Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah - Islami Pedia
News Update
Loading...

Sunday, August 30, 2020

Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah

Perpaduan tradisional & terbaru di Masjid Menara Kudus

Salah Satu Masjid Tertua pada Indonesia

Masjid Menara Kudus sebenarnya bernama Masjid Al-Aqso, merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Bangunan aslinya masih bisa dijumpai hingga kini meski sudah mengalami perbaikan dan perluasan berkali kali sejak pertama kali dibangun sekitar tahun 1549 oleh Sunan Kudus, sekitar sepuluh tahun lebih dulu dari Masjid Mantingan Jepara (1559) yang dibangun oleh Sultan Hadiri, atau sekitar 70 tahun setelah Masjid Agung Demak (1479) yang dibangun pada masa Raden Fatah, atau kira kira sezaman dengan Masjid Kesultanan Banjar di Banjarmasin yang dibangun oleh Sultan Suriansyah (1526-1550).

Kudus Berasal dari kata Al-Quds

Menurut antropolog dari Universitas Udayana - Bali, mendiang Prof. Purbacaraka, nama kota Kudus berasal menurut bahasa Arab, ?Al-Quds? (sekarang Jerusalem - Ibukota Palestina). Sedangkan para sejarawan Islam percaya bahwa pelaut muslim arab-lah yg menaruh nama tadi buat mengenang tanah kelahiran mereka di Al-Quds ? Palestina. Tak mengherankan bila lalu masjid tua pada kota suci yg populer dengan menara berbentuk candi-nya itu pun kemudian diberi nama Masjid Al-Aqso, sebagaimana nama masjid kudus ketiga Ummat Islam di kota Al-Quds.

Foto tua masjid Menara Kudus

Masjid Al Aqsa dan Menara Kudus adalah tempat bersejarah peninggalan keliru satu Walisongo, Ja?Far Shodiq atau lebih dikenal menggunakan nama Sunan Kudus yang makamnya terdapat pada komplek itu. Tempat tersebut sekarang sebagai destinasi andalan wisata reliji kota Kudus, terutama bagi para peziarah, disamping makam Sunan Muria yang berada pada daerah wisata Colo, Kecamatan Dawe Kudus, pegunungan Muria. Nama Jafar Shodiq terukir pada batu di atas mihrab masjid ini. Syahdan batu bertulis tadi asal dari Al-Quds (Baitul Maqdis) di Palestina.

Lokasi Masjid Menara Kudus

Masjid menara kudus berada di pusat kota Kudus. Secara administratif masuk ke dalam wilayah Desa Kauman Kulon kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Propinsi Jawa Tengah. Lingkungan yg mengelililingi masjid menara suci ini berupa tempat tinggal rumah penduduk desa Kauman kulon yang telah tidak kentara lagi batas batas yg memisahkan antara rumah penduduk dengan komplek masjid lantaran antara dinding komplek masjid dengan tempat tinggal penduduk telah menjadi satu.

Sebelumnya Adalah Candi ?

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, Masjid ini sebenaranya bernama Masjid Al-Aqso sebagaimana tertulis pada papan nama masjid yg diletakkan di gerbang utama masjid menggunakan aksara arab. Hanya saja rakyat luas lebih mengenalnya menjadi Masjid Menara Kudus merujuk pada bangunan menaranya yg unik itu. Pendapat generik & cerita kata yg tersebar luas mengungkapkan bahwa Masjid Menara Kudus sebelumnya adalah sebuah candi yang kemudian di konversi (di alih fungsi) menjadi sebuah masjid. Benarkah Masjid Menara Kudus ini merupakan konversi dari sebuah Candi ?, Apa nama candi itu sebelumnya ?. Menjadi menarik untuk sekedar bertanya.

Sudah di fahami secara generik bahwa metoda da?Wah yang dijalankan para wali dalam membuatkan Islam pada Nusantara termasuk pada tanah Jawa menggunakan melalui pendekatan budaya. Mereka nir dan merta menentang atau menghapus budaya yg telah berkembang pada dalam rakyat namun secara perlahan melakukan editing secara cermat menggunakan memasukkan ajaran Islam kedalam setiap pernik budaya yg telah ada. Perubahan yg perlahan namun niscaya membarui paras budaya menjadi sesuatu yang Islami.

KEBANGGAAN NASIONAL. Gambar Masjid Menara Kudus diabadikan di uang kertas pecahan lima ribu Rupiah.

Tidak hanya pada masa para wali, pada masa kini pun metoda yg mempunyai kemiripan diterapkan sang kaum muslimin minoritas yang tinggal di daerah non muslim. Seperti contoh dalam ketika saudara saudara kita itu akan membentuk masjid mereka nir memaksakan diri buat membangun masjid dengan bentuk masjid umumnya yang mempunyai kubah & menara dan kumandang azan dari menara. Misalnya saja Muslim di Estonia yang minoritas membentuk masjid menggunakan bentuk yg serupa dengan gedung gedung bertingkat disekitarnya, & sama sekali tidak misalnya masjid yang biasa kita kenal yg mempunyai kubah akbar, simbol bulan sabit di ujung kubah dan menara serta kumandang azan berpengeras bunyi dari menara-nya. Tidak hanya di Estonia yang berada pada Eropa sana, saudara saudara muslim pada Tolikara pun menciptakan masjid mengikuti bentuk bangunan disekitarnya supaya nir terlalu mencolok demi toleransi.

Menilik hal hal yg demikian, bukan tidak mungkin toh, bila dulu Ja?Far Shodiq & kaum muslimin awal di Kudus menciptakan masjid dengan mengikuti bentuk / arsitektur tempat ibadah ummat mayoritas yg terdapat disana. Bukankah rapikan letak bangunannya pun sudah persis menghadap kiblat, termasuk rapikan letak bangunan menaranya. Bukankah sejarah mencatat bangunan yg awal sekali dibangun sudah mengalami beberapa kali ekspansi, menerangkan bahwa bangunan awalnya memang nir terlalu besar , dan pembangunan masjid telah barang tentu sinkron menggunakan kebutuhan jemaah nya, alias disesuaikan menggunakan jumlah jemaahnya. Wallohuwa?Lam.

DA GAPURA DI DALAM MASJID. Ini galat satu keunikan yang ada di Masjid Menara Kudus, terdapat gapura / gerbang paduraksa di pada masjid, tak terdapat pada masjid lain.

Keunikan yg Menarik Perhatian

Ke-unikan arsitektural menjadi daya tarik primer masjid ini. Sejauh ini Masjid Menara Kudus merupakan satu satunya masjid dengan paduan arsitektural bangunan candi dengan bangunan masjid terkini sebagaimana biasa dikenal. Telah difahami secara umum bahwa masjid ini sebelumnya memang merupakan bangunan candi yang kemudian pada alih fungsi sebagai masjid seiring dengan telah muslim nya masyarakat disana. Menara setinggi 17 meter yang berada pada sisi kiri gerbang primer masjid ini yang berbentuk bangunan candi dibangun dengan susunan bata merah tanpa semen, berdiri megah hingga kini menggunakan bentuk aslinya, dengan fungsi sebagai menara masjid lengkap dengan perangkat pengeras bunyi terpasang disana. Gaya arsitektur Menara masjid ini disebut sebut menyerupai candi-candi pada Jawa Timur pada masa Majapahit dan jua mempunyai kemiripan menggunakan Menara Kukul pada Bali.

Menara ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian kaki, tubuh & zenit. Kaki menara berbentuk bujur sangkar ukuran 6.Tiga meter. Sedangkan zenit menara berupa ruangan seperti pendopo berlantai papan. Di atas menara di beri atap tumpang bertingkat 2 dari sirap. Menurut G.F. Pijpet dan A.J. Bernet Kemperes, menara masjid kudus ini seperti dengan menara Kul Kul pada Bali dan dalam awalnya bukanlah menara masjid melainan sebuah bangunan candi dalam masa Hindu yg kemudian disesuaikan fungsinya menjadi menara masjid ini. Beberapa peneliti lain seperti Soekmon, Syafwandi dan Parmono atmadi menghubungkan bentuk menara masjid Kudus dengan candi candi pada Jawa Timur seperti candi jago dan candi singasari berkaitan dengan bentuk arsitektural dan ragam hiasnya.

Restorasi menara

Keunikan bangunan masjid ini tidak hanya dalam menaranya. Beberapa bagian antik menurut bangunan masjid ini masih dapat ditemui menggunakan pola dan bahan bangunan yang sama, termasuk empat bangunan gapura (gerbang), terdiri berdasarkan dua gerbang berbentuk paduraksa dan 2 gerbang berbentuk candi bentar. Gerbang gerbang tersebut tetap pada konservasi keberadaan dan keasliannya meski sekarang telah berada pada dalam bangunan masjid. Bentuk dan keberadaannya yg tak biasa pada dalam masjid membuat gerbang gerbang ini sebagai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Gerbang gerbang tadi sejatinya merupakan pembatas antar halaman pada komplek masjid ini. Komplek masjid menara kudus ini terbagi menjadi sebelas page yg dibatasi dengan pagar dan gapura dari bata yg berbentuk candi bentar maupun padureksa. Fitur dari masa kemudian yang tidak kalah menarik yg masih bisa dijumpai, masih ada disebelah selatan masjid, ada kolam berwudhu kuno yg relatif unik, terdapat delapan pancuran dihiasi goresan batu berbentuk kepala kala. Sekarang pancuran tadi ditambah menggunakan keran buat memudahkan Jemaah berwudhu.

Terhimpit. Masjid Menara Kudus dari udara terlihat terjepit diantara padatnya rumah penduduk di sekitarnya.

Pembangunan dan Perluasan Masjid Menara Kudus

Sejak dibangun oleh Ja?Far Shodiq alias Sunan Kudus dalam tahun 956 Hijriah atau 1549 M. Masjid menara kudus sudah beberapakali mengalami pemugaran & ekspansi. Pada awal tahun 1918 sampai ahir tahun 1919 sudah diadakan pembongkaran dibeberapa bagian masjid. Tahun 1925 bagian depan masjid ditambah dengan serambi buat menampung jemaah khususnya di hari Jum'at yg semakin membludak. Tahun 1933 serambi tadi diperluas dengan serambi tambahan menyebabkan gapura kori agung atau gapura lawang kembar menjadi ternaungi atap serambi depan masjid. Di atas serambi itupun dibangun kubah. Perubahan terahir tahun 1960 ketika terjadi pergantian mustaka.

Bagian yang masih asli di masjid ini berupa tembok sisi timur, sebagian tembok sisi utara dan selatan, gapura paduraksa, tembok luar mihrab, delapan buah pancuran tempat wudhu serta menara. Seperti  bangunan lainnya di komplek masjid ini, tembok timur masjid juga dibangun dari batu bata tanpa perekat. Pada tembok sisi timur ini terdapat empat buah gapura, dua buah gapua berbentuk candi bentar dan dua gapura berbentuk paduraksa.

Pintu menuju menara

Legenda Masjid Menara Kudus

Dikisahkan bahwa pada saat Sunan Kudus berhaji dia terserang penyakit kudis. Karena penyakitnya itu beliau di hina & disingkirkan menurut pergaulan sehari hari, Sunan kudus pun membalas menggunakan kesaktiannya dan timbullah wabah penyakit yg menimpa negeri arab. Berbagai upaya dilakukan oleh pera pemuka negeri arab untuk mengatasi wabah tersebut namun tidak mengakibatkan output. Ahirnya sunan kudus diminta mengatasi endemi tersebut. Atas jasanya para pemuka negeri arab tersebut memberikan banyak sekali bantuan gratis menarik akan tetapi sunan kudus menolaknya & justru memilih batu yang lalu digunakan buat memperingati pendirian masjid menara suci. Batu tersebut kini terdapat pada mihrab masjid bertuliskan nama Sunan Kudus.

Banyu Panguripan

Masih menurut cerita kata, dahulu dibawah bangunan menara masih ada dua buah sumber air. Oleh penduduk sumber air itu dianggap sumber banyu panguripan. Disebut demikian karena apabila seseorang meminum air itu maka orang itu akan hidup tak pernah mati. Sunan Kudus sangat risi apabila khasiat air asal panguripan itu disalahgunakan oleh orang orang berwatak jahat. Oleh karena itu asal air itu ahirnya ditutup & pada atasnya didirikan bangunan menara. Dari legenda ini jelas disebutkan bahwa bangunan menara tadi dibuat atas perintah atau setidaknya atas prakarsa Sunan Kudus. Bisa jadi legenda itu sebenarnya adalah potongan cerita dari proyek pembangunan Masjid di tempat itu yg sekarang dikenal sebagai Masjid Menara Kudus.

T radisi B eduk Dhandhang

Ada norma unik Sunan Kudus dalam berdakwah menggunakan mengadakan beduk dhandhang yakni tradisi memukul beduk bertalu talu menjelang ramadhan buat mengundang jemaah datang ke masjid. Setelah jamaah berkumpul, Sunan Kudus pun mengumumkan kapan persisnya hari pertama puasa. Beduk sendiri adalah galat satu pernik tradisi Nusantara, sama halnya dengan kentongan atau pun digunakan berpadanan. Namun lalu diserap menjadi galat satu tradisi Islam Nusantara.***

----------ooo000ooo----------

Artikel Masjid Masjid Tertua Di Nusantara Lainnya

Masjid Agung Sang Cipta Rasa ? Cirebon (Bagian 1)

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Demak

Masjid Sunan Ampel - Surabaya

Masjid Sultan Suriansyah - Banjarmasin

Masjid Saka Tunggal

Masjid Mantingan, Jepara

Masjid Tua Al-Hilal Katangka, Masjid Agung Syeh Yusuf

Masjid Jami? Tua Palopo

Masjid Patimburak, masjid tua kota Kokas

Masjid Wapauwe

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done