Masjid Cipari Garut Jawa Barat - Islami Pedia
News Update
Loading...

Saturday, July 18, 2020

Masjid Cipari Garut Jawa Barat

Keunikan dari Masjid Cipari ini merupakan bentuknya yg justru lebih seperti menggunakan bangunan gereja dari masa kolonial Belanda. Sama sekali tidak mirip menggunakan bangunan masjid pada umumnya.

Masjid Cipari atau Masjid Al-Syura, merupakan salah satu masjid tertua di Garut, Jawa Barat. Sebuah masjid pesantren yang cukup unik karena seperti menggunakan bangunan gereja dengan bentuk bangunan memanjang dengan pintu utama persis ditengah-tengah bagian muka bangunan, Menaranya yang terletak pada ujung bangunan persis diatas pintu primer. Masjid Cipari ini pula memiliki sejarah usaha, lantaran dahulu dipakai sebagai basis perjuangan masyarakat & tentara.

Masjid ini menjadi keliru satu berdasarkan 2 masjid di Indonesia yang mempunyai arsitektur seperti dengan bangunan gereja. Masjid yang satu nya lagi adalah masjid Somobito pada Mojowarno, Mojokerto, Jawa Timur. Masjid Al-Syura berada pada tempat Pondok Pesantren Cipari, alamat lengkapnya berikut peta lokasi masjid ini adalah sebagai berikut :

Mesjid Al-Syuro Pesantren Cipari

Sukarasa, Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat 44183

email: adz_elgar@yahoo.com

aliyahcipari.Blogspot.Co.Id

(0262) 444817

Sejarah Berdirinya Masjid Cipari

Berdirinya Masjid Al-Syura tak tanggal menurut sejarah Pondok Pesantren Cipari yang didirikan oleh KH. Zaenal Abidin yg dikenal menggunakan sebutan Eyang Bungsu, kemudian kepemimpinan pondok pesantren diteruskan sang KH. Harmaen. Masjid Al-Syura ini diperkirakan berdiri tahun 1895, di pada lingkungan Pondok Pesantren Cipari tetapi dalam kondisi masih sangat sederhana.

Dana pembangunan masjid ini berasal dari dana gotong royong keluarga pesantren, santri dan masyarakat sekitar masjid. Sejak awalnya masjid ini telah berada di dalam kompleks pesantren dibawah pimpinan KH Harmaen dan dikelilingi hanya sekitar 20 rumah penduduk.

Bentuk bangunan masjid cipari ini memanjang menggunakan langgam art deco ditambah dengan satu menara yg jua sangat mirip dengan menara gereja pada masa kolonial Belanda.

Tahun 1933, KH Harmaen meninggal global & kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putra putri beliau H. Abdul Kudus, KH. Yusuf Tauziri & Hj. Siti Quraisyin. Saat dipimpin KH Yusuf Tauziri, masjid dibangun dan diperluas seiring menggunakan kemajuan pesat yang dialami pesantren. Bentuk masjid yang dibangun pada ketika itulah sebagaimana apa yang sanggup kita lihat sekarang. Pembangunannya selesai pada tahun 1935 dengan luas bangunan lebih kurang 75 x 30 meter.

Masjid ini dirancang oleh R.M. Abikusno Tjokrosuyoso yang merupakan keponakan H.O.S Tjokroaminoto, dengan memadukan seni bangunan Jawa dan teknik bangunan kolonial/Eropa.  Diresmikan oleh H.O.S Tjokroaminoto pada 1936, masjid ini sering digunakan tempat pertemuan tokoh SI (Syarikat Islam) dan tokoh nasionalis (PNI) pada masa pergerakan nasional.

Bagian pada Masjid Cipari

Kemajuan pesantren saat itu pula ditunjang sang dihapuskannya ordonansi sekolah luar oleh pemerintah kolonial Belanda pada lepas 13 Februari 1932 akibat penentangan berbagai organisasi nasional & Islam, seperti Budi Utomo, Muhammadiyah, PNI, PSII, & lain-lain. Perluasan masjid ini mempunyai kaitan erat dengan situasi pergerakan nasional tadi lantaran pimpinan pesantren kebetulan jua seseorang kepala PSII cabang Wanaraja.

Peran Masjid  Cipari dalam pergerakan kemerdekaan

Masjid dan pesantren ini jelas mempunyai peran pada perjuangan masyarakat Indonesia pada masa kemerdekaan. Para santri selain belajar ilmu kepercayaan jua dididik sebagai pejuang. Ini tak lepas menurut keberadaan masjid & pesantren menjadi salah satu pesantren dari organisasi usaha Syarikat Islam.

Menara tunggal Masjid Cipari

Bahkan, masjid juga telah menjadi saksi sejarah di masa kemerdekaan, di mana ia pernah sebagai loka pengungsian warga sekitarnya ketika perang kemerdekaan. Bahkan, berdasarkan cerita warga setempat, masjid ini pernah diserbu sang pasukan DI/TII sebesar 52 kali. Tetapi, barangkali lantaran tebal dindingnya yg lebih dari 40 sentimeter, masjid sampai sekarang masih tegak berdiri menggunakan kokoh.

Asitektur Masjid Cipari

Masjid yg dibangun pada jaman kolonial Belanda ini jelas mencirikan langgam bangunan berdasarkan era kolonial Belanda, bentuk yang memang tidak lazim buat sebuah bangunan masjid pada tempat berpenduduk Mayoritas Muslim.

Dari pematang sawah

Mirip Bangunan Gereja

Yang menciptakan Masjid Cipari sangat seperti menggunakan gereja adalah selain bentuk massa bangunannya yg memanjang menggunakan pintu primer persis di tengah-tengah tampak muka bangunan, juga eksistensi menaranya yg terletak pada ujung bangunan persis pada atas pintu primer. Posisi menara dan pintu primer telah membuahkan bangunan ini tampil sempurna simetris menurut tampak luar. Dari bentuk & posisi menara dan pintu utama tersebut, bangunan ini kentara mengingatkan kita pada bentuk bangunan-bangunan gereja.

Bangunan masjid ini memanjang menurut timur ke barat, bila kita memasuki bangunannya, yang memberi penanda bahwa bangunan ini masjid hanyalah eksistensi ruang mihrab berupa penampil yang menempel di dinding arah kiblat. Sementara, ruang shalatnya pun lebih seperti ruang kelas yg dapat dimasuki dari pintu di sebelah utara dan selatan atau berdasarkan pintu timur yang terletak pada antara ruang naik tangga.

Anggun disaat senja

Masjid Al-Syura, Cipari ini sebagai salah satu menurut 2 masjid Indonesia yang memiliki bentuk mirip dengan bangunan Gereja, Masjid yang satu lagi adalah Masjid Somobito di Mojowarno, Mojokerto, Jawa Timur. Bedanya, Masjid Somobito berada pada kawasan berpenduduk lebih banyak didominasi beragama Kristen, sedangkan Masjid Al-Syura, Cipari ini berada di tengah-tengah desa yang seluruhnya penduduknya beragama Islam.

Berlanggam Art Deco

Arsitektur Masjid Al-Syura, Cipari ini juga diwarnai dengan langgam art deco pada bangunan. Langgam bangunan yang hampir tidak pernah dijumpai pada masjid kuno di seluruh wilayah di Indonesia. Langgam Art Deco – Langgam ini tampak pada pengolahan fasad masjid. Pola-pola dekorasi geometrik memperkuat pemakaian langgam ini.

Senja hari manakala lampu lampu pada pada Masjid Cipari mulai dinyalakan

Pada Masjid Cipari, langgam art deco sebagaimana dicirikan dengan bentuk geometris, terlihat kentara pada pengolahan fasadnya, pola dekorasi geometris yg berulang di atas material batu kali, garis horizontal yang halus dalam sisi samping kanan dan kiri bangunan, dan bentuk menara & atapnya yang menyerupai kubah menggunakan beberapa elemen dekorasi pada bagian samping juga puncaknya.

Menara masjid berketinggian kurang lebih 26 meter menggunakan kubah menara berdiamete 2 meter, menarik perhatian setiap pengamat. Menjadi simbol buat menandai bahwa bangunan ini bukan gereja melainkan masjid menggunakan diletakkannya lambang bulan sabit pada ujung menara. Terdapat beberapa lantai dalam interiornya, menggunakan lantai teratas merupakan ruangan sempit berlantai pelat baja yg dikelilingi semacam balkon kecil yang pula berdasarkan pelat baja.

Kesan bangunan menurut era penjajahan Belanda sangat kental pada bangunan masjid ini.

Hal lain yg menarik menurut arsitektur masjid Al-Syura, Cipari ini adalah tidak adanya bentuk bentuk lengkungan pada bukaan ventilasi ataupun pintu sebagaimana bentuk masjid masjid umumnya. Tata letak pintu masuk utama yang mengingatkan pada bangunan gereja kolonial dengan komposisi pintu & ventilasi pada sisi samping bangunan yang lebih terlihat seperti pintu masuk dan ventilasi-jendela ruang kelas/sekolah atau bangunan tempat kerja pada masa kolonial.

Aktivitas Masjid Cipari

Selayaknya masjid Pondok Pesantren, Masjid Al-Syura, Cipari ini relatif semarak dengan aktivitas dakwah Islam. Mejelis ta?Lim yang diselenggarakan pada PP. Cipari rutin diadakan setiap hari selasa spesifik untuk kaum perempuan sedangkan hari Sabtu buat para ustadz berdasarkan aneka macam wilayah di Garut Timur.

Masjid Asyura pada tengah pondok pesantren Cipari ini menambah khazanah bangunan masjid unik pada Indonesia.

Pengajian insidental seringkali diadakan berkenaan dengan hari-hari besar Islam seperti peringatan tahun baru Islam (1 Muharaman), Maulid Nabi dan lain lainl. Pengajian bagi santri rutin diadakan setiap hari yaitu ba?Da ashar, maghrib, isya dan subuh. Kitab yang dikaji antara lain buku fiqh, indera (bahasa), Hadits, dan tafsir qur?An.

Santri yg mondok di pondok Pesantren CIpari ini asal dari berbagai wilayah Indonesia. Antara lain Bandung, Jakarta, Sumedang, Tasik, Jawa, Palembang, Medan, Aceh, Maluku, Papua, dll. Santri disini terbagi atas 2 grup, yaitu santri Takhosus Al-Qur?An dimana mereka hanya memfokuskan dalam pengajian Al-Qur?An, hadits, dan kitab kuning, & santri yg mengaji sembari bersekolah di MTs dan MA. Saat ini Pondok Pesantren Cipari loka masjid Assyura berada pada asuh sang KH. Dr. Amin Bunyamin, Lc. Hc. Yang jua adalah anggota DPR-RI.

Referensi

Masjid Cipari mirip gereja berlanggam art deco

pesantrenvirtual.Com

adzelgar_pondok pesantren cipari

sudarisman.multply_masjid art deco cipari

Share with your friends

Give us your opinion

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done