Masjid Said Naum, Jakarta - Islami Pedia
News Update
Loading...

Tuesday, September 22, 2020

Masjid Said Naum, Jakarta

Masjid Said Naum, Kebon Kacang, Jakarta (foto : AKDN)

Masjid Said Naum dibangun di atas bekas lahan pekuburan, wakaf dari Almarhum Said Naum. Pembangunan masjid ini atas gagasan berdasarkan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Masjid dengan rancangan eksentrik ini dirancang sang Atelier Enam Architects and Planners / Adhi Moersid. Masjid Said Naum dikelola oleh Pemerintah DKI Jakarta & Yayasan Sa?D Naum terselesaikan dibangun tahun 1977 diatas lahan seluas 15'000 m?.

Said Naum atau Syekh Said Naum adalah seorang Kapitan Arab pertama untuk wilayah Pekojan dimasa kolonial Belanda berkuasa di Batavia di awal abad ke 19. Beliau juga saudagar muslim kaya raya dari Palembang yang memiliki armada kapal dagang sendiri. Di tahun 1883 Syekh Said Naum mendanai perbaikan dan perluasan Masjid Langgar Tinggi Pekojan yang masih berdiri kokoh hingga kini, dan mewakafkan salah satu lahan tanah miliknya untuk digunakan sebagai lahan pemakaman umum yang kini berubah menjadi rumah rumah susun dan Masjid Said Naum[i].

Lokasi Masjid Said Naum

Masjid Said Naum

Kebon Kacang 9 No. 25, Kelurahan Kebon Kacang

Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat

DKI Jakarta 10240 - Indonesia

Sejarah Masjid Said Naum

Pembangunan Masjid Said Naum ini disayembarakan oleh pemda DKI pada tahun 1975 untuk mendapatkan rancangan yang iinginkan. Sayembara itu kemudian dimemenangkan oleh Atelier Enam Architects and Planners / Adhi Moersid.yang berhasil membuat rancangan yang memapu memenuhi kriteria utama nya yang harus merepresentasikan karakter arsitektur tradisional dan cocok dengan lingkungan sekitar dan menggunakan material local. Atas alasan itu pulalah bangunan masjid yang selesai pembangunannya tahun 1977 ini mendapatkan penghargaan honourable Mentiion dari Aga Khan Award for Architecture pada tahun 1986[ii].

Lahan yang kini menjadi lahan Masjid Said Naum pada awalnya adalah lahan pemakaman umum wakaf dari Syekh Said Naum di awal abad ke 19. Gubernur DKI (kala itu) Ali Sadikin berencana memindahkan pemakaman umum tersebut untuk kemudian membangun komplek rumah susun di sana, mengingat lokasinya yang sudah tidak sesuai lagi bagi peruntukan pemakaman umum. Rencana tersebut tak pelak lagi mendapat tentangan dan protes dari masyarakat  luas.

interior Masjid Said Naum

(foto : AKDN)

Sebagian ulama mengharamkan proses ‘penggusuran makam’ sebagian lagi membolehkan dengan beberapa persyaratan, termasuk di dalamnya untuk tetap memanfaatkan lahan tersebut bagi kepentingan kemaslahatan ummat Islam agar amal jariah bagi yang mewakafkan tanah tersebut tetap mengalir. Ahli waris yang anggota keluarganya dimakamkan di areal ini sempat melayangkan gugatan ke dua pengadilan negeri Jakarta sekaligus di tahun 1975 namun semua gugatan tersebut kandas dan proses pembongkaran makam tetap dijalankan dibawah kawalan pasukan polisi dan tentara [iii]

Setelah musyawarah panjang antara pemerintah DKI Jakarta dengan para tokoh warga dan alim ulama disepakati bahwa di huma bekas pekaman generik tersebut juga akan dibangun wahana ibadah berupa Masjid & madrasah yang pembangunan serta pengelolaannya berada pada bawah kendali para tokoh masyarakat dan ulama bersama pemerintah DKI Jakarta. Selain itu buat mengklaim bahwa masjid dan madrasah tersebut berkekuatan aturan permanen dan nir akan diambil alih pemerintah di kemudian hari maka dibentuk Yayasan Wakaf Said Naum yang akan mengelola masjid & semua fasilitasnya. Kontroversi & protes masyarakat-pun berahir.

Masjid Said Naum diresmikan penggunaannya sang Menteri Dalam Negeri, Amir Machmud pada tahun 1975. Proses pembangunan masjid Said Naum didanai oleh Pemprov DKI Jakarta & menjadi konsekwensinya Pemprov berhak membentuk tempat tinggal susun pada sebagian tanah wakaf tersebut. Masjid Said Naum jua dilengkapi menggunakan bangunan sekolah mulai dari Taman Kanak Kanak, SD (Sekolah Dasar), Sekolah Menengah Pertama (Sekolah Menengah pertama) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas).Selain itu Meskipun begitu pemprov DKI tidak menaruh dana operasional bagi penyelenggaraan Masjid Said Naum. Sejak diresmikan penggunaannya hingga ketika ini biaya pengelolaan masjid di dapatkan berdasarkan jemaah masjid & berdasarkan pengelolaan parkir dari lahannya yg relatif luas.

arsitektural indonesia asli dengan atap limas bersusun di olah -

sedemikian rupa oleh perancang masjid dengan memutar atap

puncak masjid menghadirkan bentuk baru tanpa menghilangkan

bentuk tradisionalnya (foto : AKDN)

Arsitektural Masjid Said Naum

Rancangan Masjid Said Naum ini dapat disebut sebagai suatu rancangan yang sangat berhasil dalam upaya menghadirkan kosa bentuk masjid tradisional Jawa ke dalam ungkapan ungkapan modern Masjid yang dirancang arsitek Adhi Moersid dan tim ini jelas memperlihatkan usaha serius mengakomodasi dua kepentingan berbeda yaitu merepresentasikan karakter arsitektur lokal/tradisional dengan pendekatan modern [iv] [v].

Menurut catatan tertulis dari sang arsitek, pada ketika menggarap rancangan ini sebenarnya tidak ada pretensi mengupas lalu merumuskan bagaimana tradisi & unsur arsitektur tradisional bisa dimasukkan kedalam rancanngan menggunakan mengikuti aturan atau teori tertentu. Tetapi yg dicoba dilakukan adalah mencarikan landasan buat menaruh makna dalam ungkapan arsitekturnya baik yang terasa juga yg tidak terasa.

bentuk baru dari atap masjid tradisional Indonesia pada masjid

Said Naum, bentuk baru dari stock lama (foto : AKDN)

Salah satu landasan perancangan merupakan keyakinan bahwa islam merupakan ajaran atau ideology yg kemanapun beliau datang tidak secara pribadi membawa atau memberikan bentuk budaya berupa fisik. Dimana pun islam datang dia siap memakai aneka macam bentuk local/tradisional buat dijadikan identitas fisiknya. Dari sini kita menemukan banyak bangunan bangunan tradisional yyang dengan mudah dapat berubah fungsinya menjadi masjid diberbagai warga yg sudah memeluk kepercayaan Islam.

Arsitektur islam dapat juga dinyatakan sebagai manifestasi fisik berdasarkan adaptasi yang harmonis antara ajaran Islam dengan bentuk bentuk local. Oleh karenanya arsitektur islam sanggup amat kaya akan ragam dan jenisnya sebagaimana yg diungkapkan arsitek muslim turki Dogan Kuban bahwa nir ada homogenitas dan kesatuan dalam bentuk dari apa yg dianggap arsitektur Islam. Konsep inilah yg dipakai sanga arsitek sebagai focus sentral dalam mendisain masjid bernuansa modern diatas tanah wakaf masyarakat keturunan mesir bernama Said Naum.

sinar matahari menerobos masuk

dari celah antara atap puncak

dengan atap di bawahnya (AKDN)

Dari segi bentuk, gubahan pertama yang menarik perhatian adalah design atap masjid. Lantaran arsitektur atap adalah salah satu cirri menonjol dalam arsitektur tradisional pada Indonesia/Jawa, dapatlah dimengerti apabila design ini mencoba mengambil balik karakteristik atap masjid tradisional tetapi direvitalisasi.

Penampilan masjid pada dominasi atap yg mencoba menggubah kembali atap tumpang atau meru tradisional yg seringkali ditampilkan pada bangunan sacral pada Jawa atau Bali ke pada perwujudan baru (asal : masjid 2000org/N Luthfi). Berbeda dalam bangunan tradisional, permukaan diputas 90 derajad berdasarkan bentuk massa bangunan masjidnya hal ini kentara menunjukkan uusaha menarik pada menampilkan gagasan baru buat merevitalisasi bentuk atap local/tradisional tadi. Bentuk misalnya itu tampaknya berkembang lebih lanjut kemudian hari pada bangunan masjid masjid terbaru ainnya di Indonesia seperti Masjid Al-Markaz Al-Islami di Makasar & masjid Pusdai (Islamic Center) di Bandung.

Bentuk atap tersebut sebenarnya jua menunjukkan kecenderungan profil menggunakan tipe atap tumpang menggunakan saka guru ditengah ruang sholat untuk menyangga atap kedua juga ketiganya. Tetapi empat saka guru tadi di dalam rancangan ini dihilangkan agar pada bisa pandangan secara kentara kea rah mihrab & tersedia ruang loka shalat dengan bebas.

ketiadaan 4 sokoguru di tengah

masjid sebagai penyanggah atap

menghadirkan ruang yang lebih

lega di dalam masjid (AKDN)

Konsekwensi penghilangan kolom kolom saka guru di tengah tengan ruangan tadi merupakan diperlukannya struktur bentang cukup lebar. Tampaknya pilihan struktur rangka baja telah dipakai untuk menggantikan struktur kayu yang biasa dalam masjid tradisional. Namun yg sangat menarik disini adalah dikembangkannya kembali konsep system atap lama pada struktur atap yg rigid sebagai self bearing structure buat menutup ruang menggunakan bentang lebar. Design ini dengan kentara memeragakan pemanfaatan teknologi yang di adaptasikan dengan tradisi lokal.

Pencahayaan alami yg masuk ke ruang sholat memberi suasana nyama bagi setiap pengguna. Sementara dalam bagian atas terlihat balok struktur rangka atap yang menjadi self bearing structure menurut system atap tradisional yg si ekspose.

Yang jua terlihat sangat menonjol pada rancangan masjid yg berdenah segi empat simetris ini adalah ketenangan ruang ruangnya, yang terjadi sebab adanya bukaan pada seluruh sisi dindingnya sehingga tercapai penghawaan silang dengan baik. Disetiap sisi dinding masjid masih ada 5 ventilasi kayu lengkung yg lebar menggunakan beberapa diantaranya dipakai sebagai pintu. Uniknya bukaan bukaan ini nir menggunaan daun jendela/pintu tetapi kumpulan kayu berukir/berulir berjarak tertentu menggunakan arah vertical yg mengisi luas ventilasi tersebut. Contoh jendela seperti ini mengingatkan pada rumah tempat tinggal tradisional betawi maupun masjid masjid usang di ajakarta yang dibangun sejak abad ke 18.

Bukaan tanpa daun jendela pada

setiap sisi bangunan seperti ini

menjadikan angin bebas bertiup

ke dalam masjid (kompas4/11/01)

Bukaan tanpa daun ventilasi pada setiap sisi bangunan seperti ini menjadikan angin bebas bertiup ke dalam bangunan sehingga tercapai penghawaan silang. Nampaknya ini merupakan keliru satu kunci kenyamanaan karena mengadaptasi kondisi iklim lokal (asal masjid2000/N.Luthfi).

Penggunaan sirkulasi yg gampang dan kentara juga memberi kenyamaan tersendiri menurut bangunan berkarakter public ini. Selain itu penggunaan bentuk atap juga sangat cocok buat bangunan yang memiliki curah hujan tinggi bajkan adanya selasar yg lebar pada seluruh sisi yg dapat melindungi ruang dalam / interior berdasarkan hujan & silai dampak panas matahari luar semakin menambah kenyamanan ruang ruang masjid.

Pencahayaan alami yang dramatis dan sayup sayup lembut yang memasuki ruangan sholat baik dari samping maupun dari lubang cahaya dari pertemuan bidang miring atap yang diputar dengan atap dibawahnya sangatlah mendukund suasana kekhusu’an  sementara lampu di tengah langit langit atap sangat serasi dengan geometri yang memberikan cahaya iluminasi bagaimanapun efek pencahayaan ini memberikan kenyamanan sangat bagi setiap pengguna ketika berada di dalam masjid.

Area luar bangunanan dirancang menggunakan berbagai leveldengan tanaman tidak sinkron dalam masing masing tempat. Pepohonan disekeliling batas dan menjadi pengisi antar baris paving lantai menyediakan baangan dan atmosfir yg relative sejuk yang mengalir secara silang kedalam bangunan.Tata letak bangunan & penataan lanskap tersebut jelas hendak membuahkan area yg damai, sejuk & damai bagai oase ditengah hiruk pikuk area urban kota Jakarta. Ini memberitahuakn desain bangunan yang sangat adaptif dengan iklim local.

Masjid Said Naum di rindangnya pepohonan di lahan parkirnya

(foto : AKDN)

Dengan demikian baik penampilan masjid pada ruang & bentuk tata letak & penataan lanskap sepertinya sangat mendekati ideal. Kehadirannya begitu nyaman bagi kegiatan ritual ibadah seperti sholat, I?Tikaf (berdiam diri pada masjid buat mendekatkan diri pada Allah) perenungan sampai muhasabah (mengevaluasi diri).

Ini semua nir lepas berdasarkan kuatnya ungkapan ungkpan karakter local atau lokalitas dalam rancangan masjid baik secara keseluruhan maupun lebih jelasnya detailnya. Ungkapan lokalitas memang banyak pada olah & menjadi cirri penting dalam rancangan masjid terbaru ini. Bahkan materialnya menerangkan material lokal kecuali bahan bahan baja buat struktur atap. Ini yang sepertinya patut menjadi contoh & perlu dikembangkan perancang/arsitek buat bangunan masjid khususnya & bangunan lain dalam umumnya pada negeri kita tercinta, Indonesia.

Foto Foto Masjid Said Naum

nuansa tradisional tanah air (Betawi) sangat kental di bagian ini.

(foto : AKDN)

platform masjid Said Naum ditinggikan dari permukaan tanah

disekitranya (foto : AKDN)

nyaris tak ada pembeda antara bukaan daun pintu dengan

jendela masjid yang dirancang saling menyerupai (foto : AKDN)

sejuk dan tenang ditengah hiruk pikuk Jakarta yang panas dan

bising (foto : AKDN)

Referensi

[i] Bujangmasjid.blogspot.com – masjid langgar tinggi pekojan jakarta

[ii] Akdn.org – said naum mosque

[iii] Majalah.tempointeraktif.com - setelah mesin menggiling makam

[iv] Bambang Setia Budi, Masjid Said Naum Ungkapan Lokalitas dalam Masjid Modern, harian Kompas 4 November 2011

[v] bambangsb.blogspot.com - masjid-said-naum-ungkapan-lokalitas

--------------------------------ooOOOoo--------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid Jakarta Lain-nya

Masjid Jami? Assalafiyah, Masjid Pangeran Jayakarta

Masjid Langgar Tinggi Pekojan - Jakarta

Masjid Jami? Al Atiq, Kampung Melayu ? Jakarta Selatan

Masjid Jami? Al-Anwar, Angke - Jakarta

Masjid Jami? Al-Riyadh Kwitang, Jakarta

Masjid Al-Ma?Mur Tanah Abang, Jakarta

Masjid Jami? Al-Makmur Sawah Lio, Jakarta

Masjid Jami Cikini Al-Ma?Mur - Jakarta

Masjid Jami? Annawier, Pekojan

Masjid Cut Meutia, Jakarta

Masjid Hidayatullah ? Setiabudi, Jakarta

Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta

Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta

Masjid ?Si Pitung? Al Alam ? Marunda, Jakarta

Lautze, Masjid Ruko menggunakan Ornamen Klenteng

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done