unus) dan Pangeran Sedo Lepen (Raden Surowiyoto), serta makam putra Raden Fatah, Adipati Terung (Raden Husain).
(2) Makam Kanoman, yang terdiri atas 24 makam, antara lain makam Sultan Demak III (Raden Trenggono), makam istrinya, dan makam putranya, Sunan Prawoto (Raden Hariyo Bagus Mukmin).
(3) Makam di sebelah barat Lasepuhan dan Kaneman, yang terdiri atas makam Pangeran Arya Penangsang, Pangeran Jipang, Pangeran Arya Jenar, Pangeran Jaran Panoleh.
(4) Makam lainnya, seperti makam Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Benowo, & Singo Yudo.
Sejarah
Masjid Agung Demak masih Kokoh Hingga kini |
Raden Fatah membangun Masjid Agung Demak di tahun 1401 Saka atau 1477M, atau dua tahun setelah beliau mendirikan Kesultanan Demak dengan bantuan dari para wali di tahun 1475M. Beliau mendirikan Masjid Agung Demak di Lokasi bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi, tempat dimana Raden Fatah menghabiskan masa kecilnya di bawah asuhan Sunan Ampel.
Jauh sebelum pendirian Masjid Agung Demak oleh Raden Fatah, di lokasi tersebut sebelumnya merupakan bangunan Pondok pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel Yang di dirikan tahun 1466, selain berfungsi sebagai pesantren juga sebagai Masjid.
Pendirian Masjid Agung Demak oleh Raden Fatah bersama para Wali di catat dalam prasasti bergambar bulus yang merupakan merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan artiSariro Sunyi Kiblating Gustiyang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri dari kepala yang berarti angka 1 ( satu ), kaki 4 berarti angka 4 ( empat ), badan bulus berarti angka 0 ( nol ), ekor bulus berarti angka 1 ( satu ). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka atau 1477 Masehi
Tiga strata atap masjid |
melambangkan Iman, Islam dan ikhsan
Pada tahun 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika Raden Fatah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar.
Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.
Tradisi Grebeg Besar Demak
Adalah prosesi pada lingkungan Masjid Agung Demak setiap lepas 10 Dzulhijah dalam rangkaian memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied & dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Di masa Wali songo dulu prosesi itu dijadikan wahana upaya penyebarluasaan agama Islam. Sampai saati ini kegiatan tadi masih permanen berlangsung, bahkan ditumbuh kembangkan. Berikut urutan program grebeg besar di Masjid Agung Demak.
• Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak & Sunan Kalijaga
Grebeg Besar Demak diawali dengan pelaksanaan ziarah oleh Bupati, Muspida dan segenap pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing beserta istri/suami, ke makam Sultan-Sultan Demak dilingkungan Masjid agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 WIB; kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.
• Pasar Malam Rakyat di Tembiring Jogo Indah
Untuk meramaikan perayaan Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah digelar pasar malam rakyat yang dimulai kurang lebih 10 (sepuluh) hari sebelum hari raya Idul Adha dan dibuka oleh Bupati Demak setelah ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan Sunan Kalijaga. Pasar malam tersebut dipenuhi dengan berbagai macam dagangan, mulai dari barang barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan mainan anak, hasil kerajinan, makanan/minuman, permainan anak-anak dan juga panggung pertunjukkan /hiburan.
• Selamatan Tumpeng Sanga
Arak arakan tumpeng sanga |
Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul Adha bertempat di Masjid Agung Demak. Sebelumnya kesembilan tumpeng tersebut dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak. Tumpeng yang berjumlah sembilan tersebut melambangkan Wali Sanga. Selamatan ini dilaksanakan dengan harapan agar seluruh masyarakat Demak diberikan berkah keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat dari Allah SWT.
Acara selamatan diawali dengan pengajian umum diteruskan dengan pembacaan doa. Sesudah itu kepada para pengunjung dibagikan nasi bungkus. Pembagian nasi bungkus tersebut dimaksudkan agar para pengunjung tidak berebut tumpeng sanga. Sejak beberapa tahun terakhir tumpeng sanga tidak diberikan lagi kepada para pengunjung dan sebagai gantinya dibagikan nasi bungkus tersebut.
Pada saat yang sama di Kadilangu juga dilaksanakan kegiatan serupa, yaitu Selamatan Ancakan, selamatan tersebut bertujuan untuk memohon berkah kepada Allah SWT agar sesepuh dan seluruh anggota Panitia penjamasan dapat melaksanakan tugas dengan lancar tanpa halangan suatu apapun juga serta untuk menghormati dan menjamu para tamu yang bersilaturahmi dengan sesepuh.
• Slolat Ied
Pada tanggal 10 Dzulhijah Masjid Agung dipadati oleh umat Islam yang akan melaksanakan Sholat Ied, pada saat-saat seperti ini Masjid Agung Demak sudah tidak dapat lagi menampung para jamaah, karena penuh sesak dan melebar ke jalan raya, bahkan sebagian melaksanakan sholat di alun-alun. Pada kesempatan tersebut Bupati Demak beserta Muspida melaksanakan sholat di Masjid Agung Demak dan dilajutkan dengan penyerahan hewan qurban dari Bupati Demak kepada panitia.
• Penjamasan Pusaka Peninggalan Sunan Kalijaga
Para Sesepuh bersiap membersihkan |
pusaka Sunan Kalijaga
Setelah selesai Sholat Ied. Di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu, dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Kedua pusaka tersebut adalah Kutang Ontokusuma dan Keris Kyai Crubuk. Konon Kutang Ontokusumo adalah berujud ageman yang dikiaskan pegangan santri yang dipakai sunan kalijaga setiap kali berdakwah.
Penjamasan pusaka-pusaka tersebut didasari oleh wasiat sunan kalijaga sebagai berikut ”agemanku, besuk yen aku wis dikeparengake sowan engkang Maha Kuwaos, salehna neng duwur peturonku. Kajaba kuwi sawise uku kukut, agemanku jamas ana.” Dengan dilaksanakan penjamasan tersebut, diharapkan umat Islam dapat kembali ke fitrahnya dengan mawas diri/mensucikan diri serta meningkatkan iman dan taqwa Kepada allah SWT.
Prosesi penjamasan tersebut diawali dari Pendopo Kabupaten Demak, dimana sebelumnya dipentaskan pagelaran tari Bedhoyo Tunggal Jiwo. Melambangkan “Manunggale kawula lan gusti”, yang dibawakan oleh 9 (sembilan) remaja putri. Dalam perjalanan ke Kadilangu minyak jamas dikawal oleh bhayangkara kerajaan Demak Bintoro “Prajurit Patangpuluhan” dan diiringi kesenian tradisional Demak. Bersamaan dengan itu Bupati beserta rombongan menuju Kadilangu dengan mengendarai kereta berkuda.
Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dilaksanakan oleh petugas dibawah pimpinan Sesepuh Kadilangu di dalam cungkup gedong makam Sunan Sunan Kalijaga. Sesepuh dan ahli waris percaya, bahwa ajaran agama Islam dari Rasulullah Muhammad SAW dan disebar luaskan oleh Sunan Kalijaga adalah benar.
Oleh karena itu penjamasan dilakukan dengan mata tertutup. Hal tersebut mengandung makna, bahwa penjamas tidak melihat dengan mata telanjang, tetapi melihat dengan mata hati. Artinya ahli waris sudah bertekad bulat untuk menjalankan ibadah dan mengamalkan agama Islam dengan sepenuh hati. Dengan selesainya penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga tersebut, maka berakhir pulalah rangkaian acara Grebeg Besar Demak.
Referensi
demakkab.go.id – masjid agung demak
oktavianiheni.blogspot.com – masjid agung demak : bangunan lintas jaman tak terlupakan
wisatasemarang.wordpress.com - Masjid Agung Demak
indotoplist.com – museum masjid agung demak
potlot-adventure.com - Riwayat Masjid Demak
g-excess.com – sejarah dan keistimewaan masjid demak
------------------------ooOOOoo--------------------
Baca Juga Artikel Majid Tertua Lainnya
Masjid Sultan Suriansyah - Banjarmasin
Masjid Saka Tunggal, Masjid Tertua di Indonesia
Masjid Tua Al-Hilal Katangka, Masjid Agung Syeh Yusuf
Masjid Patimburak, masjid tua kota Kokas
Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi Penuh Daya Pikat