Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo, Jawa Tengah - Islami Pedia
News Update
Loading...

Sunday, September 6, 2020

Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo, Jawa Tengah

Masjid Agung Darul Muttaqin Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Di sebelah barat alun alun kota Purworejo, Kabupaten Purworejo, propinsi Jawa Tengah berdiri sebuah Masjid Agung yg sangat populer menjadi Masjid Agung yang memiliki beduk terbesar di dunia. Keberadaan beduk ini telah menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan yang tiba ke Purworejo. Sebuah beduk berukuran super akbar terbuat menurut kayu jati utuh yang dilobangi pada bagian tengahnya & beduk ini sudah berusia sama tua-nya dengan masjid tempatnya berada.

Masjid Agung Darul Muttaqin dibangun pada masa pemerintahan bupati Purworejo pertama, Kanjeng Adipati Arya Cokronegoro I pada tahun 1834M, empat tahun selesainya usai perang Diponegoro (1825-1830). Salah satu masjid tua pada tanah Jawa yg masih berdiri kokoh pada bentuk aslinya hingga hari ini dan sebagai kebanggaan muslim Purworejo.

Lokasi & Alamat Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo

Masjid Agung Darul Muttaqin

Jalan Mayir Jendral Sutoyo, Kelurahan Sindurjan

Kecamatan Purworejo Purworejo

Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah

Indonesia

View Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo in a larger map

Masjid Agung atau Masjid Darul Muttaqim berdiri di atas tanah seluas 8.825 meter persegi. Bangunan utama 21 X 21 meter, sayap kiri kanan 6 X 21 meter, serambi 25 X 21 meter.  Masjid Agung Darul Muttaqin dibangun dengan arsitektur Jawa berbentuk Tanjung Lawakan Lambang Teplok (mirip Masjid Agung yang terdapat pada Kraton Solo),  Atap Masjid Agung tumpang tiga. Tumpang tiga. Atap pertama disebut sebagai panilih yang mengandung arti syariah. Atap kedua disebut penangkup yang mengandung makna thoriqoh. Atap ketiga, brunjung yang maknanya hakekat. Sedang mahkota masjid mengandung arti ma’rifat.

Di pada masjid masih ada papan menggunakan tulisan Jawa dan Arab. Arti goresan pena tersebut jika dibaca : ?RAA Cokronagoro Ping I Mas Pateh Cokrojoyo Purworejo : 1762?. Tulisan tersebut dapat dibaca oleh setiap orang yang masuk ke pada masjid melalui serambi depan. Bangunan induk sudah memakai atap genteng pres. Di atas atap terdapat mustaka yang terbuat menurut perunggu dengan hiasan daun kandhaka hutan.

Masjid Agung Darul Muttaqien dibangun menggunakan arsitektur Jawa berbentuk Tanjung Lawakan Lambang Teplok (seperti Masjid Agung Kraton Solo). Tiang primer masjid dibuat menurut kayu Jati Bang (bercabang lima) yg sudah berumur ratusan tahun dan berdiameter lebih berdasarkan 200 centimeter, serta tinggi mencapai puluhan meter.

Masing-masing bagian bawah atap tumpang terdapat boven panil kaca es yang berfungsi sebagai pencahayaan. Atap ditopang oleh empat soko guru dan 12 soko rowo persegi yang dihubungkan dengan balok gantung rangkap dari kayu Jati Bang (hanya bercabang 5) dengan umur ratusan tahun. Soko guru di cat warna hijau dengan hiasan gometris lis kuning dan berdiri di atas umpak. Keempat  umpak mempunyai ukuran yang berbeda. Soko rowo terbuat dari batu bata dan bagian bawah dilapisi keramik warna hijau.

Sejarah Masjid Agung Darul Muttaqin Kabupaten Purworejo

Masjid Agung Darul Muttaqin Kabupaten Purworejo menempati tanah wakaf keluarga Cokronegaran seluas 8.825 meter persegi. Paska Perang Diponegoro (1825 ? 1830), Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu mengangkat pemimpin menurut kalangan pribumi buat memerintah daerah Tanah Bagelen (Purworejo kini ). Sebagai Bupati pertama lalu diangkat Kanjeng Raden Adipati Arya Cokronagoro I dan jabatan pepatih (pembantu Bupati) dipercayakan pada Raden Cokrojoyo.

Perbedaan paling menyolok antara bangunan usang & bangunan baru Masjid Agung Kabupaten Purworejo ini merupakan bangunan menara betonnya itu. Tradisi orisinil masjid Jawa dan masjid tradisional Indonesia tidak dilengkapi dengan menara, bangunan menara di masjid ini dibangun belakangan.

Pada masa pemerintahan Bupati Cokronegoro I ini mulai dibangun beberapa gedung pusat pemerintahan yang berpusat disekitar alun alun Purworejo seluas 6 hektar, terutama buat memperlancar kegiatan-aktivitas pemerintahan. Di sebelah utara alun-alun didirikan Gedung Kabupaten beserta Pendopo Agengnya untuk tempat bersidang. Gedung yang terdiri berdasarkan 2 buah bangunan ini disebut penghadapan, yaitu tempat para abdi Kabupaten, Lurah dan masyarakat menunggu panggilan menghadap ke Kabupaten. Bupati Cokronegoro I pula memerintahkan pembangunan Masjid Agung Kabupaten Purworejo sebagai loka beribadah. Berdasarkan Prasasti yang ditempelkan pada atas pintu utamanya, Masjid Agung Darul Muttaqin terselesaikan di bangun pada hari Ahad tanggal 2 bulan Besar Tahun Alip 1762 Jawa atau bertepatan dengan tanggal 16 April 1834 Masehi.

Ada beberapa alasan mengapa letak bangunan masjid ini berada pada kota Purworejo. Salah satu sebab bahwa Kota Purworejo terletak di daerah yg dilingkupi sang perbukitan, yaitu bukit Menoreh pada sebelah timur, bukit Geger Menjangan di sebelah utara, dan Gunung Pupur pada sebelah Barat. Alasan lainnya bahwa Kota Purworejo berada diantara dua genre sungai, yaitu Kali Bogowonto dan Kali Jali menggunakan latar belakang Gunung Sumbing.

Fitur utama interior masjid masjid kita yang nir dimiliki masjid masjid pada negara lain adalah sokoguru d itengah masjid yg kadang juga dilengkapi menggunakan soko rowo (tiang tambahan). Di Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo ini sokoguru nya dibuat berdasarkan btg jati utuh bercabang lima yang telah berumur ratusan tahun dan masih utuh dan kokoh sampai kini meski telah berumur lebih dari se abad.

Dalam ilmu kalang (Kawruh Kalang) yaitu ilmu kejawen yg mempelajari pengetahuan masalah perencanaan dan pembuatan bangunan jawa, letak tanah pada keadaan demikian disebut "Tanah Sungsang Buwana" atau "Kawula Katubing Kaladanquot;. Orang-orang Tanah Bagelen ketika itu percaya bahwa apabila sebuah bangunan didirikan dalam letak Tanah Sungsang Buwana, maka orang-orang yg mendiami atau menggunakannya akan disegani dan dicintai oleh poly orang atau menjadi agama para pembesar.

Masjid Agung dengan Bedug Terbesar pada Dunia

Bedug awalnya bukanlah tradisi Islam, aksesoris masjid satu ini merupakan warisan dari kebudayaan Indonesia sebelum Islam yg kemudian di adopsi kedalam budaya Islam Melayu karena faktor fungsional serta norma norma yang telah berurat berakar pada warga kita saat itu sampai menjadi budaya Islam melayu yang tidak terpisahkan dari bangunan masjid seantero muslim pada tanah Melayu lintas negara.

Mimbar pada Masjid Agung Darul Muttaqin ini relatif unik menggunakan ukiran spesial Jawa tetapi pada bentuknya yg sangat khas. Mihrabnya tak terlalu akbar, ad interim imam nir menempati mihrab pada sholat harian, akan tetapi pada tempat yg telah disediakan sedikit di depan mihrab sejajar denga mimbar.

Di Masjid Agung Darrul Muttaqin Purworejo ini memiliki koleksi yang tak biasa berupa sebuah beduk yang diklaim sebut sebagai beduk dengan ukuran terbesar di global. Beduk tadi bernama beduk Pandawa atau Pendowo atau Beduk Kyai Bagelen. Tak hanya memiliki berukuran sebagai beduk terbesar di global, tetapi beduk ini pula memiliki sebuah perjalanan sejarah yang cukup panjang. Beduk Pendowo dibentuk tahun 1762 tahun Jawa bertepatan dengan tahun 1834M bersamaan dengan pembangunan masjid Agung Darul Muttaqin. Tabung beduknya dibuat menurut bahan kayu jati termasuk 120 paku keling dalam sisi depan dan 98 paku keling sisi belakang pula terbuat menurut bahan kayu jati.

Beduk Pandawa bergaris tengah 194cm atau hampir dua meter pada sisi depan sedangkan pada sisi belakang bergaris tengah 180 centimeter. Bila bahan tabung dibentuk berdasarkan kayu jati sepanjang 292cm, kulit yg dipakainya sendiri menggunakan kulit banteng. Kulit beduk ini bergaris tengah 220cm. Kulit beduk dalam bagian belakang sempat mengalami kerusakan ditahun 1936 & kemudian diganti dalam lepas 3 Mei 1936 dengan bahan kulit sapi benggala. Kulit bagian belakang ini tercatat telah tiga kali mengalami penggantian lantaran kerusakan yg pada alaminya.

Bedug Bagelen atau Beduk Pandowo/Pandawa ::: inilah daya tarik utama para wisatawan di Masjid Agung Darul Muttaqin Kabupaten Purworejo, sebuah beduk super besar dengan panjang lebih dari 2 meter. Kulit bagian depannya berdasarkan kulit banteng, kulit bagian belakangnya menurut kulit sapi Benggala. Di pada beduk dilengkapi dengan sebuah gong buat menambah nyaring suara beduk.

Pembuatan beduk menggunakan ukuran super akbar ini ditangai oleh Wedana Desa Bragolan, Raden Tumenggung Prawironegoro yg adalah saudara termuda menurut Bupati Cokronegoro I, bersama dengan Raden Patih Cokrojoyo (pepatih/pembantu Bupati) atas perintah eksklusif berdasarkan Bupati Cokronegoro I. Tabung Beduk dibuat menurut pangkal pohon Jati dari Dukuh (Dusun) Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo yg telah berusia ratusan tahun dengan berukuran besar & bercabang 5. Dalam ilmu kejawen, pohon jati akbar bercabang lima yang disebut Pendowo mengandung sifat perkasa & berwibawa. Pangkal pohon jati itu yg kemudian dilobangi bagian tengahnya berdasarkan ujung ke ujung dan sebagai tabung bagi beduk Pendowo. Kawasan tempat pohon jati yg dipakai buat bedug Bagelen tersebut kini sudah berubah sebagai kompleks Puskesmas ?Jati? / Puskesmas Bragolan.

Pembuatan beduk ini dilakuan langsung pada Dukuh (Dusun) Pendowo yg berjarak sekitar 9 kilometer menurut kota Purworejo menggunakan syarat jalan ketika itu sangat sukar untuk dilalui. Untuk mengatasi duduk perkara itu, atas usul Raden Tumenggung Prawironegoro, lalu Bupati Cokronegoro I mengangkat Kyai Haji Muhammad Irsyad yang menjabat menjadi Kaum (Lebai/Naib) di desa Solotiyang, Kecamatan Loano buat mengepalai proyek pemindahan Bedug Kyai Bagelan. Atas kepemimpinan sang Kyai, beduk tersebut diangkat secara beramai-ramai diiringi suara gamelan lengkap menggunakan penari tayub yang sudah menanti pada setiap pos perhentian.

Bedug Bagelen memang cukup besar , bahkan sanggup dimasuki sang orang dewasa (takmir masjid) yang sedang memperbaiki kulit bagian belakang beduk ini sekaligus menyelidiki kondisi gong pada pada beduk ini.

Kini, Beduk kyai Bagelen diletakkan di sebelah pada serambi Masjid. Jika ingin mendengar suaranya, datanglah dalam waktu Ashar, Maghrib, Isya, Subuh & menjelang shalat Jum'at ke Masjid Agung Darul Muttaqin Kabupaten Purworejo. Di samping itu, dalam setiap ketika menjelang sholat Sunat Idul Fitri & Idul Adha, program-program atau peristiwa-insiden keagamaan Islam dan memperingati dtk-dtk Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Bedug Kyai bagelen ini selalu ditabuh buat memberi pertanda dan penghormatan.

Kiblat Masjid Agung Purworejo Meleset

Berdasarkan hasil penghitungan detil oleh Tim Hisab Rukyat dan Sertifikasi Arah Kiblat Provinsi Jawa Tengah, arah kiblat Masjid Agung yg selama ini digunakan buat sholat meleset tiga derajat. Secara detil, kiblat yang ada terlalu condong ke utara 19 menit, 4,01 dtk. Penghitungan dilakukan kurang lebih pukul 14.00 tanggal 25 Agustus 2009 pada laman & serambi masjid. Wakil Ketua Tim Hisab Rukhiyat dan Sertifikasi Arah Kiblat Provinsi Jateng Slamet Hambali menjelaskan, posisi arah kiblat yang berlaku di Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo sebelumnya dalam arah Barat ke Utara 28 derajat, 5 mnt, 47,73 dtk. Seharusnya arah kiblat sedikit ke selatan tiga derajat, 19 mnt, 4,01 dtk berdasarkan arah kiblat yg terdapat.

Penghitungan secara detil dengan metode astronomi menggabungkan cara menghitung arah kiblat, posisi matahari, dan pemanfaatan GPS (Global Position System) untuk menentukan bujur lintang yang akurat, disimpulkan, arah kiblat yang sebenarnya dari titik barat ke utara 24 derajat, 46 menit, 47,777 detik.  Ketua Taqmir Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo Najib Safrudin mengungkapkan, arah kiblat terakhir kali dihitung pada Juni 2009 Setelah dihitung kembali oleh Tim Hisab Rukhiyat dan Sertifikasi Arah Kiblat Provinsi Jateng dan diketahui meleset, secepatnya arah kiblat diperbaiki. Dengan mengganti garis-garis cat yang sudah ada.

Referensi

aktual.co - bedug-terbesar-di-dunia-ada-di-purworejo

banditgelen.blogspot.com - Bedug Kyai Bagelen di Masjid Agung

islamflash.blogspot.com  - Depag Jateng Terbitkan Sertifikat Kiblat Masjid

sabili.co.id - kiblat-masjid-agung-purworejo-meleset

cangkrep.blogspot.com - Masjid Agung Purworejo

------------------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid pada Jawa Tengah Lain nya

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)

Masjid Besar Kauman Semarang

Masjid Saka Tunggal, Masjid Tertua pada Indonesia

Masjid Mantingan, Jepara

Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi Penuh Daya Pikat

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done