Masjid Agung Demak ternyata bukanlah masjid tertua di Indonesia. Pada tanah Jawa telah berdiri sebuah masjid bahkan sebelum kerajaan Majapahit berdiri, pula tentu saja sebelum kehadiran wali sanga untuk berbagi Islam pada tanah Jawa. Begitu poly literatur dalam & luar negeri yg terlanjur mencantumkan Masjid Agung Demak sebagai masjid tertua di Indonesia termasuk wikipedia.
Pada urutan pertama memang masjid pada Tanah Jawa yakni Masjid Saka Tunggal pada Kabupaten Banyumas, Jawa Timur, tetapi menjadi menarik karena pada urutan ke 2 justru adalah masjid di Kawasan Indonesia timur yakni Masjid Wapauwe yg ada di Provinsi Maluku. Posting kali ini membeberkan sepuluh masjid tertua di Indonesia yang dibagi dalam 2 bagian. Berikut bagian pertama yg menampilkan masjid tertua pertama sampai ke 5.
1. Masjid Saka Tunggal Banyumas (1228M)
![]() |
Masjid Tertua pada Indonesia Versi Bujangmasjid |
Masjid saka tunggal atau Masjid Saka Tunggal Baitussalam berada di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya berada di titik koordinat geografi 7°28'26.05"S 109° 3'20.32"E. disebut Masjid saka tunggal karena masjid ini hanya memiliki satu tiang penyangga tunggal. Saka tunggal yang berada di tengah bangunan utama masjid, saka dengan empat sayap ditengahnya yang akan nampak seperti sebuah totem, bagian bawah dari saka itu dilindungi dengan kaca guna melindungi bagian yang terdapat tulisan tahun pendirian masjid tersebut.
Masjid saka tunggalmenjadi satu satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali Songo) yang hidup sekitar abad 15-16M. Sedangkan masjid ini didirikan tahun 1288 Masehi sebagaimana tertulis di prasasti yang terpahat di saka masjid itu. lebih tua dari kerajaan majapahit yang berdiri tahun 1294 Masehi. Diperkirakan masjid ini berdiri ketika masa kerajaan Singasari, 2 abad sebelum Wali Songo. Sekaligus menjadikan Masjid saka tunggal Baitussalam sebagai Masjid Tertua di Indonesia.
Sejarah Masjid saka tunggalsenantiasa terkait dengan Tokoh penyebar Islam di Cikakak, bernama Mbah Mustolih yang hidup dalam Kesultanan Mataram Kuno. Itu sebabnya, tidak heran bila unsur Kejawen masih cukup melekat. Dalam syiar Islam yang dilakukan, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai "markas" dengan ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal tersebut. Beliau dimakamkan tak jauh dari Masjid saka tunggal.
Dua. Masjid Wapauwe, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku (1414)
![]() |
Masjid Wapauwe, Masjid tertua ke-dua di Indonesia |
Masjid Wapauwe berada di Desa Kaitetu, Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, dibangun tahun 1414 Masehi. Hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi bukti sejarah Islam masa lampau dan masih digunakan oleh muslim setempat. Untuk mencapai desa Kaitetu dari pusat Kota Ambon kita bisa menggunakan transportasi darat dengan menempuh waktu satu jam perjalanan. Bertolak dari Kota Ambon ke arah timur menuju Desa Passo. Di simpang tiga Passo membelok ke arah kiri melintasi jembatan, menuju arah utara dan melewati pegunungan hijau dengan jalan berbelok serta menanjak.
Masjid Wapauwe mmasih dipertahankan arsitektur aslinya, berdiri di atas sebidang tanah yang oleh warga setempat diberi nama Teon Samaiha. Konstruksinya berdinding gaba-gaba (pelepah sagu yang kering) dan beratapkan daun rumbia. Bangunan induk Masjid Wapauwe hanya berukuran 10 x 10 meter, sedangkan bangunan tambahan yang merupakan serambi berukuran 6,35 x 4,75 meter.
Bangunannya berbentuk empat bujur kandang. Bangunan asli pada saat pendiriannya tidak memiliki serambi. Meskipun mini dan sederhana, masjid ini mempunyai beberapa keunikan yang sporadis dimiliki masjid lainnya, yaitu konstruksi bangunan induk didesain tanpa memakai paku atau pasak kayu pada setiap sambungan kayu. Di masjid ini tersimpan dengan baik Mushaf Alquran yang konon termasuk tertua pada Indonesia. Yang tertua adalah Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy (imam pertama majid Wapauwe) yg selesai ditulis (tangan) dalam tahun 1550 & tanpa iluminasi (hiasan pinggir). Sedangkan Mushaf lainnya merupakan Mushaf Nur Cahya yang terselesaikan ditulis dalam tahun 1590, & jua tanpa iluminasi dan ditulis tangan dalam kertas produk Eropa.
3. Masjid Sunan Ampel, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur (1421)
![]() |
Masjid Sunan Ampel, masjid tertua ke 3 pada Indonesia |
Masjid Sunan Ampel merupakan masjid tertua ke tiga di Indonesia, didirikan oleh Raden Achmad Rachmatullah pada tahun 1421, di dalam wilayah kerajaan Majapahit. Masjid ini dibangun dengan arsitektur Jawa kuno, dengan nuansa Arab yang kental. Raden Achmad Rachmatullah yang lebih dikenal dengan Sunan Ampel wafat pada tahun 1481. Makamnya terletak di sebelah barat masjid. Hingga tahun 1905, Masjid Sunan Ampel adalah masjid terbesar kedua di Surabaya. dulunya masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan wali Allah untuk membahas penyebaran Islam di tanah Jawa.
Di komplek pemakaman Masjid Sunan Ampel juga terdapat makam Mbah Sonhaji atau Mbah Bolong dan juga makam Mbah Soleh, pembantu Sunan Ampel yang bertugas membersihkan Masjid Sunan Ampel. Keberadaan Kedua Makam tersebut tak terlepas dari cerita tutur dari masyarakat setempat. Di kompleks tersebut terdapat juga makam seorang pahlawan nasional, KH. Mas Mansyur, kondisinya sangat bersahaja, setara dengan makam-makam keluarganya yang hanya ditandai sebuah batu nisan di atas tanah yang datar. Sepi dari peziarah. Di dekat makam Mbah Bolong (Mbah Sonhaji) terdapat 182 makam syuhada haji yang tewas dalam musibah jemaah haji Indonesia di Maskalea-Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember 1974.
Kompleks makam dikelilingi tembok akbar dengan tinggi 2,lima meter. Makam Sunan Ampel beserta istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan zat oksidasi setinggi 1,5 meter, melingkar seluas 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih.
4. Masjid Agung Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (1477)
![]() |
Masjid Agung Demak, Masjid tertua ke empat |
Masjid Agung Demak adalah masjid tertua ke empat di Indonesia. Terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Dipercaya sebagai tempat berkumpulnya Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, Sultan pertama dari Kesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 Masehi. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam sultan Kesultanan Demak dan para abdinya.
Kisah tutur yang paling terkenal terkait pembangunan Masjid Agung Demak adalah pembuatan salah satu sokogurunya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan menggunakan tatal (serpihan kayu) jati yang kemudian dirangkainya menjadi satu menjadi sebatang sokoguru yang solid sama dengan sokoguru sokoguru lainnya yang disiapan oleh para sunan yang lain.
Masjid Agung Demak menjadi cikal bakal bangunan masjid di Nusantara yang menggunakan atap limas bersusun. Arsitektural Masjid Agung Demak ini kemudian ditiru dan menyebar ke seluruh Nusantara, tidak saja di Indonesia tapi juga hingga ke Negara Negara tetangga termasuk Malaysia, Thailand hingga Brunei Darussalam. Bebeberapa masjid Megah yang baru dibangun di berbagai daerah Indonesia turut mengadopsi Arsitektural masjid ini. Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila telah menjadikah bentuk Masjid Agung Demak ini sebagai odel bagi seribu lebih bangunan masjid yang dibangunnya diseluruh wilayah Nusantara.
5. Masjid Agung Sang Ciptarasa, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat (1478)
![]() |
Masjid Agung Sang Ciptarasa - Cirebon, Masjid tertua ke lima |
Masjid Agung Sang Ciptarasa, Cirebon ini berada di wilayah territorial Keraton Kesepuhan Cirebon. Dibangun atas usulan dari Dewi Pakungwati, Istri pertama (permaisuri) Sunan Gunung Jati, selaku Sultan pertama Kesultanan Cirebon. Sunan Gunung Jati yang kemudian membangun masjid ini di tahun 1478 atau setahun setelah pembangunan Masjid Agung Demak dengan dukungan penuh dari para wali dan Raden Fatah, Sultan pertama Kesultanan Demak.
Bertindak sebagai Kontraktornya adalah Sunan Kalijaga, sedangkan arsiteknya adalah Raden Sepat yang sebelumnya juga merancang Masjid Agung Demak. Berbagai pihak menyebut masjid Agung Sang Ciptarasa ini sebagai pasangan Masjid Agung Demak, karena memang pada saat pembangunan Masjid Agung Demak sedang berlangsung, Sunan Gunung Jati memohon kepada Raden Fatah untuk membangun pasangan masjid tersebut di Cirebon.
Bangunan induk masjid ini berukuran 20x20 meter dengan atap limas berususun tiga sama persis seperti Masjid Agung Demak, hanya saja denah atap dan bangunannya tidak bujur sangkar tapi empat persegi panjang, konon bentuk tersebut mewakili sifat feminimnya, untuk membedakan dengan pasangannya di Demak yang berwatak Maskulin. Kini masjid ini sudah dilengkapi dengan Pendopo disekelilingnya hasil pembangunan tahun 1978 dimasa menteri pendidikan dan kebudayaan Syarif Thayeb.
Bersambung ke Bagian-2
Artikel Terkait