Mesjid Besar Bujang Salim Krueng Geukuh, Aceh Utara - Islami Pedia
News Update
Loading...

Friday, August 7, 2020

Mesjid Besar Bujang Salim Krueng Geukuh, Aceh Utara

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh benar sahih menorehkan bentuknya di Masjid Besar Bujang Salim di Krueng Gekeuh, ibukota kabupaten Aceh Utara ini.

Masjid Besar Bujang Salim adalah masjid pertama yang dibangun dikawasan yg kini dikenal menggunakan kecamatan Dewantara, kabupaten Aceh Utara. Pembangunan masjid ini diprakarsai dan dibangun pada atas tanah seorang bangsawan kerajaan Nisam, Teuku Rhi Bujang alias Teuku Bujang Slamat bin Rhi Mahmud yg kemudian dikenal menggunakan nama Bujang Salim. Semasa hidupnya beliau juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, & nama masjid ini merupakan galat satu bentuk penghormatan kepada beliau.

Masjid Besar Bujang Salim ini acapkali diklaim sebagai kembarannya Masjid Raya Baiturrahman pada Kutaraja Banda Aceh lantaran kemiripan diantara keduanya. Tetapi demikian ke 2 masjid ini tidaklah sahih sahih serupa meski memang pembangunan masjid Bujang Salim ini meniru gaya masjid Raya Baiturrahman. Sekilas pandang kedua masjid ini memanglah tampak serupa. Tetapi demikian, apabila Masjid Raya Baiturrahman mempunyai tujuh butir kubah, Masjid Besar Bujang Salim ini hanya mempunyai lima kubah saja.

Masjid Budjang Salim

Jl. Ramai Keude Krueng Geukueh

Ds. Beringin Dua, Kec. Dewantara, Kab. Aceh Utara

Provinsi Aceh, Indonesia

Masjid Percontohan Nasional 2016

Masjid Besar Bujang Salim meraih penghargaan menjadi kampiun satu lomba masjid percontohan kategori Ri?Ayah (pembangunan/pemeliharaan) taraf nasional tahun 2016 yg digelar Kementerian Agama (Kemenag) RI. Pada awal 2016, Masjid Besar Bujang Salim terpilih sebagai masjid akbar percontohan pada Aceh, menjadikannya menjadi wakil provinsi Aceh buat mengikuti lomba masjid taraf nasional yang diadakan Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

Proses evaluasi diawali dengan verifikasi sang tim Kemenag RI pada September 2016. Tim yg turun langsung ke lokasi masjid ini, menilai idarah (manajemen), imarah (kemakmurah/peribadatan), & ri?Ayah. Aspek evaluasi bukan hanya pada bentuk fisik, akan tetapi jua sarana dan aktivitas di masjid. Hasil pembuktian lapangan ini diperiksa pulang pada sidang yang melibatkan Dewan Majelis Indonesia (DMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), panitia lomba, dan organisasi rakyat Islam.

Pada 13 Desember 2016, Kabid Imarah Bujang Salim Tgk M Katsir Syamsyuddin memenuhi undangan panitia buat mempresentasikan profil masjid tadi pada hadapan para guru besar dari banyak sekali universitas & unsur lainnya, yang menjadi dewan juri, di Lumire Hotel Pasar Senen, Jakarta Pusat. Setelah melewati proses panjang dan perbandingan menggunakan masjid-masjid lain dari seluruh Indonesia, dewan juri setuju menetapkan Masjid Besar Bujang Salim menjadi juara satu masjid percontohan buat kategori Ri?Ayah (pembangunan/pemeliharaan). Sementara juara ke 2 diraih oleh Masjid Asmaul Husna Banten & kampiun 3 Masjid Baitul Makmur, Kepulauan Riau.

Fitur interior Masjid Besar Bujang Salim

Tropi & piagam penghargaan yg diteken Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin, diserahkan Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI, Prof Dr Muhammadiyah Amin. Tropi itu diterima Ketua Badan Kesejahteraan Masjid Besar Bujang Salim Tgk Jalaluddin Ibrahim, didampingi Tgk M Katsir Syamsyuddin dan Kasi Kemasjidan Kantor Wilayah Kemenag Aceh Rizal Mulyadi MA, pada Lumire Hotel, Jakarta. Selain tiga masjid tadi, pula diberikan piagam penghargaan kepada 9 masjid lain pada Indonesia pada kategori percontohan iradah, imarah, & sempurna.

Sejarah Masjid Bujang Salim

Masjid Bujang Salim dibangun pada tahun 1921 dengan semangat memperkuat persatuan dan kesatuan. Kala itu, belum terdapat masjid di daerah yg kini masuk daerah Kecamatan Dewantara, sehingga warga setempat harus melaksanakan shalat jamaah pada tempat tinggal masing-masing atau di meunasah dengan syarat yang terbatas. Kondisi ini menerima perhatian berfokus menurut bangsawan kerajaan Nisam Teuku Rhi Bujang alias T Bujang Slamat bin Rhi Mahmud. Pria bagak yg kerap menentang kolonial Belanda ini merupakan pahlawan perintis kemerdekaan RI yg berasal dari Nisam.

Teuku Bujang Slamat memprakarsai pembangunan masjid, di atas tanahnya yg berada pusat Keude Krueng Geukueh dengan ukuran 20 x 15 meter. Tetapi, sebelum dapat meletakkan batu pertama pendirian masjid tadi, tahun 1921 Teuku Bujang diasingkan ke Papua, lantaran menentang Kolonial Belanda. Bahkan, untuk menghilangkan pengaruhnya dari negeri ini, Bujang Slamat diasingkan sampai ke Australia. Kendati demikian, pembangunan masjid yang digagasnya terus dilanjutkan oleh warga setempat.

Jemaah sholat jum'at di pada Masjid Besar Bujang Salim

Pembangunan masjid ini dilanjutkan Uleebalang dari Dewantara, Ampon Hanafiah. Hingga kemudian berhasil dibangun masjid sederhana dengan berukuran 20x15 meter. Dalam perjalanannya, warga setempat putusan bulat menambalkan nama Teuku Bujang Slamat sebagai nama masjid Jamik tadi, yaitu menggunakan nama Bujang Salim.

Tahun 1980 dibawah pimpinan tokoh warga , Tgk H A Gani masjid ini diperluas dari ukuran 20 x 15 meter menjadi 40 x 30 meter. Tahun 1990 statusnya sebagai Masjid Besar Bujang Salim, lantaran selain karena masjid pertama yg didirikan pada Dewantara jua karena lokasinya berada pada sentra kecamatan dan sudah poly masjid jami? Lainnya di lebih kurang daerah tadi.

Perluasan masjid tadi balik dimulai pada 1996 atas usulan rakyat yang dipimpin Camat Dewantara kala itu, Drs H Marzuki M Amin. Masjid yang sebelumnya berukuran 40 x 30 meter sebagai 60 x 30 m. Perluasan pula dilakukan buat pekarangan masjid, menurut berukuran 50 x 30 meter menjadi 95 x 80 meter & pembangunan menara, Taksiran dana yg dipakai untuk menciptakan masjid itu telah mencapai Rp 12 miliar.

Mimbar dan Mihrab Masjid Besar Bujang Salim

Aktivitas Masjid Besar Bujang Salim

Masjid Besar Bujang Salim nir saja mempunyai berukuran yang besar namun pula memiliki estetika tersendiri baik ekterior maupun interiornya. Masjid Bujang Salim memiliki luas 1650 meter persegi dan sanggup menampung sampai 2500 jemaah sekaligus. Pembangunannya di danai oleh masyarakat muslim setempat dan donasi dari beberapa perusahaan seperti PT AAF, PT PIM, PT Arun, Pemerintah Daerah Aceh Utara, dan Pemerintah Aceh.

Tak hanya salat lima saat & salat Jumat, Masjid Bujang Besar Salim pula digunakan untuk pengajian rutin saban malam yg diasuh sejumlah ulama. Kecuali Senin malam dan Jumat malam lantaran dalam Senin malam pengurus masjid masjid ini mengikuti pengajian di Abu Paloh Gadeng (Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Utara, pimpinan dayah di Paloh Gadeng). Di masjid ini, terdapat pula majelis taklim menurut kelompok pemuda, pengajian kaum mak , dan pengajian anak-anak. Selain berdasarkan semua itu, masjid Besar Bujang Salim ini jua memiliki aula & Stasiun Radio sendiri.

Genset pada masjid ini memiliki cerita unik tersendiri. Adalah Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf atau Mualem, pada satu kesempatan ber i?Tikaf dalam masjid tadi seusai Magrib, tiba-tiba listrik padam. Dan sebulan lalu pada awal tahun 2013 beliau memberikan donasi generator set (genset) otomatis berukuran akbar buat masjid Besar Bujang Salim.

Teuku Bujang bin Teuku Rhi Mahmud (1891-1959) Pahlawan Pergerakan Kemerdekaan dari Aceh yang belum sebagai Pahlawan Nasional.

Siapakah Bujang Salim ?

Bujang Salim (1891-1959) atau Teuku Rhi Bujang Selamat atau Bujang Salim Bin Rhi Mahmud dikenal sebagai salah seseorang Pahlawan Perintis Pergerakan Kebangsaan / Kemerdekaan). Beliau dilahirkan dalam tahun 1891 pada Nisam, Kecamatan Keude Amplah, Kabupaten Aceh Utara. Putra Uleebalang Nanggroe Nisam.

Pada tahun 1912 beliau menyelesaikan kelas 5 (lima) Kweekschool dan Osvia di Bukit Tinggi (Sumatera Barat) dan kemudian kembali ke Aceh. Tahun 1913 menjabat sebagai Zelfbsrtuurdier Nanggroe Nisam, namun pada tanggal 8 Februari 1920 beliau dipecat dan dibuang ke Mearuke (Papua) akibat dari aktifitasnya di bidang politik dan keagamaan, yang mengundang kekhawatiran pihak penjajah Belanda.

Selama pada sana, Bujang Salim jua melakukan aktifitas pendidikan & keagamaan yg merupakan suatu kegiatan bertentangan dengan kebijakan Belanda saat itu & lagi lagi beliau dibuang ke Tanah Merah (Digul) dalam 5 April 1935. Semasa penjajahan Jepang, dalam 11 Mei 1942, Bujang Salim diungsikan ke hutan Bijan, lalu dikembalikan lagi ke Meurauke. Pada 3 November 1942, dia balik dibawa pergi ke Tanah Merah. Pertengahan tahun 1943, atas anjuran Van Der Plas pemerintahan interniran Belanda, mengangkut semua orang buangan buat diungsikan ke Australia, termasuk Bujang Salim. Tiba pada Mackay, Australia, lima Juni 1943.

Masjid Besar Bujang Salim.

Akhir tahun 1945, pemerintah interniran Belanda memerdekakan orang-orang buangan tersebut & dijanjikan akan dipulangkan ke masing-masing loka dari. Pada 7 Oktober 1946, Bujang Salim & rombongan eks buangan diberangkatkan dengan kapal barang tentara sekutu dan tiba di Jakarta, 14 Oktober 1946. Ia dimasukkan ke kamp Chause Complex, satu bulan kemudian, anggota rombongan lainnya diberangkatkan ke Cirebon & diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Sedangkan Bujang Salim, karena anaknya sakit keras, nir jadi diberangkatkan hingga empat bulan lamanya.

Bujang Salim lalu bekerjasama sendiri dengan pemerintah Indonesia di Pegangsaan Timur & dibolehkan berangkat ke Purwokerto. Pada 15 Februari 1947 oleh Kementrian Dalam Negeri pada Purwokerto, dipekerjakan di sana ad interim menunggu kapal yg berangkat menurut Cilacap menuju Sumatera. Lantaran Agresi I Belanda dalam 31 Juli 1947, dia dan keluarga terpaksa mengungsi ke lereng-lereng gunung Slamet (Jawa Tengah) selama enam bulan.

Pada Maret 1948, ia ditangkap oleh satu pasukan patroli Belanda & ditahan untuk diperiksa. Dua hari kemudian beliau dilepaskan & dengan dasar janji Belanda pada Australia dulu, dia dibawa ke Medan (Sumatera Utara), datang 20 April 1948. Pada Februari 1950 dengan bantuan Gubernur Aceh saat itu, Bujang Salim diberangkatkan ke Kutaradja (Banda Aceh). Lalu, 31 Juli 1950 beliau pergi ke Krueng Geukuh, yang ketika itu merupakan bagian dari Nanggroe Nisam. Bujang Salim mangkat global pada Rabu, 14 Januari 1959 dan dikebumikan di Krueng Geukuh, pada dekat Masjid Besar Bujang Salim yang beliau prakarsai pembangunannya. Selama hidup, beliau dikaruniai 8 (delapan) orang putra & putri.

Referensi

http://aceh.Tribunnews.Com/2016/12/30/ini-masjid-percontohan-nasional

http://aceh.Tribunnews.Com/2016/12/30/dibangun-dalam-masa-kolonial-belanda

http://peutrang.blogspot.co.id/2015/01/biografi-bujang-salim-perintis.html http://atjehpost.co/berita2/read/Masjid-Bujang-Salim-Pejuang-Rakyat-43 http://www.statusaceh.net/2017/01/teuku-bujang-salim-pahlawan-asal-nisam.html

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done