![]() |
Ba'da Subuh di Masjid Agung Demak. |
Arsitektur Masjid Agung Demak
Bangunan asal yang dibangun dalam era Raden Fatah kini sebagai bangunan induk tempat mihrab, mimbar dan maksurah berada. Bangunan induk tersebut kemudian ditambah dengan bangunan Serambi pada masa pemerintahan Adipati Unus atau Pati Unus atau dikenal pula dengan nama Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak ke 2 (1518-1521).
Pembangunan masjid Agung Demak melibatkan eksklusif para wali yang masih hayati di masa itu. Sejarah mengungkapkan bahwa para wali tadi yang menciptakan langsung empat sokoguru atau pilar penopang primer masjid ini. Tiga pilar dibuat dari kayu jati utuh ukuran akbar sedangkan satu pilar dibuat menurut serpihan serpihan kayu menurut 3 pilar tersebut. Nama masing masing para wali tersebut sekarang terukir di masing masing sokoguru.
Sokoguru yang berada di barat laut (kanan depan) didirikan Sunan Bonang, di barat daya (kiri depan) karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara (kiri belakang) buatan Sunan Ampel, dan yg berdiri pada timur bahari (kanan belakang) karya Sunan Kalijaga. Masyarakat Demak menamakan tiang protesis Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
![]() |
Empat sokoguru didalam Masjid Agung Demak, semuanya telah dilapisi menggunakan lapisan kayu yg sama dibagian luarnya untuk mengkonsevasi tiang orisinil. |
Ke empat sokoguru tadi terbuat berdasarkan kayu jati tua dan kini masih berdiri kokoh ditempatnya. Upaya perlindungan terhadap empat tiang bersejarah tersebut dilakukan menggunakan menambahkan pelapis pada bagian luar jua dengan kayu jati ukuran tebal melapisi seluruh masing masing tiang tersebut dibagian luar.
Satu menurut ke empat pilar tersebut, pilar buatan Sunan Kalijaga menjadi yang paling unik, karena dibuat berdasarkan serpihan serpihan kayu jati menurut residu residu rabat (tatal) kayu jati berdasarkan proses pembuatan tiga pilar masjid oleh tiga Sunan lainnya, oleh Sunan Kalijaga serpihan serpihan tersebut dijadikan satu menjadi sebuah pilar, sehingga dikenal sampai sekarang menjadi soko tatal.
Beberapa bangunan dan fasilitas dibubuhi ke masjid Agung Demak ini dikemudian hari termasuk penambahan bangunan pawastren atau loka sholat spesifik Jemaah wanita dibangun pada masa K.R.M.A.Arya Purbaningrat 1866 M. Menara masjid ini pun dibangun jauh sehabis pembangunan masjid, dibangun di abad ke 20 di prakarsai para ulama seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin.
![]() |
Pemugaran terhadap Masjid Agung Demak pernah dilakukan di masa pemerintahan Presiden Soeharto & diresmikan pada tanggal 21 Maret 1987. |
Pembangunan fasilitas penunjang dan perbaikan komplek masjid terus belanjut hingga ke masa kemerdekaan termasuk pembangunan termpat wudhu, kantor takmir dan pengurus juga pembangunan museum masjid Agung Demak yg menyimpan banyak sekali artifak sejarah yg herbi Masjid Agung & kesultanan Demak.
Duplikasi Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak secara utuh kemudian di tiru oleh para tokoh masyarakat dan Ulama kesultanan Banjar (Kalimantan Selatan) saat mereka membangun Masjid Jami’ Martapura (1897 M), utusan dari Kesultanan Banjar sengaja datang ke Demak untuk melihatMasjid Agung Demak dan membuat maket masjid tersebut lengkap dengan skala demi keperluan pembangunan masjid Jami’ kesultanan Banjar. Masjid Jami’ Martapura yang asli kini sudah berganti menjadi sebuah masjid yang begitu megah dan modern bernamaMasjid Agung Al-Karomah Martapura.
Bentuk masjid beratap Joglo seperti ini tak hanya ditemui pada masjid masjid yang dibangun setelah eraMasjid Agung Demak, tapi pada masjid masjid yang dibangun sebelumMasjid Agung Demak berdiri pun sudah memakai struktur demikian. Seperti contoh pada masjid tertua di IndonesiaMasjid Saka Tunggal(1288) di Banyumas yang menggunakan atap joglo bertiang tunggal, itu sebabnya disebut masjid saka tunggal. Lebih jauh ke timur kita akan temukan bentuk yang sama padaMasjid Wapauwe (1414) Masjid tua Maluku Tengah.
Kita akan menemukan pola yang sama pada masjid masjid tua Indonesia diberbagai daerah seperti contoh,Masjid Sultan Suriansyah (1526) di Banjarmasih Kalimantan Selatan,Masjid Al-Hilal Katangka (1603) di kampung halaman nya Shekh Yusuf di Kabupaten Gowa, Sulsel. DanMasjid Tua Palopo(1604) peninggalan Kesultanan Luwu di Kota Palopo, SuIawesi Selatan. Masih ada lagiMasjid Djami Keraton Landak (1895) di Kabupaten Landak, Kalimantan barat sertaMasjid Agung Air Mata - Kupang (1806). Arsitektural masjid dengan atap joglo atau bentuk limas ini menyebar di seluruh tanah air dari pulau sumatera di barat hingga ke wilayah timur Indonesia.
Yang lebih menarik kemudian bahwa arsitektural masjid asli Nusantara ini juga dipakai di masjid masjid tua di negeri serantau, seperti contohnya adalah dua masjid tua di Kota Malaka, Malaysia yakniMasjid Kampung Keling Malaka, Malaysia (1748M) danMasjid Kampung Hulu Malaka, Malaysia (1728M).
Tak hanya masjid masjid tua yang menggunakan rancangan masjid warisan kejayaan Majapahit itu. Arsitektur Masjid dengan atap Joglo bersusun tiga ini seperti sudah menjadi ciri khusus masjid khas Indonesia. Bila anda masih ingat denganYayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, yayasan yang didirikan olehAlm. Pak Harto semasa masih berkuasa, setiap masjid yang dibangun dengan dana dari yayasan ini selalu menggunakan atap limasan (joglo) bersusun tiga dengan 4 sokoguru pada masjid masjid yang dibangun.
Masjid masjid megah yang di beberapa kota tanah air yang didirikan di abad ini pun tak sedikit yang masih mengadopsi arsitektur tradisional asli Indonesia ini, meski dengan sentuhan modern dan berteknologi terkini, beberapa juga dibangun tanpa 4 sokoguru. Seperti contohMasjid Raya Batam yang dibangun tahun 1997 dan bagian bangunan perluasanMasjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II di kota Palembang, Sumatera Selatan yang menggunakan struktur atap limas untuk tetap memberikan harmonisasi dengan atap limas bersusun tiga pada bangunan masjid asli yang masih terjaga dengan baik di bagian paling depan dari keseluruhan komplekMasjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II.
------------------------ooOOOoo--------------------
Baca Juga Artikel Majid Tertua Lainnya
Masjid Sultan Suriansyah - Banjarmasin
Masjid Saka Tunggal, Masjid Tertua di Indonesia
Masjid Tua Al-Hilal Katangka, Masjid Agung Syeh Yusuf
Masjid Patimburak, masjid tua kota Kokas
Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi Penuh Daya Pikat
Masjid Kasepuhan Cirebon, Kebesaran Masa Lalu